"Namanya Beomgyu."
Laki-laki bersurai gelap itu menaikkan sebelah alisnya. Jari-jari tangan kanannya menopang dagu, terlihat berpikir walau ia bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin ia cari.
"Itu saja?"
Wanita pemilik panti asuhan itu mengusap tangannya yang berkeringat. Sedikit ragu, tapi juga ada dorongan keras ingin mengatakan sesuatu.
"Dia tidak ingin mengatakan apapun. Setelah mengucapkan namanya, dia lebih memilih bungkam."
Kim Taehyung kembali diam. Mendengar namanya disebut, ia jadi teringat sebuah laporan yang pernah masuk di kepolisian. Bukan bidangnya, tapi karena kebetulan ia sedang ada urusan dengan seseorang di lantai 3, kala itu ada seorang lelaki sedang melapor---di divisi perlindungan anak.
Ia tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka bicarakan, toh bukan urusannya juga.
Nama lelaki itu, kalau ia tidak salah ingat adalah Kim Seokjin.
Ekspresinya tidak terbaca. Alih-alih melapor karena simpati, ia malah terasa seperti sebuah robot yang sedang bercerita. Terlalu lancar. Dan terlalu terperinci. Seolah ia sendiri adalah penonton langsung.
Ngomong-ngomong, dari apa yang didengarnya, itu adalah kasus kekerasan terhadap anak.
Dan nama Beomgyu, adalah yang paling jelas terekam dalam ingatannya.
"Boleh aku bertemu dengannya? Kurasa aku tertarik pada anak ini."
Si pemilik panti masih terlihat ragu. Ia bukannya tidak ingin mempertemukan mereka. Hanya saja, bahkan anak itu terasa aneh. Bukan tipikal anak biasa. Karana dari diamnya yang tidak biasa, ia jadi mereka-reka, apa yang terjadi padanya sebelum pingsan di tengah jalan dan ditemukan oleh salah satu pegawainya yang baru pulang berbelanja.
"Anda yakin ingin bertemu? Dia tidak banyak bicara, dan tidak banyak berinteraksi dengan siapapun. Ia... apa ya... terlalu diam."
Taehyung tersenyum tipis, "Kurasa itu bukan masalah besar? Aku hanya ingin mengadopsi seorang anak, dan kupikir dia cukup... menarik? Jungkook juga tidak akan keberatan walau anak ini pendiam---"
---terutama karena pernah kehilangan anak sekali, ia butuh menyesuaikan diri lagi.
.
."Wanita itu memang ibu kandungnya."
Doyoon membuka lembaran-lembaran jurnal yang sudah cukup tua. Benda itu adalah favoritnya, selalu dibawa kemanapun ia pergi, hingga tampilannya menjadi sangat lusuh. Tapi jurnal itu adalah benda yang sangat penting. Setidaknya, karena isinya mencakup nyaris beragam jenis kasus yang pernah terjadi di Busan---dalam kurun lima belas tahun terakhir.
Felix mendongakkan kepalanya. Ia sedang fokus dengan hal lain, dan atasannya itu malah main berbicara saja tanpa merujuk pada apapun. Ia mengerjapkan kedua matanya, sebelum akhirnya mengerti apa yang sedang dimaksud olehnya.
"Luka di pelipis kirinya juga mencurigakan."
"Alasannya?"
Felix melotot, sedikit kesal sebenarnya, karena atasannya ini jelas sedang mengujinya sekarang.
"Itu bukan luka yang bisa didapat hanya dari tanpa sengaja terbentur. Dan bukan juga dari kecelakaan kendaraan. Lagipa tidak ada pelaporan soal kecelakaan apapun yang korbannya adalah wanita, selamat dan hanya terluka di bagian dahi. Apa seseorang mendorongnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...