09

716 61 18
                                    

Warning: mature scene

.
.
.

“Mmhh…”

Beomgyu meremat kemeja laki-laki di depannya. Soobin bersandar pada punggung sofa, masih dengan pakaian yang melekat sempurna. Beomgyu, di lain sisi, duduk di pangkuannya hanya mengenakan kemeja yang berantakan, sedangkan bagian bawahnya telanjang. Keduanya saling berbagi ciuman---awalnya hanya kecupan ringan, semakin lama semakin dalam hingga lidah keduanya saling beradu, mencoba untuk lebih mendominasi, walau Beomgyu yang masih amatir akhirnya kewalahan membalasnya.

Kedua kakinya bergerak gelisah, terutama sekali karena jemari panjang milik Soobin terus memberinya rangsangan di beragam tempat. Pinggang, selangkangan hingga lubang berkedutnya tak luput dari sentuhan.

“Ngghh… ahhh…”

Beomgyu tersentak ketika salah satu jari milik Soobin masuk ke dalam lubangnya, disusul dua jarinya yang lain, lalu bergerak keluar masuk perlahan. Refleks ia melepaskan ciuman mereka, dan desahannya mengalun keras seiring dengan pergerakan jari-jari Soobin yang semakin cepat.

Soobin, tentu saja dengan senang hati menikmati suguhan erotis di depannya ini. Ia tidak akan bosan mengatakan bahwa Beomgyu itu indah. Segalanya yang ada pada dirinya terasa candu, terlebih ketika Beomgyu yang dengan sukarela menyerahkan dirinya untuk ia sentuh. Kulit putihnya dihiasi oleh ruam-ruam merah tipis di leher dan tulang selangkanya. Laki-laki bertubuh jangkung itu memandangi wajah Beomgyu yang memerah. Tatapannya sayu, dan peluh membasahi dahi.

"Nggghh..."

Ia masih dengan kecepatan konstan menggerakkan jari-jarinya. Beomgyu bergerak semakin gelisah, cengkramannya pada kemeja yang lebih tua semakin erat, dan tanpa disadari ia pun turut menggerakkan tubuhnya berlawanan arah dengan gerakan jari Soobin.

Beomgyu tidak tahu bagaimana ia menggambarkan perasaannya kini. Ia membenci ini. Di lain sisi, tubuhnya tidak bisa berbohong kalau ia menikmatinya. Lebih daripada itu, ia sendiri yang menginginkannya.

Rasanya terdengar munafik. Tapi tatapan Soobin yang seolah menelanjanginya, membuatnya merasa ada yang berbeda dengan dirinya.

Laki-laki ini menginginkannya. Segalanya yang ada pada dirinya.

Ia cukup tahu, bahkan hanya dengan melihat jauh ke dalam iris gelapnya yang sedingin es. Tatapan itu menelanjanginya dengan telak, membuat tubuhnya seketika merasa panas.

Cukup dengan tatapan itu saja. Bahkan tanpa perlu obat perangsang sekalipun, ia akan dengan senang hati menyerahkan tubuhnya---sekalipun hati berteriak penuh ketakutan.

Sejak awal, sejak dua belas tahun yang lalu, ia sadar. Bahwa dirinya sudah terperangkap dalam jeratnya sekalipun ia terus berlari.

Beomgyu melepaskan cengkramannya. Sesuatu dalam dirinya ingin meledak keluar, tapi gerakan jari Soobin terlalu lambat. Perutnya terasa sakit karena orgasme yang tertahan, dan orang ini jelas terlihat sekali menikmati kebingungannya.

Tangan kirinya bergerak di antara selangkangannya, berusaha menyentuh kejantanannya yang sudah menegang dan mengeluarkan cairan precum sejak tadi.

"Berhenti, sayang. Sudah kukatakan untuk diam dan nikmati saja kan?" suara rendah Soobin menghentikannya. Laki-laki itu menatapnya tajam, dan Beomgyu balas menatapnya dengan frustasi.

"...kumohon..."

Soobin mengabaikan permohonan Beomgyu. Alih-alih menjawab, ia mendekatkan wajahnya pada leher jenjang pemuda itu. Beomgyu berjengit kaget, ketika dirasakannya laki-laki itu menggigit lehernya sedikit.

FREIER VOGEL || SooGyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang