Beomgyu kembali ke kamarnya, dengan tubuh dibalut oleh jaket milik Taehyun untuk menutupi semua luka yang terlihat, terutama bagian tangan dan kepalanya. Tidak ada siapapun di sana, hanya ada mereka, ia, Taehyun dan juga Yeonjun. Tidak ada sosok Soobin, atau siapapun. Para penjaga berada di luar. Khawatir jika penculikan tadi kemungkinan masih berlanjut. Siapapun orang di baliknya atau kemungkinan lain bahwa ia bekerja sendiri tidak akan mereka lewatkan.
Mereka hanya tidak ingin bermasalah dengan Soobin. Seberapapun mereka saling mempercayai, kesalahan dan pengkhianatan adalah sesuatu yang tidak akan pernah ditolerir oleh orang itu.
Taehyun membersihkan luka-luka milik Beomgyu, terutama luka di bagian pergelangan tangannya yang sudah mengering. Ia tidak tahu apa penyebabnya. Apakah karena ada tali yang mengikatnya ataukah karena sesuatu yang lain, karena ada luka bekas goresan benda tajam dan luka seperti ditusuk.
Beralih ke kepalanya, hanya ada luka memar karena benturan benda tumpul, dan dua luka yang mengeluarkan darah di bagian kiri kepalanya. Taehyun sedikit meringis. Seingatnya, Beomgyu hanya menghilang beberapa jam, tapi kondisi tubuhnya bahkan sangat tidak baik-baik saja. Ketika ia membuka pakaiannya, ada luka lain yang menarik perhatiannya.
Luka bakar di punggung kirinya dekat dengan pinggulnya. Tapi itu bukan luka baru, nyaris tidak terlihat kalau saja ia tidak memusatkan perhatiannya pada seluruh bagian tubuhnya. Lagipula ia juga butuh pengalih perhatian dari ruam-ruam keunguan yang menghiasi leher, tulang selangka dan selangkangannya.
Ia tidak akan bertanya soal itu, karena mengingat kondisi Sean semalam, sudah jelas itu karena mereka, Beomgyu dan Soobin, yang melakukan sesuatu.
"Tidak perlu dilanjutkan lagi."
"Hah?" Taehyun mendongakkan kepalanya, Beomgyu kini tengah menatapnya tepat ke kedua matanya. Sejak tadi Taehyun menghindari kontak mata langsung dengan Beomgyu. Bukan apa-apa, ia hanya tidak berani. Sejak mereka menemukannya di salah satu gudang di pelabuhan, ia tidak berani beradu pandang dengannya.
Rasanya seperti bukan berhadapan dengan Beomgyu yang biasa. Atau, justru ia sendiri yang terlalu pandai berakting hingga ia bahkan tidak mengetahui mana sosok Beomgyu yang sebenarnya.
"Dibiarkan juga nanti akan sembuh sendiri."
Memang, tapi berapa lama?
Akan memakan waktu, dan ia tidak ingin mencari masalah Soobin. Sudah cukup ketika ia diculik, ia tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan tubuh orang ini terlihat terluka parah.
"Mana bisa?" Taehyun mendengus kesal. Ia tetap melanjutkan pekerjaannya sembari menunggu seseorang.
Tok tok
Suara pintu kamar yang diketuk mengalihkan perhatian. Yeonjun yang sejak tadi fokus pada ponselnya, memasukkan kembali benda itu pada saku celananya, dan bergegas ke arah pintu. Ia membukanya, seorang pria yang lebih tua darinya berdiri di depan pintu. Keduanya sempat beradu pandang selama beberapa saat, sebelum kemudian laki-laki di hadapannya yang pertama kali memutus kontak mata.
"Taehyun, kau memanggil dokter?"
Taehyun mendongakkan kepala, setelahnya ia berdiri. Tugasnya sudah selesai, biar orang itu yang melanjutkan sisanya. Ia menatap rekannya itu yang balas menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca.
"Ya."
Beomgyu menoleh ke arah pintu, posisinya memang membelakangi pintu. Ia membulatkan kedua matanya, ketika disadarinya seseorang yang ia kenal kini tengah berada di ambang pintu. Iris gelapnya berbingkai kacamata. Dari terakhir kali mereka bertemu, baru kali ini ia melihat orang ini berpenampilan serapi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...