Takdir itu terkadang jauh lebih menyebalkan, tidak terduga, rasanya bikin jantungan.
Kang Taehyun rasanya ingin merutuk. Melayangkan sumpah serapah pada siapapun yang mengusik kehidupan tenangnya. Ia cukup menikmati rutinitas hariannya yang membosankan, walau sesekali tergoda ingin menghujat ketika beberapa hal terkadang melenceng dari perkiraannya.
Bukan masalah besar, hanya dirinya saja yang perfeksionis.
Tapi kali ini, rasanya benar-benar melenceng. Perkiraannya terlalu meleset, hingga rasanya ingin mengeluarkan sumpah serapah sekarang juga. Rentetan kata kasar sudah terngiang-ngiang dalam kepala, tinggal menunggu waktu untuk keluar—entah sengaja atau tidak. Tapi ini bukan waktunya untuk itu.
Setidaknya, bukan sekarang.
Yang paling penting, setidaknya menghilang dulu di tengah keramaian.
"Taehyunnie~"
Yang lebih muda menarik tangannya, mengisyaratkan untuk berhenti. Taehyun menoleh, dan Hueningkai menunjuk ke satu arah. Taehyun cukup mengerti, isyarat tangan Hueningkai menyadarkannya bahwa anak ini juga sama mengertinya kenapa ia begitu terburu-buru sekarang.
Ada yang mengikuti mereka sejak tadi.
Tepatnya kapan, ia tidak tahu. Mungkin sejak di café—atau jauh sebelum itu. Atau justru sejak lama?
Taehyun benci berandai, tapi yang terlintas dalam benaknya hanyalah berbagai macam kemungkinan. Kenapa? Apa? Siapa?
Apa ia sudah ketahuan?
.
.Beomgyu merasakan kedua kakinya seperti terpaku. Rasanya bahkan bergerak satu langkah pun terasa sulit. Berat. Posisi mereka terlalu dekat, dan itu yang membuatnya makin merasa seperti ia membeku.
Choi Soobin adalah seperti enigma baginya. Ia rumit, tidak dapat ditebak, namun terkadang rasanya sangat mudah untuk dimengerti olehnya.
Dulu ia hanya bocah delapan tahun ketika mereka pertama kali bertemu. Kala itu laki-laki bersurai biru tua adalah yang membawanya pada laki-laki jangkung tersebut.
Dan itu adalah dimana segalanya dimulai.
"Dua belas tahun adalah waktu yang cukup untuk lari dariku kan? Walau nyatanya, kau bahkan hanya seperti berlari di telapak tanganku."
Deg.
Apa?
Beomgyu mendongakkan kepalanya sedikit, hanya untuk bertatapan dengan iris segelap malam. Rasa dingin menyusup. Tatapan itu masih sama seperti dulu—atau sebenarnya jauh lebih menakutkan ketika ia menyadarinya kini?
"Apa kau pikir selama ini aku tidak tahu apa yang kau lakukan?" Soobin tersenyum miring, "Yeonjun-hyung melakukan tugasnya dengan baik untuk memata-mataimu, dan Taehyun terlalu baik dalam berakting hingga kau tidak menyadari bahwa selama ini ia mengawasimu.”
Beomgyu merasakan jari-jari tangannya mendadak kebas. Rasanya jadi ingin menertawakan diri. Seharusnya ia tahu, kehidupan tenangnya selama ini hanyalah bayangan semu belaka. Nyatanya ia bahkan seperti burung yang terikat, bebas terbang kemanapun tapi tetap kembali ke tempat semula.
Ini lucu sekali, sejujurnya.
Bahwa kemanapun ia berlari, entitas bernama Choi Soobin adalah tempatnya semula.
.
.Kedua kakinya melangkah perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun. Ini sudah hampir petang, tapi keadaan rumahnya masih terlihat gelap—ah, ralat, sebenarnya selalu gelap. Hanya beberapa kali lampu terlihat menyala, itu pun hanya jika sang ayah kebetulan pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fanfiction"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...