Warning: Mature scene (biar kalian bebas memaki. /heh)
.
Choi Soobin itu gila.
Layaknya air yang mengalir dengan tenang, ia juga terkadang sama tidak terduganya seperti ombak. Beomgyu di umur delapan tahun cukup mengerti akan hal itu. Tepatnya apa mungkin tidak disadari, tapi ia yang bahkan seharusnya tidak mengerti apapun paham, bahwa laki-laki itu menakutkan, sebisa mungkin jangan sampai berurusan dengannya.
Tapi ia tahu itu salah.
Setidaknya untuk sekarang.
Ia memang berusaha untuk menjauh darinya, seberapapun ia tertarik padanya. Tapi takdir sejak awal memang senang sekali bermain-main dengannya, mengusik kebahagiaan kecilnya yang selalu singkat. Dulu. Sekarang. Dan mungkin juga nanti.
Siapa yang tahu, bukankah takdir senang sekali mempermainkan kehidupannya?
Ia harusnya menyadarinya. Sejak awal, ketika laki-laki bersurai biru itu menolongnya di jalanan dulu dan membawanya ke hadapan laki-laki itu. Bahwa garis takdirnya memang harus bersinggungan dengannya.
Terutama karena laki-laki bersurai hitam itu sejak awal justru tertarik padanya.
.
.“Mmmhh…”
Beomgyu menggigit bibir bagian bawahnya, berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun, walau lenguhan halusnya sesekali terdengar. Kedua kakinya bergerak gelisah mencengkeram kain seprai hingga tak beraturan. Kedua tangannya yang terikat ke atas menggenggam erat rantai yang menghubungkan borgolnya dengan tepi ranjang.
Ini… gila.
Bagian bawah tubuhnya telanjang dan kemeja yang dikenakannya koyak di hampir seluruh bagian. Angin dingin yang dirasakannya membelai kulit putihnya membuatnya semakin gelisah. Lebih daripada itu, vibrator sialan yang sedari tadi bergerak statis dalam lubangnya membuatnya bahkan sulit menarik nafas.
Ia tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Satu jam. Dua jam. Atau malah berjam-jam. Fokusnya terbagi antara vibrator yang terus bergerak dengan perlahan dalam lubangnya atau pada siapapun yang ada di dekatnya.
Ini bahkan jauh lebih sulit daripada membagi fokus antara orang yang terus mengoceh tanpa henti di sebelahnya atau perhatian pada apa yang tengah dilihatnya—biasanya terjadi ketika ia ingin fokus pada tugas kuliahnya di saat Hyunjin berbicara entah apa tanpa henti.
Terutama sekali karena ini terasa… nikmat.
“Ngghhh…”
Beomgyu masih berusaha untuk menahan suaranya, walau semakin lama ini terasa semakin sulit. Kejantanannya menegang dengan cairan precum yang membasahinya. Ini menyiksa, sungguh. Sedari tadi ia ingin orgasme, tapi getaran kecil ini membuatnya terasa sulit.
Ia butuh sesuatu yang lebih.
Kedua kakinya semakin terbuka lebar, ketika getaran dalam lubangnya sedikit meningkat—walau masih belum cukup untuk membuatnya orgasme. Siapapun akan bisa melihat lubang berkedutnya lebih jelas.
Ia tersentak ketika dirasakannya sebuah tangan mengelus paha kanannya perlahan—terlalu halus hingga bulu kuduknya seketika meremang. Cengkeramannya pada rantai mengeras. Satu sisi hatinya ingin ini dihentikan, tapi di lain sisi ia menginginkan lebih daripada ini.
Beomgyu ingin mengumpat. Tapi membuka mulut sama saja dengan mencari mati. Orang di hadapannya ini gila. Terutama sekali karena pikirannya tidak mudah ditebak.
“Memohonlah, sayang. Kau ingin terlepas dari penderitaan ini, bukan?”
Usapan di paha beralih ke pinggang. Beomgyu bergerak semakin gelisah. Dirasakannya seseorang berada di antara kedua kakinya. Ini gawat. Lebih dari ini maka ia tidak yakin masih bisa menahan suaranya. Monster di hadapannya ini tentu akan senang mendengar desahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREIER VOGEL || SooGyu
Fiksi Penggemar"Menutup matamu tidak akan mengubah apapun. Tidak ada satupun yang akan menghilang hanya karena kau tidak bisa melihatnya... Tetaplah membuka matamu. Hanya seorang pengecut yang memilih untuk menutup mata." Ini tentang masa lalu yang ingin dilupakan...