38. Drama Kedai Sate

3.9K 580 38
                                    

Hari sudah malam dan gue masih setia bersender kepundak selatan sambil meminum wedang jahe yang tadi kebetulan lewat.

Gue masih menggunakan seragam dengan selatan yang menggunakan seragam juga tapi seragamnya ditutupi sama hoodie.

"Sorry ya lo nggak gue pinjemin jaket, gue juga kedinginan" ucap selatan beberapa menit yang lalu setelah menunaikan ibadah salat magrib di salah satu pondok.

Tapi it's oke gue kuat kok ditemani wedang jahe udah buat gue anget tapi ya masih terasa dingin.

"Kenapa dingin?" tanya Selatan

"Nggak, Panasssss"jawab Gue hanya dibalas kekehan ringan oleh Selatan

Grep

"Gimana anget?" tanya Selatan

"Aish bukan badan gue yang anget selatan tapi pipi gue, astaga kayaknya gue baper deh" ucap gue

Selatan dia hanya geleng-geleng kepala mana ada cewek baper bukannya mengalihkan pandangannya Starla malah ngomong kaya gitu, seakan dia baper itu keajaiban dunia.

"Lo nggak mau susu jahe beneran? Anget lohh" ucap gue

"Nggak"

"Yaudah deh, pulang yuk nanti gue diceramahin papah lagi" ucap gue sambil berdiri dan membuang plastik bekas susu jahe yang sudah habis.

"Ayok, jalan kaki atau naik kendaraan?" tanya Selatan

"Jalan aja" ucap gue

Kita mulai jalan menuruni bukit, penerangan disini tidak remang-remang tapi sangat terang.

"Takut?" tanya Selatan

"Nggak lah"

"Diem terus, biasanya cerewet"

"Laperr"

"Makan apa?"

"Emm sate" ucap gue sambil menunjuk kearah kedai sate yang cukup ramai

"Ayo" ucap Selatan sambil nge gandeng tangan gue

"Sate apa?" tanya Selatan

"Ayam" ucap gue dibalas anggukan oleh Selatan.

Selatan nyuruh gue duduk dulu sedangkan dia memesan Satenya. Setelah memesan Selatan langsung duduk disebelah gue.

"Minum teh anget aja ya" ucap Selatan dibalas anggukan oleh gue.

"Selatan lo pernah kerumah Nara belum?" tanya gue

"Rumah yang mana katanya Nara ada 2 rumah yang satu sebagai formalitas yang satunya privasi keluarga" jawab Selatan

"Lo pernah yang mana?"

"Yang sebagai formalitas lah, nggak mungkin ke rumah utama"

"Rum-"

Ucapan gue terpotong saat mamang penjual satenya kasih seporsi sate dengan lontong.

"Makan" ucap Selatan dibalas anggukan oleh gue

Gue mulai makan satenya, enak. Sate termasuk salah satu kuliner indonesia yang gue suka.

"Apanih?" tanya gue

Selatan tiba-tiba kasih beberapa tusuk sate ke piring gue dan gue lihat dipiringnya udah habis.

Kenapa cepet banget habisnyaaaa.

"Sate buat lo, gue udah habis"

Gue mulai hitung satenya satu, dua, enam belas satenya ada enam belas sedang satu porsi dua puluh tusuk sate.

"Lo cuma makan 4 tusuk?" tanya gue dibalas anggukan oleh Selatan

"Yang benar aja, nih nih makan gue tau lo belum kenyang" ucap gue sambil mengembalikan sate Selatan

"Nggak, gue udah kenyang buat lo aja" ucap Selatan ditaruh lagi satenya ke piring gue

"Selatannnn" rengek gue

"Apa? Gue udah kenyang makan lontongnya" jawab Selatan

"Ish cuma lontong mana kenyang"

"Kenyang Starla"

"Bohong"

"Beneran"

"Bohong dosa Selatan"

"Iya tau, gue udah kenyang"

"Nggak percaya"

"Ngeyel"

"Bod-"

"Ih astaga kalian pacarnnya lucu banget, Yang kamu kaya cowonya dong, kasih aku satenya"

"Kamu juga kaya cewenya dong, nolak pemberian aku"

"Ih masa gitu"

"Ya tadi katanya mau kaya mereka"

Gue sama Selatan hanya melihat perdebatan sepasang kekasih yang ada di meja sebrang.

"Habisin satenya, mau cepet pulang dari pada telinga kita meledak denger perdebatan mereka" bisik Selatan gue bales anggukan cepat.

Gue makan dengan cepat bodo amat elah urusan image, ingin cepet pulang supaya terhindar dari perdebatan sepasang kekasih yang sekarang cewenya sedang menjambak rambut cowonya.




























































Next or No?

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang