Hari senin hari dimana para murid banyak mengumpat. Dicuaca yang panas ini sekarang gue sedang melaksanakan upacara bendera.
"Star lo nggak papa?"
Mendengar pertanyaan itu gue langsung menengok kearah kanan gue dan mata gue langsung melihat kearah Nara.
"Gue? Baik-baik aja sih, kenapa emang?" jawab gue diakhiri pertanyaan
"Lo pucet banget"
"Masa?" tanya gue dibalas anggukan oleh Nara
Ya emang sih gue merasa sedikit pusing tapi masih bisa gue tahan kok.
"Gue nggak papa santai aja kali" ucap gue mencoba menenangkan Nara.
Bruk
Gue langsung lihat kebarisan IPA 1 sumber suara yang membuat upacara sejenak terhenti.
Datang 4 anak menggunakan rompi merah mereka PMR yang berjaga dibarisan belakang dan gue langsung lihat ada siswa yang terbujur ditandu.
"Itu bukannya Lily ya?" tanya Nara
"Lily? Dia yang pingsan?" tanya balik gue ke Nara yang sudah membalik badannya dari yang semula melihat kearah Anak PMR sekarang fokus ke pembacaan doa upacara.
"Dari siluet nya sih iya" jawab Nara
Scene dimana Lily pingsan saat upacara ada di halaman 34 dari 65 halaman. Sudah setengah novel yang terjalani.
21 halaman lagi adalah scene dimana Starla meninggal. Huft gue takut, takut orang yang Starla sayang bakalan jatuh.
"Starla woy ngapa bengong ayok kekelas" ajak Nara
"Hah? Oh ayok" jawab gue
Kita jalan menuju ke lantai 2 tempat kelas XI melakukan pembelajaran, sepanjang jalan hanya ada keheningan.
"Starla, Nara"
Gue dan Nara otomatis langsung menghadap kebelakang tepat kearah orang yang memanggil kita disana ada Chaca yang sedang berlari.
"Jangan lari Ca" ucap gue setelah sampai dihadapan Gue dan Nara.
"Hehe kekelas bareng" pinta Chaca dijawab amggukan oleh gue dan Nara.
"Gimana perkembangan lo sama Vano Ca?" tanya Nara dan gue dengan sigap menyiapkan pendengaran.
"Lancar, gue tambah deket sama Vano kemarin aja gue diajak ke rumahnya ketemu camer" jawab Chaca
"What?! Wahhh selamat traktirannya jan lupa" ucap gue
"Iya besok kalau gue udah jadian" jawab Chaca
Kita berpisah setelah sampai didepan kelas Chaca. Gue sama Nara langsung melanjutkan perjalanannya kearah kelas.
"Nar?" panggil gue
"Hm"
"Kalau gue bilang gue bukan Starla gimana?"
Tap
Nara memberhentikan langkahnya dan langsung melihat kearah gue. Gue juga balas menatap Nara.
Hening
Hanya ada suara siswa yang melakukan aktivitas mereka. Gue sama Nara masih saling tatapan dikoridor kelas XI.
"Lo siapa?" Nara membuka suara langsung kepertanyaan yang sangat sulit gue jawab.
Gue bungkam nggak tau harus bilang apa. Starla asli? Dia udah nggak bisa berkomunikasi sama gue lagi entahlah gue juga nggak tau.
"Woy ngapain kalian disana masuk cepat"
Gue dan Nara langsung melihat kearah pintu kelas Ipa 3 disana ada Raka yang sedang berkacak pinggang.
"Ayo" ajak Nara sambil gandeng tangan gue. Gue hanya mengikuti langkah Nara.
*******
Satu kata untuk mendeskripsikan kelas sekarang sunyi. Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu.
Gue menengok kearah Nara yang sedang santai memasukkan buku kedalam tas nya.
"Kenapa?" tanya Nara setelah menyadari kalau gue sedari tadi menatapnya.
"Lo tau nggak La?" tanya Nara
"Nggak"
"Figuran juga punya kehidupannya sendiri, pikiran sendiri, dan jalan ceritanya sendiri. Figuran sering dianggap orang-orang karakter nggak penting.
Tapi sejujurnya dari semua karakter, Figuran yang paling penting, tau kenapa?" tanya Nara gue jawab gelengan. Sepenting apa sih Figuran? Bukannya dia hanya karakter yang mudah dilupakan
"Tokoh utama nggak bakal menonjol kalau nggak ada Figuran" jawab Nara
Hening
"Kenapa lo ceritain karakter Figuran?" tanya gue setelah beberapa saat hening
"Menurut lo kenapa?" bukannya menjawab Nara malah balik tanya
"Nggak tau" jawab gue
"Entahlah gue juga nggak tau"
"Menurut lo lebih baik jadi tokoh utama, antagonis, atau figuran?" tanya gue
"Kalau lo mau jadi apa?" selalu begini Nara selalu membalikkan pertanyaan.
"Entahlah gue bingung" jawab gue
"Gue juga bingung" ucap Nara
Lama-lama gue kesel sama Nara ini bocah kenapa sih.
"Naraaaaa" kesal gue
"Hahaha oke oke, kalau gue milih Figuran" jawab Nara
"Kenapa lo milih Figuran kenapa nggak tokoh utama yang selalu ada cinta kenapa nggak antagonis yang teguh pendirian dan berani?" tanya gue
"Karna kita nggak bisa memilih" jawab Nara
Gue bingung ini sejak kapan Nara pandai memainkan puzzle kehidupan sih.
"Maksud lo?" tanya gue
"Figuran, ini peran kita kan"
Halo
Gimana kabarnya?
Jaga kesehatan ya
Ada yang mau disampaikan?
Jangan lupa vote dan komen
Tinggalkan jejak kawan
Bye
See u

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Gue Arletta Bintang Anggrainie hanya seorang pegawai sebuah agensi yang menjabat sebagai perancang busana. Saat asik Scroll ponsel tiba tiba Tuk Wushhh gue langsung ada ditubuh Starletta Alexandria Ryulea Veln seorang figura...