“Mi! Gak bisa apa kita kejakarta tahun ini?” tanyaku kepada ibu yang kupanggil ami.
“Gak bisa nak, uang aja lagi pas-pasan aja buat sehari-hari kita, belum lagi bayar utang di bank.” jawab ibuku pilu memikirkan keuangan di keluarga kami saat ini.
Aku tak bisa berkata-kata lagi, selain hanya bisa pasrah menerima kenyataan.
“Kamu do'ain aja, smoga tanah yang kita jual laku. Nanti kita kejakarta.” ujar ibuku sambil tersenyum. “Kamu harus berdoa, rajin sholat. Biar Allah kabulkan semua yang kita mau.” sambung ibuku mengingatkanku pada pencipta.
Aku hingga saat ini memang sering lalai dalam mengikuti perintah Illahi. Tapi bukan berarti aku melupakan kewajibanku sebagai manusia di dunia ini. Hanya saja, aku masih belum mampu melakukan kewajiban itu dengan sempurna.
Tapi insyaallah, aku akan lebih taat pada perintah Allah SWT. Karena hanya kepada-Nya lah aku memohon dan meminta ampunan dosaku.
~
AKU:
“Gue bisa kejakarta, saat ini nyokap gue sedang jual tanah. Smoga tanahnya cepat laku.” kataku lewat chat kepada Amin.AMMIN:
“Hah?! Serius? Yaampun don! Gak nyangka gue, keluarga lo sampai jual tanah demi keinginan lo pergi kejakarta!” balas Amin terharu membaca chatku.“Keluarga gue gak pernah lakuin sampai segitunya demi gue. Salut gue don, keluarga lo sayang sama lo! Buktinya sampai jual tanah demi keinginan lo.” sambung Amin berfikir apa yang kuceritakan, adalah sesuatu yang teramat berharga bagi dia.
~
AUDI:
“Jakarta transportasinya banyak Don. Ada Trans Jakarta, kereta api dari biasa, sampai kereta api listrik juga ada. Dijakarta udah banyak kendaraannya..” Audi membuat aku terkagum dengan ceritanya mengenai transportasi umum di jakarta.Audi pernah bilang, kalau aku kejakarta. Aku bisa naik kereta api, harganya cukup murah di kantong.
Aku semakin besar keinginan untuk kejakarta. Tapi aku selalu merasa sedih karena kepikiran, bagaimana kalau aku memang takkan pernah pergi kejakarta? Aku selalu takut impianku ke ibu kota, tak pernah bisa terwujud.
Tapi aku berusaha, dan berdoa, smoga cita-citaku ke Batavia terwujud jadi kenyataan.
~
AUDI:
“Nanti kalo lo dijakarta, gue bawa lo keliling jakarta, gue ajak lo ke monas.” kata Audi berjanji padaku.Audi selalu berkata seperti itu, agar aku semangat terus dalam keinginan kejakarta. Tapi kenapa Audi tidak pernah bilang dia ingin ke padang?
Benak di kepalaku, sudah penuh dengan pemikiran kalut. Aku selalu berfikir Audi sepertinya tidak ada keinginan untuk ke padang? Tapi aku berusaha untuk berfikir positif, mungkin Audi sedang memikirkan hal-hal yang lebih penting dulu.. Nanti kalau ada uang lebih, dia akan ke padang.
Audi memang sudah mengatakan itu kepadaku. Tapi entah kenapa hatiku selalu merasa bimbang, seakan-akan Audi mungkin tidak ingin ke padang menemuiku?
Janji-janji dia selalu membuat orang lain tidak percaya pada janjinya. Aku juga merasa bahwa janji-janji Audi hanyalah omong kosong.
Segala ucapan Audi selalu tanda tanya bagiku.
AKU:
“Lo sebenarnya mau ga sih ke padang?” tanyaku kepada Audi lewat chat.Audi langsung terbakar kemarahan membalas chat dariku.
AUDI:
“Berapa kali gue bilang? CAPEK GUE SAMA LO DON! PERTANYAAN LO ITU LAGI ITU LAGI!” Audi langsung menegas kasar chatnya. Padahal maksudku hanya ingin bertanya, memang pertanyaanku masih hal yang sama, wajar saja Audi muak jadinya.Tapi aku juga butuh penjelasan dari janjinya, aku butuh kepastian, apakah dia akan ke padang atau gak? Tapi Audi selalu membuat aku bertanya-tanya..
AKU:
“Gue ingin tahu? Kapan lo menabung untuk ke padang? Lo janjinya tahun ini ke padang. Tapi sampai sekarang lo belum ada rencana.” balasku butuh jawaban.AUDI:
“Lo susah dikasih tau, gue belum bisa nabung njing, sabar dulu! Gue lagi butuh uang, banyak keperluan gue lebih penting.”“Ngertiin gue don!!” sambung Audi membalas mohon.
Aku hanya bisa diam dan harus melihat chat dari sahabatku yang selalu meminta aku mengertikan dia.
Sebenarnya aku mengerti dengan kesibukan Audi, tapi aku juga butuh pengertian dan kepastian. Aku hanya ingin hubungan kami bisa lebih dekat lagi dari hanya sebatas online saja.
Persahabatan kami sudah terjalin 2 tahun, tapi aku tidak merasa begitu akrab dengan Audi. Yang kurasakan adalah, semakin hari aku semakin jauh darinya.
Kadang hubungan kami seperti bukan berteman, tapi lebih ke hubungan tidak saling kenal. Aku ingin dekat dengan Audi, tapi hubunganku semakin lama, semakin jauh dari namanya persahabatan.
Aku merasa, aku hanya orang asing baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN DONI ✔
Teen FictionTentang persahabatan yang berawal dari sebuah kenalan di media sosial. Hubungan yang sulit untuk mereka karena berbeda kota, dan sebuah harapan yang mungkin belum bisa jadi kenyataan. *** Jangan lupa vote dan komen ya! Te...