Bab 38

18 4 0
                                    

AKU:
“Audi! Ini gue Doni. Gue gak mau kita berantem terus.”

AUDI:
“NGAPAIN LO MASIH NGECHAT GUE!” balas Audi marah

“UDAH LO CARI TEMEN YANG LAIN SANA! GUE GAK MAU KENAL LO LAGI ANJING!” Balas Audi berapi-api lagi membalas chatku.

AKU:
“KENAPA GUE SELALU SALAH? Gue cuma minta maaf. Oke gue yang salah! Ngebahas itu-itu lagi, gue gak akan bahas soal kapan lo ke padang.” mohon ku menahan amarah.

AUDI:
“Udah cukup! Gue udah muak! Gue udah capek ngasih tau lo, tapi lo gak ada ngerti ngerti! Lebih baik lo gak usah cari gue lagi.” Aku tahu Audi begitu marahnya padaku, apa yang salah dari hubungan persahabatan ini? Aku tidak mengerti, kenapa aku harus bahas itu lagi?

Padahal gak seharusnya aku menanyakan hal itu, yang jelas-jelas hanya membuat Audi marah. Aku benar-benar bodoh!

AUDI:
“Sampe sini aja persahabatan kita! Lupain gue don.” pungkas Audi menyerah.

AKU:
“TEGA LO SAMA GUE? Gue cuma ingin waktu itu aja! Waktu untuk kita, ngobrol bareng, waktu untuk bisa cerita banyak. Itu yang gue mau di!”

AUDI:
“Harus berapa kali gue bilang hah?!”

“Lo selalu menanyakan hal yang sama, gak cuma itu! Lo curigaan terus sama gue, berfikir gue nakal gak tau batas. Emang lo siapa hah?”

AKU:
“GUE SAHABAT LO! GUE CUMA INGIN DIANGGAP! GUE INGIN KITA KAYAK GITU KARENA GUE KHAWATIR SAMA LO! ” ketikan itu kukirimkan sambil meneteskan air mata, aku tidak tahu kenapa aku masih bertahan sampai detik ini? Apakah ini akhir persahabatan kami?

Aku menahan tangis, hatiku sakit. Sahabatku benar-benar tidak pernah bisa kuharapkan. Audi berubah menjadi orang yang jahat! Dia memaki-maki diriku sampai aku tak kuasa menahan diri untuk bertahan dari semburan kata-kata Audi.

AUDI:
“JANGAN DRAMA LO ANJING! KEK CEWEK LO TAU GAK?!” Gercik Audi padaku.

Aku tertegun membaca kalimat yang ada di aplikasi hijau itu. Audi menyebutku DRAMA, SEPERTI CEWEK! Audi apa lo sadar ucapan yang lo katakan itu?

AKU:
“APA LO BILANG? GUE DRAMA?!” Balas ku tak terima.

“GOBLOK! ANJING LO! Gue udah cukup sabar ya ngadepin sikap lo ke gue.” akhirnya aku berani mengucap kata kasar kepada Audi, seperti dia menghinaku dan mencaci maki kata-kata kasarnya.

Kali ini aku sudah habis kesabaran menghadapi laki-laki yang sudah kuanggap saudaraku sendiri.

AUDI:
“LO BERANI SAMA GUE?” Tanya Audi seperti menentang.

Aku tidak takut lagi dengan ancaman Audi yang mungkin sebentar lagi memblokir kontak whatsapp ku. Audi kali ini seperti musuh yang harus ku hadapi.

AKU:
“Lo yang udah bikin gue seberani ini! Gue gak Terima direndahkan seperti ini.”

“GUE GAK PEDULI! LO GA PUNYA HATI! LO GAK BISA NGEHARGAI ORANG LAIN!” Entah darimana keberanian itu? Tiba-tiba saja aku menyatakan hal seperti itu. Itu adalah ungkapan yang selama ini aku rasakan saat Audi tak pernah menghargaiku sebagai sahabatnya.

Pertengkaran hebat dalam virtual itu benar-benar suatu kejadian menegangkan, dimana ketikan demi ketikan terus menerus terkirim dengan kata-kata yang tidak pantas untuk dibaca.

AUDI:
“TAI LO ANJING! GUE GAK MAU KENAL LO LAGI! LO GAK USAH NGAREPIN GUE LAGI!” kata-kata terakhir itu berakhir dengan pemblokiran dari Audi.

Sekejap aku terdiam, nafasku tak beraturan seperti kehabisan oksigen. Air mata jatuh dan aku menangis tanpa suara.

“Apa yang gue lakukan?” bathin ku sesal.

HARAPAN DONI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang