AUDI:
“Don! Bisa gak sih jangan ngechat gue terus? GUE SIBUK TAU GAK! Ini gue lagi gak bisa ladenin chat orang yang gak penting.”Balasan dari Audi membuat aku semakin sedih, karena sahabatku semakin lama, dia tak bisa berbagi waktu untukku.
Padahal saat ini, aku sangat butuh teman curhat karena permasalahan yang sedang kuhadapi saat ini.
Aku tadinya ingin bercerita, tapi aku sudah membuatnya marah. Karena aku terlalu banyak mengirim pesan padanya
AKU:
“Terus gue harus ngobrol sama siapa? Kalau bukan sama lo?” Tanyaku mengirim pesan.“Lo sekarang udah ga bisa ngobrol sama gue, lo udah terlalu sibuk. Padahal gue lagi butuh lo!” lanjut ku membalas.
AUDI:
“maaf Don, gue lagi gak bisa. Gue sibuk kerja, ngertiin lah!” ujar Audi tenang.AKU:
“Gue harus apa di? Gue pengen ketemu aja sama lo sekali aja,” kataku memohon.AUDI:
“Iya, nanti gue ke padang. Gue kerja dulu, nanti udah ada uang, gue kesana. Tenang aja!” jawab Audi masih sabar.Aku hanya bisa diam sambil melihat pesan balasan dari Audi. Aku tahu, sahabatku sudah lelah dengan permintaan aku yang masih saja aku tanyakan ini.
Padahal dia sudah berjanji, dan sudah menjelaskan berkali-kali padaku. Tapi aku tetap saja bertingkah seperti anak kecil, yang merengek minta belikan mainan kepada papanya.
AUDI:
“Don, gue ngerti banget lo pengen ketemu sama gue, gue juga pengen ketemu sama lo. Tapi ke padang gak murah Don, gue harus tentukan dulu kapan bisa nya? Kumpulin uang dulu.” Audi menjelaskannya dengan sabar, walaupun aku tahu sahabatku rasanya ingin menghajar ku dengan kata-kata sadisnya. Atau kalau perlu dia meninju diriku ini.Aku tak kuat membayangkan bagaimana marahnya dia. Bisa-bisa aku mati ditangannya.
AKU:
“Yasudah maaf ya udah bikin kesel lo lagi hehe.” jawabku pasrah.AUDI:
“Iya, gue usahain nabung. InsyaAllah 2022 gue ke padang. Oke!” ucap Audi berjanji.AKU:
“Janji ya? Tahun depan ke padang?” Tanyaku memastikan.AUDI:
“INSYAALLAH DON, do'ain ya?”AKU:
“Amiin, pasti gue do'ain.” aku tersenyum setelah mengirim pesan terakhirnya.~
Saat itu aku sedang tidur. Tiba-tiba suara ketukan pintu kamar terdengar nyaring ditelingaku.
Totok... “Don..” suara itu memanggilku setelah mengetuk pintu kamarku.
“Hhmm.” imbuh ku masih melek karena arwahku belum masuk sepenuhnya dalam ragaku.
“Audi datang Don!” teriak Aldo membuat aku terbelalak kaget.
’AUDI DATANG?’ batinku kaget.
Secepat kilat aku langsung bangun dari tidur lelap ku, kemudian membuka pintu kamar.
“MANA AUDI?” Tanyaku sambil melihat kearah pintu masuk.
“TAPI BOONG! HAHAHA!” ucap Aldo tertawa puas karena berhasil menjahili teman sekaligus tetangganya itu.
“SIALAN LO!” gerutu ku kesal karena diprank anak tetangga.
“Hahaha, lagian lo, gue manggil manggil juga. Giliran sih Audi datang langsung loncat lo.” ocehan Aldo sambil tertawa geli.
Aku tersenyum menatap Aldo, dan aku mulai menyadarinya selama ini Aldo sangat baik, dan mungkin aku yang salah sangka padanya.
Mungkin Aldo tahu? Alasannya, kenapa aku sangat berharap bisa bertemu langsung dengan sahabat penaku Audi Hamzah.
“Don, kalau seandainya Audi ke padang? Apa lo masih pengen kejakarta?” tanya Aldo melabuhi lamunanku.
“Hhmmm... Kalau Audi ke padang, gue juga udah bahagia kok. Walaupun gue gak jadi kejakarta, yang penting Audi udah wujudin impian gue.” jawabku tersenyum haru dalam hati.
“Gue harap dia mau ke padang Do. Tapi apa mungkin?” sela ku tiba-tiba terlintas dipikiran, apa Audi akan datang?
“Entah? Gue gak yakin Don, tapi lo berdoa aja. Smoga dia jadi ke padang.”
“Iya Amiin.” ucapku berharap.
“Gue tadi ngapain ya kesini?” Aldo berfikir, karena lupa tujuannya datang ke rumahku untuk apa?
Aku yakin pasti tujuan dia kesini minta hotspot dariku. butuh wifi gratis dari temannya adalah alasan untuk Aldo bisa menemaniku, dan aku tak keberatan sama sekali. Karena bagaimanapun, Aldo selama ini menemaniku dirumah.
“Minta hotspot!” celetuk ku to the poin.
“HAHAHA! Betul sekali thankyou.” ucapnya tanpa dosa.
“Udah lo jangan mikirin Audi terus napa?” Aldo kembali menegur saat sibuk main hpnya.
“Gue pengen ketemu sama Audi Do! Kapan ya dia mau ke padang?” kataku sambil menundukkan kepala menatap whatsapp di HP.
“Lo udah ngomong sama dia?” tanya Aldo menatapku sebentar lalu kembali asyik dengan ponselnya.
Aku dan Aldo saat ini berada di ruangan tamu. Kami duduk di sofa panjang yang cukup untuk tiga orang duduki.
Aldo tengah bermain game di hpnya sambil duduk dengan kaki sebelahnya diangkat keatas kursi, dengan tubuh sedikit miring bahunya bersandar di lengan sofa sebagai sandarannya.
Sementara aku duduk manis dengan kaki terjuntai dilantai, sambil memegang HP.
“Gue udah ngomong, tapi dia belum bisa ke padang do, tahun besok mungkin?” jawabku ragu-ragu.
“Yaudah sabar aja dulu, ntar dia datang sendiri juga.” pungkasnya santai.
Aku tidak mengerti, sekarang Aldo sangat mendukung. Aku pikir dia benar-benar tidak menyukai Audi, tapi aku senang Aldo percaya dan memberi aku ketenangan. Smoga apa yang dikatakan Aldo itu benar.
“Don gue pulang dulu ya,” pamit Aldo pulang ke rumahnya yang dekat sekali dari rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN DONI ✔
Teen FictionTentang persahabatan yang berawal dari sebuah kenalan di media sosial. Hubungan yang sulit untuk mereka karena berbeda kota, dan sebuah harapan yang mungkin belum bisa jadi kenyataan. *** Jangan lupa vote dan komen ya! Te...