Bab 16

12 3 0
                                    

AUDI:
“APASIH DON! NANYA ITU MULU.” Audi membesarkan hurufnya saat ngechat yang artinya dia sudah mulai marah.

Aku mendapatkan perkataan marah dari Audi, setelah berkali-kali aku menanyakan soal kapan dia akan datang ke Padang.

AKU:
“Gue cuma nanya, kapan lo rencana mau ke padang?” balasku sekali lagi menanyakan hal yang sama.

Audi:
“kan gue udah bilang, NANTI!! TOLONG NGERTI SAMA KONDISI GUE DON! GUE GAK SUKA LO NANYAIN ITU MULU.” Balas Audi emosi. Aku masih melihat chat itu.

“Gue nanti ke padang, tapi lo yang sabar, gue udah muak dengan pertanyaan itu. Udahlah pokoknya lo sabar aja Ok!” sambung Audi dengan tekanan tiap kata.

Audi memang benar! Aku sudah menanyakan hal yang sama berkali-kali, sampai saat ini Audi tampaknya mulai jenuh dengan pertanyaan dariku.

Entah kenapa aku mulai merasa Audi berubah, aku seperti tak mengenal dia lagi seperti dulu. Perubahan Audi terlihat semenjak dia mulai sibuk.

Audi mulai menjauh dariku, akhir-akhir ini dia selalu mengabaikanku.

~

Seharusnya 2021 adalah tahun yang ku tunggu-tunggu, karena ibuku berjanji akan membawaku kejakarta.

Begitu juga dengan janji sahabatku. Dia berjanji akan ke padang tahun ini.

Tapi sekarang? Semua harapanku sirna begitu saja, harapanku berakhir sia-sia. Keinginanku kejakarta tak jadi terwujud.

~

2019_flasback

AUDI:
“Gue pengen ke padang, ketemu sama lo don hehe.

AKU:
“Hahaha beneran nih lo mau ke padang? Hahaha.” balasku bergurau. Tanpa berfikir bahwa ucapan Audi belum tentu bercanda.

AUDI:
“Iyaa don, boleh kan gue ke padang?” tanya Audi balas chatku.

AKU:
“Boleh lah hahaha.” balasku lagi-lagi berfikir lelucon.

Aku tak pernah berfikir bahwa keinginan Audi ingin ke padang itu apakah benar-benar dia ingin ke padang atau hanya bercanda?

Tapi semenjak kakakku Intan menge-chat dia. Audi berjanji padaku, bahwa dia akan ke padang bertemu dengan ku.

Apakah Audi berjanji akan ke padang itu karena dia merasa bersalah padaku?

Audi memintaku untuk bersabar menunggu dia ke padang, tapi aku sangat ingin kejakarta. Lantas apakah aku harus membatalkan rencana ku kejakarta? Dan menunggu sahabatku datang? Tapi kapan Audi ke padang?

~

Ammin:
“Gue yakin banget dia gak bakal ke padang, dia tuh cuma bohongin lo doang.” Amin berkata seperti itu karena dia masih marah terhadap Audi. Dia kecewa dan sangat membenci sahabatku.

Aku tak pernah menanggapi ucapan Amin, karena aku tidak ingin mempercayai siapapun saat ini. Bahkan ibuku sendiri aku sudah tak percaya, apalagi sahabatku..

~

“Tahun ini mungkin gak jadi kita kejakarta.” kata ibuku kepadaku.

“Lhoo?? Kenapa? Ami udah janji!” tanyaku kaget dan kecewa.

Perasaan kecewaku tak bisa diungkapin lagi, aku benar-benar kecewa pada ibuku.

“Ami udah janji sama aku, kita kejakarta tahun ini?” ucapku menahan amarah.

“Corona! kamu liat kan? Beritanya gimana? Gak mungkin kita kejakarta sekarang ini.” jelas ibuku.

“Terus kapan lagi?” tanyaku menekan ucapan.

“Tahun depan! Mudah-mudahan corona udah ga ada tahun besok.” kata ibuku yang kuanggap sebagai janji.

Aku hanya bisa menghela nafas meratapi kekecewaan aku yang sudah batal ingin kejakarta.

~

Aku masih marah dan sedih, karena impianku ke ibu kota gagal! Padahal aku sudah sangat bahagia tahun ini bakal menjadi sejarah yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidup.

Pertama kalinya naik pesawat, pertama kalinya menginjakkan kaki di kota metropolitan jakarta. Kota tempat orang-orang menggapai mimpi-mimpi kehidupan.

Andai saja, aku bisa jalan, pasti aku akan pergi dan menatap tinggal di jakarta. Aku tak perlu membawa keluargaku. Cukup aku yang pergi bersama impianku selama ini.

Tapi itu hanya angan-anganku saja, aku kejakarta sebenarnya tidak ada tujuan selain hanya liburan bersama keluarga.

Aku hanya bisa menikmati liburan di jakarta, tak mungkin aku bisa tinggal disana. Karena aku tak punya tujuan, Cita-cita, atupun mimpi untuk bisa menetap disana.

Aku hanya seorang pria yang terlahir kurang sempurna, keluargaku juga bukan dari keluarga berpunya apalagi keluarga kaya raya. Tentu saja tidak!

Karena aku dan keluargaku, hanya orang biasa, hidupnya mencukupi untuk sehari-hari kami. Keluargaku bisa dibilang bukanlah orang kurang mampu. Hanya saja kehidupan kami, masih terbilang miskin.

Aku ingin jadi orang sukses dan berguna bagi banyak orang. Aku ingin membahagiakan keluargaku, terutama kedua orang tuaku.

~

“Kenapa sih ngotot banget pengen kejakarta?” interogasi ibuku curiga.

“Pengen banget ketemu temennya disana! PENTING BANGET YA TEMANNYA?!” papaku berucap lalu jadi kasar.

“DISANGKA JAKARTA TUH DEKET APAA! BUTUH DUIT UNTUK KESANA TAU!!” Sambung papaku marah.

“Audi aja juga mikir mau ke padang, dia butuh uang buat ke padang. Makanya dia sibuk. Kamu tahu itukan?” kali ini ibuku yang berbicara.

Aku benar-benar kecewa, tapi ucapan ayah dan ibuku juga benar. Kali ini aku dimarahin karena permintaanku.

Kenapa aku yang jadi salah? Kenapa mereka bawa-bawa sahabatku? Aku ingin kejakarta sudah sejak lama, ibuku harusnya mengerti itu.

Apa aku tidak akan pernah kejakarta? Apa aku tidak akan pernah bertemu sahabatku?

Kenapa tidak ada yang mengerti perasaanku? Kenapa orang disekitar ku tak pernah mendengarkan keinginan ku? KENAPAAAA!?

AKU KECEWA!! SAHABATKU, KELUARGAKU. MEREKA GA PERNAH NGERTI!!

HARAPAN DONI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang