Bab 28

13 3 0
                                    

AKU:
“Makasih ya, lo udah buka WA gue lagi.” chatku pada Audi. Sahabatku akhirnya membuka WA ku lagi.

AUDI:
“iya, lo jangan gitu lagi!” balas Audi jutek.

AKU:
“abisan lo bikin status kek gitu,gue jadi thinking kan” balas ku jujur.

Aku melihat statusnya Audi dengan caption minum-minum. Mungkin aku terlalu berfikir nethink, sehingga aku langsung panik dan takut sahabatku sedang mabuk-mabukan.

Walaupun hanya sebuah status berupa gambar emoji dua gelas minuman seperti sedang adu tos. Otakku langsung berfikir yang tidak tidak.

Karena aku tahu, jakarta kota yang keras. Kehidupan dijakarta sangat bebas, banyak anak muda disana terjerumus dalam pergaulan bebas. Baik laki-laki maupun perempuan.

AUDI:
“GUE GAK ANEH-ANEH BEGO! Itu gue lagi kerja untuk riset minuman yang harus gue uji coba sebelum dijual ke toko. Tuntutan kerja gue minum alkohol yang di riset.” jelas Audi panjang.

Benar saja dugaanku, Audi meminum minuman haram itu. Aku jadi malu, karena aku lupa, sahabatku kerja sebagai riset. Walaupun aku tidak terlalu tahu apa itu "RISET” Tapi penjelasan dari Audi yang kutahu.

Riset adalah menguji coba sebuah produk yang akan diperjualbelikan untuk dikonsumsi. Sebelum dijual ke toko-toko.

Produk itu harus diuji coba. rasanya, kualitasnya, dan lain-lain.

Audi sangat perkerja keras, dia sudah memikirkan masa depan, dan sudah bisa mencari uang untuk dirinya sendiri. Aku merasa bersalah, melihat sahabatku yang sudah begitu berkerja keras selama ini. Aku jadi sadar, mungkin saat ini bagi Audi, masa depan jauh lebih penting dulu daripada liburan ke luar kota.

Aku selama ini egois dan tidak sabaran, semua yang kuinginkan selalu ku tuntut dengan egois. Padahal keinginan aku mungkin saja akan jauh lebih cepat terkabul kalau aku lebih bersabar, tapi aku terlalu takut untuk bersabar dan juga terlalu percaya.

Karena dulu aku pernah kecewa dengan namanya "SABAR.” Aku pernah kecewa dengan rasa percaya. Maaf aku takut!

~

Aku merasa bersalah karena sahabatku ternyata semakin hari semakin sibuk, aku terlalu mengkhawatirkannya. Mungkin aku harus percaya pada sahabatku, karena hubungan itu harus saling percaya dan mengerti.

Tapi aku terlalu overthinking dan meragukan sahabatku. Aku takut kehilangan dia jika aku tidak pernah percaya padanya. Walaupun hatiku selalu bertanya-tanya dan selalu mengganggu pikiranku yang selalu negatif thinking.

AKU:
“Maafin gue ya, ternyata lo sesibuk itu sampai larut malam lo kerja.” chatku pada Audi setelah melihat foto aktivitas Audi sedang berkerja membungkus paket-paket online yang biasa dijual online shop.

Lagi-lagi aku dibuat kagum melihat sahabatku yang begitu rajin berkerja. Mulai dari ngatur acara televisi, masuk TV, kerja bagian riset. Sekarang dia berkerja membungkus paket-paket online shop yang siap dikirim.

Audi hanya membaca chatku, apa dia marah padaku? Tapi aku memilih untuk tidak menghubungi dia lagi, yang penting aku sudah meminta maaf padanya.

~


K

alau saja Nurul tidak memposting kegiatan Audi saat lagi berkerja. Mungkin aku tidak pernah tahu apa yang sedang Audi lakukan. Karena aku tidak mungkin tahu aktivitas sahabatku, yang kutahu hanyalah sahabatku begitu sibuk, tapi tidak tahu apa kesibukannya.

NURUL:
“Lo lihat kan? Adek gue sibuk itu juga demi lo nai.” ucap Nurul setelah aku melihat statusnya.

Nurul bukan kakaknya Audi apalagi kandung. Dia hanya mengaku-ngaku sebagai kakaknya Audi, gadis itu bodoh sekali. Cuma aku dan Amin yang tahu. Gadis pincang itu hanya musuh bagi Audi.

AKU:
“iya teh, gue jadi ngerasa bersalah. Karena dulu gue terlalu sering nanyain kapan dia ke padang, padahal dia sibuk mungkin juga ngumpulin uang untuk ke padang.” balas ku merasa bersalah dan sedih. Mengingat sahabatku begitu keras dalam mencari uang.

NURUL:
“Lo yang sabar ya nai, Audi tuh sayang sama lo. Gue yakin Audi pasti ke padang temui lo disana.” balas Nurul berusaha menyakinkan ku.

AKU:
“iya teh, makasih ya.” balas ku berterimakasih. Meskipun aku tidak percaya begitu saja dengan mantan brengsek ku ini.

NURUL:
“sama-sama nai..” jawab Nurul akhirnya.

~

NURUL:
“Nai, kenapa lo sayang banget sama Audi? Dia berarti banget buat lo? Lo nggak bisa jauh dari dia ya?” Nurul bertanya-tanya mengapa aku begitu sayang sekali pada sahabatku yang jauh itu.

Mungkin tidak ada salahnya aku memberi tahu apa alasanku sangat sayang pada Audi selama ini.

AKU:
“Audi tuh mengingatkan gue sama sahabat gue waktu kecil teh.” balas ku akhirnya menjelaskan pertanyaan dari Nurul.

NURUL:
“ooh yang namanya Riko itu ya?” balas Nurul langsung paham.

AKU:
“Hahaha, bener teh. Kok tau?” balas ku pura-pura bertanya, padahal aku sendiri sudah pernah memberi tahu nama sahabat kecilku ditelpon.

NURUL:
“Dulu lo pernah cerita, sahabat kecil lo ninggalin lo saat dia masuk SMP dan dia adalah abangnya Aldo?” Nurul ternyata masih ingat semua yang kuceritakan padanya ditelpon dulu.

AKU:
“iya bener,” jawabku singkat.

NURUL:
“Jadi karena itu, lo takut kehilangan Audi?” tanya Nurul yang pasti jawabanku adalah “Benar.”

“Kita sama nai, gue juga ga mau kehilangan dia. Gue sayang banget sama Audi, haha walaupun gue gak bisa dapatin cintanya. Tapi gue senang Audi nganggep gue ini kakaknya. Itu udah bikin gue bahagia nai.” ujar nurul membuatku terharu membacanya. Rasanya tidak tega memberi tahu dia yang sebenarnya. Kalau Audi hanya pura-pura menganggap dia sebagai kakak.

AKU:
“Lo jangan bohongin hati lo. Gue tahu kok, lo sebenarnya berharap lebih dari seorang kakak bagi Audi iyakan?” tungkas ku sengaja membuatnya goyah.

NURUL:
“Gue sadar nai, Audi lebih pantas dapatin cewek yang lebih baik dari gue.” balas Nurul bohong lagi.

Aku tidak melanjutkan pertanyaan, justru aku senang, gadis pincang itu sadar diri dan tidak memaksa cintanya untuk Audi.

Bukan aku cemburu, tapi aku tidak akan pernah merestui mereka menjadi seorang kekasih. Dia tak pantas untuk dijadikan Ratu, karena sifatnya sangat menipu.

HARAPAN DONI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang