Bab 36

12 3 0
                                    

Andai tahun ini gue kejakarta, pasti gue udah seneng banget bisa naik pesawat, jalan-jalan di kota jakarta. Dan gue bisa ketemu sama sahabat gue disana.

Tapi sayangnya keinginan itu hanya mimpi yang gagal. Gue terlalu berharap kali ya? Tapi gue ingin ketemu Audi juga udah cukup buat gue. Tapi apa benar kata Amin? Audi gak mungkin mau ketemu sama gue?

~

“Audi masih chat kamu gak?” tanya ibuku tiba-tiba saja sudah duduk manis disamping aku yang sedang menatap indah pantai air manis dari kejauhan.

Aku dan ibuku saat ini duduk di depan warung kami. Aku tengah menikmati suasana sore diatas papan besar yang dibuat oleh papaku, sebagai tempat beristirahat pengunjung.

Tempat itu selalu jadi tempat favoritku menikmati indahnya pemandangan di Bukit gado-gado. Tempat wisata yang terkenal dengan cerita sih anak durhaka “MALIN KUNDANG”

“Masih mi, Audi lagi sibuk,” jawabku, kemudian aku bertanya. “Kenapa mi? Kok nanyain itu?”

“Ami liat kamu akhir-akhir ini sering melamun, kayak lagi banyak pikiran aja?” ucap ibuku heran. Kemudian ibuku kembali bertanya.

“Kamu kenapa? Berantem sama Audi? Kemarin ami gak sengaja baca chat kalian, sepertinya masalah kalian serius banget?” deg... Astaghfirullah! Ami liat chat gue sama Audi?

“Gak papa kok mi, biasa itu mah,” ujarku.

“sahabat itu harus saling mengerti satu sama lain. Ami paham, Doni ingin Audi ada waktu buat kamu. Tapi kamu harus ingat! Jarak kamu dan Audi itu jauh, ditambah lagi Audi lagi sibuk sekarang. Kamu gak boleh egois, nanti Audi pasti nyariin kamu.” Nasehat ibuku membuat aku terharu mendengarnya.

Ibuku menerima kehadiran Audi sahabatku, aku bersyukur Audi diterima baik oleh keluargaku.

“Ami mau liat fotonya Audi,” ibuku ingin melihat foto sahabatku.

“Ini fotonya mi.” ujarku memperlihatkan fotonya Audi di hpku kepada ibu.

“Hhmm, oh ini orangnya?” kata ibuku.

“Iya mi, itu yang aku bilang pernah masuk TV mi.” jelasku pada ibuku.

“Oh ya? Hebat ya dia!” kagum ibuku.

Aku tersenyum bahagia, ibuku tampaknya menyukai sahabatku sekarang. Smoga ibuku bisa mengerti dan tidak berfikir buruk tentang Audi.

Aku hanya ingin keluargaku menerima sahabatku agar dia tidak ada rasa bimbang lagi tentang keluargaku.

“Doni, kenapa kamu gak menganggap Aldo sahabat kamu? Aldo kan nemenin kamu terus?” tanya ibuku mulai serius.

Senyumanku langsung hilang kala ibuku bertanya seperti itu. Aku mengerti maksud dari perkataan ibuku, aku selama ini juga menganggap Aldo sahabatku. Tapi.. Aldo tidak bisa seperti yang aku harapkan.

Aldo sama seperti abangnya, hanya menemaniku disaat tertentu, lalu menghilang begitu saja jika sudah bosan.

Entahlah? Aku hanya berfikir seperti itu, aku tidak bermaksud menganggap Aldo teman yang jahat. Tapi aku melihat kenyataannya.

HARAPAN DONI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang