Rasya juga memiliki kesedihan bercampur kekecewaan yang sangat dalam karena harus berpisah dengan Gema. Tetapi Rasya juga tidak bisa berbuat banyak karena pada saat itu mereka berdua masih remaja dan Rasya tidak tau bagaimana perpisahan kedua orang tuanya. Mereka bilang hanya pindah lalu tidak lagi saling mencintai satu sama lain.
Sejak saat itu Rasya selalu ingin memastikan keluarganya baik-baik saja. Setiap hari Rasya selalu menyempatkan waktu untuk menelfon adiknya. Dia sangat tau ayah mereka adalah orang yang sangat tegas dan disiplin bahkan terhitung memaksa Rasya dan Gema untuk terus belajar tanpa istirahat.
Setiap kali Rasya menanyakan pada Gema tentang kehidupannya, adiknya itu selalu menjawab dia hidup dengan bahagia dan baik-baik saja. Lalu Rasya lebih memilih untuk menanyakan hal lain. Gema adalah yang paling sedih dengan perpisahan keluarga ini apalagi dia terus menyalahkan dirinya sendiri. Demi Tuhan, Rasya sama sekali tidak menemukan pembenaran atas perasaan Gema yang satu itu. Gema tidak bersalah sama sekali.
"Gem, kau sudah makan sesuatu?"
"Sudah, Kak. Tadi Ibu Ranti memasak" jawab Gema dengan sangat hati-hati.
"Makan lagi saja" tanpa meminta persetujuan, Rasya membelokan mobilnya ke drive thru dan memesan makanan untuk mereka berdua.
Setelah memesan makanan untuk mereka berdua, Rasya membawa Gema ke tepi pantai yang dekat dengan perumahan milik Rasya. Dia beruntung, tinggal di lingkungan yang masih cukup alami dengan air laut yang masih bisa ia lihat ketika berada dikamarnya.
"Kak Rasya tidak ingin pulang?" tanya Gema dengan tatapan yang lugu.
"Ibu masih bekerja, Gem. Nanti saja. Aku masih ingin duduk disini" jawab Rasya dengan pandangan yang menerawang jauh. Setelah terdiam untuk beberapa menit, Rasya kembali memanggil Gema dan menanyakan hal yang sangat mengganjal dihatinya, "Gem, kau sungguh baik-baik saja?"
Gema yang merasa lucu tertawa sedikit lalu menjawab, "Aku baik, Kak. Hidup dengan ibu tiri tidak seburuk itu. Aku juga tidak pernah mencuci baju" jawab Gema dengan sedikit cengegesan.
Rasya memperhatikan adiknya dengan wajah khawatir lalu bertanya lagi, "Kau semakin kurus dan wajahmu itu kuyu sekali, Gem"
"Kak, ayah kan memang begitu. Aku saja yang masih berani bermain game tengah malam", Gema tersenyum manis kepada Rasya dengan harapan kakaknya tidak lagi menanyakan hal ini.
"Apa kau ingin pulang, Gem?" kali ini, Gema membutuhkan waktu untuk menjawab.
"Ibu tidak pernah menanyakan kabarku, artinya dia juga sudah merasa cukup dengan keberadaan Kak Rasya disana" jawab Gema dengan wajah yang seakan tidak memiliki beban hidup apapun.
"Ibu juga selalu bekerja, Gem. Terlebih Kak Rasya juga tidak habis fikir kenapa ayah harus memenangkan hak asuhmu dan kenapa dia harus mempertahankannya"
Karena perusahaan membutuhkan penerus, jawab Gema dalam hatinya saja.
"Mungkin, agar adil, Kak" jawab Gema pasrah. Rasya menoleh dan memperhatikan adiknya dengan seksama. Tanpa disadari oleh Gema, Rasya terus menatapnya. Wajah Rasya seakan berkata, apapun yang akan terjadi, aku akan tetap melindungi adikku.
"Gema...", setelah Gema balik menatapnya, Rasya berkata dengan penuh keyakinan. "Kau sangat kuat. Tapi jika suatu saat, kapanpun kau membutuhkan seseorang untuk bersandar,aka kau bisa mengandalkan kakakmu" kata Rasya.
Rasya dan Gema saling menatap dengan maksud hati yang berbeda sampai matahari yang berada dihadapan mereka tenggelam dan senja berganti dengan langit malam.
Gema, ada kakak bersamamu
-Rasya-
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA || END
Fanfictionada kalanya redup dan ada kalanya bersinar dan Gema tidak bisa membedakannya @okt2021