Bagian 23 : Konflik (2) dan Rencana

391 60 1
                                    

Rasya dan Deni sampai di rumah sakit tempat Harry bekerja. Disanalah putra satu-satunya Deni dirawat karena penyakit yang bernama multiple sklerosis. Salah satu penyakit saraf yang menyerang saraf pusat. Deni harus menerima putranya terbaring dalam keadaan koma sampai sekarang.

Harry yang sudah menunggu didepan ruang rawat menyambut kedatangan Rasya dan Deni.

"Jadi, kau sahabatnya?" Tanya Deni yang masih ingin memastikan.

"Benar" Jawab Harry singkat yang kemudian ia menoleh pada Rasya sejenak. "Kondisi putra anda tidak akan ada hubungannya dengan urusan anda dan Rasya. Tetapi pasti putra anda tau apa yang dilakukan oleh ayahnya. Ikatan darah lebih kuat dan kondisi psikologis putra anda yang akan mempengaruhi pengobatannya" Lanjut Harry.

Deni mengangguk paham. Kemudian ia menoleh pada Rasya lalu berkata "Jika aku bergabung denganmu, kau harus pastikan keselamatan putraku"

"Keselamatan putramu tergantung pada dirimu sendiri, Tuan Deni" jawab Rasya yang membuat Deni paham apa yang harus ia lakukan.

Harry mengajak Deni dan Rasya ke cafetaria untuk bicara lebih lanjut.

"Orang tuamu memutuskan untuk bercerai karena Gema. Mereka tidak berencana untuk memiliki anak kedua karena tidak ingin membagi harta mereka. Marta yang mengajukan gugatan. Alasannya karena Randy selalu menyalahkannya karena memiliki anak. Hak asuh Gema dimenangkan Randy karena Marta terbukti mencoba menggugurkan Gema dan Randy hanya menyerang Marta" Ujar Deni menjelaskan.

"Seharusnya setelah mengetahui kekerasan Randy pada Marta, pengadilan harus menyerahkan hak asuh Gema pada Marta" sanggah Harry dengan pemikiran dan logikanya.

"Marta tidak menginginkan Gema. Itulah yang dilihat pengadilan dan tugasku adalah memenangkan hak asuh Gema sekaligus mengabulkan gugatan Marta. Itu yang ayahmu inginkan"

Deni menatap Rasya yang sedang terpaku dengan fikiran yang penuh dengan pertimbangan.

"Hanya itu?" Tanya Rasya yang tidak percaya. Dia tau betul teman ayahnya ini. Dia pasti juga ingin mencari aman saat posisinya terancam. "Aku akan menurunkan sahammu jika kau masih menyembunyikan sesuatu!" Ancam Rasya.

"Aku tidak pertaruhkan sahamku, Rasya", Deni membuat lawan bicaranya paham bahwa yang ia pedulikan adalah kesehatan putra tunggalnya.

"Kondisinya saat ini stabil dan vitamin untuk saraf masih diberikan. Tapi dia belum bisa dioperasi atau menjalani fisioterapi. Dia hanya bisa dikonsulkan ke rehab medik. Itu pun hanya bergerak diatas tempat tidur agar tidak terjadi luka akibat tekanan pada kulitnya" Ujar Harry.

"Terima kasih", Deni bersyukur putranya tidak mengalami penurunan meskipun masih belum sadar dari koma.

Rasya melihat Deni yang terlihat sangat khawatir sekaligus bersyukur mendengar kondisi adiknya.

Andika, nama dari pasien yang sedang dibicarakan oleh Harry dan Deni. Usianya lebih muda dari Gema. Ia mengalami sakit itu saat masih di Sekolah Menengah Atas dan ternyata kondisinya masih belum berubah semenjak jatuh pingsan dilapangan saat pelajaran olahraga.

Rasya membenarkan ucapan dari Sahir dan yang lainnya. Ia bisa menggunakan Deni sebagai batu loncatan untuk membalaskan dendamnya. Dia tidak memerlukan ibu atau ayahnya. Justru mereka berdua lah yang seharusnya tidak bisa dipercaya.

"Tentunya Tuan Deni masih ingat semua yang diberikan ayahku saat menjadi pengacaranya" Ucap Rasya menyela tiba-tiba.

"Randy memberikan pengobatan dan penjaminan atas kesembuhan dan keselamatan putraku" Jawab Deni dengan percaya diri namun dibalas dengan senyuman miring penuh arti dari Rasya.

GEMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang