Malam itu Rasya mendapatkan penjelasan dari Yoga tentang kondisi Gema. Semuanya. Tidak bisa lagi Rasya menjelaskan semua perasaannya malam itu. Hatinya campur aduk penuh dengan bermacam-macam perasaan. Marah, sedih, kecewa, khawatir itu semua tidak bisa Rasya kendalikan.
Hingga kini, Rasya terdiam dalam kamarnya meringkuk menyembunyikan wajah diantara lututnya. Mulutnya terkunci rapat tapi mata elangnya tidak berhenti menangis. Kegagalannya menjaga adiknya sendiri membuat fikiran Rasya penuh dengan kalimat rasa bersalah dan umpatan.
Rasya memejam perlahan dan terus seperti itu untuk beberapa saat. Ia ingin menghilangkan rasa panas dan perih dikedua matanya.
"Kenapa kalian masih saja menghantui kami? Apa mau kalian?" Lirih Rasya perlahan.
Rasya berdiri perlahan dengan kepayahan. Ia membuka laptopnya dengan malas dan membaca beberapa artikel berita yang bisa menjadi informasi untuknya.
Pengusaha sukses, Randy. Contoh parenting terbaik untuk masa depan.
Marta : Ibu yang baik adalah wanita yang penuh kasih sayang.
Perceraian Marta dan Randy : Anak tetap harus bahagia.
Rasya tersenyum sinis dengan tatapan menghina setiap ia membaca dialog dan kabar tentang dua orang yang dibencinya itu.
Randy dan Marta tetap menyekolahlan kedua putra mereka, bercerai bukan alasan untuk mereka mengabaikan pendidikan.
"Jadi, seperti ini kedua orang tuaku dimata orang lain?" Tanya Rasya pada dirinya sendiri.
Setelah cukup atas semua informasi itu, Rasya menyusun amarahnya menjadi sebuah rencana untuk melindungi Gema sekaligus membalas semua yang dilakukan kedua orang tua mereka.
Rasya tidak ingin mengenal kata maaf, Rasya tidak ingin kata pengampunan. Rasya harus membuat kedua orang tuanya menyesal dan meminta maaf pada Gema. Bahkan, jika itu terjadi, Gema belum tentu bisa sembuh seperti sedia kala.
Sudah seminggu lebih Gema hanya terdiam dan menolak makan. Gema juga mengunci pintu dan menolak untuk bertemu siapapun. Adiknya itu sudah rusak luar dan dalam. Rasya akan selalu mengingat bagaimana penderitaan Gema hingga semua rencananya berhasil.
Rasya membuat janji temu dengan ibunya. Marta tentu saja senang dengan itu. Namun Marta belum bisa membaca apa yang Rasya inginkan dari pertemuannya kali ini.
"Aku akan pulang, Bu. Itu kan yang Ibu inginkan?", tanya Rasya pada Marta yang masih mengenakan kacamata hitamnya.
"Mendadak sekali. Kau berusaha menjebak Ibu?", Marta masih sangat berhati-hati.
"Ibu menginginkan hak asuh Gema juga kan?", jeda Rasya sesaat lalu ia mengambil semua dokumen kesehatan Gema diantara mereka. "Ini adalah bukti apa yang Gema alami saat bersama Ayah. Dengan ini, Ibu bisa mengembalikan nama baik Ibu sekaligus mendapatkan aku dan Gema", bujuk Rasya dengan tatapan tajam melalui mata elangnya.
Marta membaca lembar paling atas dari hasil otopsi yang Rasya berikan padanya. Marta mulai terbujuk namun Rasya harus berusaha lebih keras.
"Jika Ibu menginginkan nama baik Ibu kembali dan ingin mendapatkan aku dan Gema, maka sekutu Ibu adalah aku, bukan Ayah", bujuk Rasya yang kembali mengambil barang disaku jaketnya.
"Aku yakin Ibu tidak asing dengan ponsel ini. Aku bisa membawanya ke pihak yang berwajib dan memberikan keterangan lain pada mereka. Ibu tidak ingin itu terjadi, kan?", tanya Rasya sambil mengangkat kedua alisnya.
"Apa sebenarnya rencanamu, Rasya?"
Rasya membuang nafas sebentar dan menyandarkan punggungnya dengan santai. Lalu dengan sedikit senyuman ia menjawab, "Menjadi putra kesayangan Ibu", senyuman Rasya semakin melengkung ketika ia bertatapan dengan Marta.
"Selama ini Ibu dan Ayah berhasil membuat spekulasi publik dengan berita omong kosong itu. Tapi apa kau tidak menyadari 1 hal, Ibu? Ayah akan lebih unggul darimu karena Ayah memiliki kemenangan atas mediasi perceraian kalian dan mendapatkan hak asuh Gema. Kekayaan Ibu tidak akan bisa menjamin bahwa Ibu mendapatkan kami berdua"
Rasya melipat tangan diatas meja sambil mendekat pada ibunya lalu berkata, "Fikirkan apa saja yang bisa Ibu dapatkan ketika Ibu berhasil mendapatkan hak asuh kami berdua"
Lalu Rasya memilih untuk pergi meninggalkan Marta dengan fikirannya sendiri.
***
Rasya menatap gedung tempat ayahnya bekerja. Ia tidak ada niat untuk menginjakan kakinya didalam sana. Rasya tidak sudi, begitu juga dengan kantor Ibunya. Maka dari itu, Rasya memilih untuk bertemu diluar saja.
Yang Rasya tunggu, akhirnya datang juga. Ayahnya sedang bergegas keluar dari kantor dengan sekertarisnya. Randy tidak akan menyadari keberadaan Rasya karena kacamata dan juga topi yang hampir menutupi separuh wajahnya itu.
Rasya melihat mobil Ayahnya melintas menjauhi dirinya. Setelah itu Rasya berjalan santai mengikuti kemana pun Ayahnya pergi.
Ternyata Rasya harus tiba di restoran dengan interior kuno namun diparkiran restoran itu hanya ada mobil-mobil kelas atas. Rasya hanya melepas kacamatanya lalu beranjak memesan tempat duduk didekat meja yang sudah direservasi oleh Randy.
Rasya hanya mendengar obrolan tentang pekerjaan dan saham perusahaan ayahnya. Tidak ada yang menarik untuk Rasya.
"Kau mendapatkan informasi tentang anak itu?"
Kelopak mata Rasya melebar dengan alis yang menukik ketika ada penekanan dan juga maksud dari panggilan yang dilontarkan Randy.
"Tidak ada, Tuan. Sepertinya memang ia sudah memiliki penyakit mental seperti yang Tuan Randy inginkan"
"Jadi?" tanya Rasya dalam hati.
"Baguslah. Aku juga sudah tidak memerlukannya lagi. Biarkan saja kakak atau ibunya yang mengurusnya"
"Tuan Randy yakin? Karena jika Nyonya Marta yang mendapatkan hak asuh dari Rasya dan Gema. Maka, kesempatan Tuan untuk mendapatkan simpati serta kerja sama akan menurun" ucap Sekertaris Randy yang terlihat tidak yakin dengan keputusan atasannya itu.
"Marta tidak tau dan saat Marta mendapatkan mereka berdua, aku akan lebih mudah untuk merebutnya"
Rasya mengangkat dagu, melirik ke belakang tanpa menolehkan kepalanya. Jadi, Ibunya tidak tau kesehatan Gema dan Ayahnya manfaatkan itu untuk menjatuhkan Ibunya sekaligus untuk menaikkan grafik kesuksesaanya.
Rasya menekan tombol kecil pada alat perekam suara yang sejak tadi ada disaku coat coklatnya. Keputusan Rasya tepat untuk bersekutu dengan Ibunya. Ia bisa menjatuhkan Ibu dan Ayahnya sekaligus dengan rencana yang sudah ia susun dengan rapi.
-Rasya dan Gema-
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA || END
Fanfictionada kalanya redup dan ada kalanya bersinar dan Gema tidak bisa membedakannya @okt2021