Bagian 4 : Bintang di Surga

916 133 1
                                    

Gema berjalan tertatih memasuki kamarnya yang masih berantakan. Pandangannya terarah pada sekitarnya namun fokus Gema tertuju pada bagaimana cara untuk mengakhiri semua ini.

Bagi sebagian orang hidup Gema adalah impian. Tapi apa yang bisa Gema banggakan?

Keluarganya hancur berantaran. Ibunya tidak mengharapkan kehadirannya lagi. Ayahnya sudah buta dan kalap, ambisinya untuk lebih sukses dari ibunya membuat ia menjadi kasar dan menuntut Gema untuk selalu sempurna dalam segala bidang.

Gema terus menerus menumpuk sakit dalam dirinya, baik sakit secara fisik atau batin. Gema menyerah pada isi kepalanya. Dia akan mengakhiri semua ini jika memang harus berakhir.

Tangannya yang penuh dengan luka sayatan yang ia buat sendiri mengangkat satu-satu sisa amukan ayahnya. Gema hanya menyingkirkannya, dia tidak punya tenaga untuk membersihkan atau membereskannya. Paling tidak Gema bisa tidur dengan nyaman malam ini.

Ting!

Gema berjalan perlahan menuju tasnya yang tergeletak begitu saja dilantai dan membaca pesan dari Rasya. Gem, ayah berbuat sesuatu yang kejam padamu? Dia baru saja menelfon ibu.

Tatapan Gema menajam terlebih dahulu, kemudian dia mulai mengetik, Mungkin ayah rindu pada ibu. Rasya harusnya tau ini sangat sarkastik.

Selanjutnya, Gema tidak memperdulikan panggilan suara dari Rasya. Malam ini Gema benar-benar lelah. Tapi Gema tidak tidur. Matanya mengosong dan air matanya mengalir tanpa ia sadari.

Kosong, sakit. Hanya dua inilah yang ada dalam hidup Gema sejak kedua orang tuanya berpisah.

Sudah cukup. Gema harus segera menghilangkan fikirannya sebelum semakin berlarut. Dengan kondisi kamar yang masih berantakan dan juga tubuhnya yang penuh sakit, Gema memaksa kepalanya untuk membuka buku dan laptopnya dimeja belajar. Gema mencoba memahami setiap kata dari buku besar yang ada dihadapannya. Dia juga memaksa kedua mata yangs udah perih itu untuk tetap menatap layar komputer dengan cahaya yang amat terang.

Serba salah. Gema harus sibuk agar pikiran untuk menyakiti dirinya atau melenyapkan semuanya itu menghilang dan tidak lagi ia inginkan. Tetapi Gema sungguh lelah jika harus terus belajar dan memutar terus kepalanya.

Sekarang, Gema sangat ingin memukul kepalanya sendiri atau memecahkan kepalanya dengan hantaman benda tumpul yang sangat keras.

***
Rasya meraih kotak rahasia yang ada dilaci bawah lemari pakaian dan melihat isinya dengan sendu. Kotak itu berisikan satu-satunya kenangan Rasya bersama kedua orang tuanya dan Gema. Foto itu adalah foto terakhir yang Rasya miliki karena semua barang milik Gema atau ayahnya sudah dibuang oleh ibunya.

Rasya meraih foto itu dan juga liontin yang ada didalamnya. Sebenarnya itu bukan liontin, melainkn cincin pernikahan ayah dan ibunya, yang dengan sengaja Rasya menyimpannya dan membuatnya seperti kalung sehingga Gema dan Rasya bisa mengenakannya bersama.

Sayangnya, Rasya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memberikan kalung tersebut kepada adiknya itu.

Rasya akui, dia memang tidak tumbuh dewasa bersama Gema tetapi tatapan Gema dan juga nada bicara Gema yang sekarang bukanlah Gema yang dulu ia kenal. Rasya merasa Gema sudah terlalu jauh.

Diam-diam, Rasya mencari tau tentang mental illness dan membaca semua tanda gejala dari seseorang yang memilikinya. Hampir semuanya, mengarah pada Gema.

Rasya memejam perlahan dan membuat doa, menguatkan tekad, serta berjanji akan memberikn kebebasan dan kebahagiaan untuk Gema. Rasya tidak akan membiarkan Gema terpuruk dalam penjara itu lebih lama lagi.

-Rasya dan Gema-

GEMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang