Beberapa hari kemudian, Gema memulai lagi terapinya dengan benar sementara Ares dan Harry melakukan tugas mereka untuk mencari informasi tentang Randy dan Marta, musuh sekaligus kedua orang tua Rasya dan Gema.
Sahir dan Naresh berkewajiban untuk mencari kelemahan dari lawan mereka. Kali ini, sahir dan Naresh tidak akan biarkan ada yang kecolongan. Rasya dan Gema harus benar-benar ada dipengawasan mereka. Yoga dan Rasya yang berperan untuk menjaga Gema dan memastikan Gema mengikuti jadwal sesuai arahan Yoga dan kemampuan Gema.
Hari ini pun masih sama. Gema selesai bertemu dengan Yoga. Dikarenakan Gema sudah terlalu banyak mengonsumsi obat tidur maka Yoga menyarankan Gema untuk melakukan hal yang dia sukai ketika diserang oleh suara atau ketika ia merasa tidak nyaman.
Rasya langsung membelikan alat melukis lengkap dengan kanvas yang berbeda ukurannya. Kali ini, Rasya sedang menunjukan semua itu pada Gema dikamar adiknya. Kamar Gema juga sudah dipindahkan ke rumah utama dengan tujuan agar Gema lebih mudah dipantau dan jauh dari danau, takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
Gema hanya menatap semua perlengkapan lukisnya. Ia teringat ayahnya pernah membuang dan membakar semua alat dan lukisannya saat masih tinggal dengannya.
"Kau bebas melakukan apa yang kau mau, Gema. Gambar yang bagus, ya" senyum Rasya kemudian sambil mengusap kepala adiknya. Tidak ada kemajuan pesat dalam komunikasi Gema. Adiknya masih tanpa ekspresi. Kemajuan dalam pengobatan Gema adalah adiknya sudah mulai mengerjakan hobi dan kesukaannya.
Rasya memperhatikan punggung Gema yang sedang melukis dimeja belajar. Ia menghela nafas menyesal atas semua yang harus dijalani adiknya. Hal selanjutnya yang Rasya lakukan adalah mengambil ponsel Gema dan membawanya.
***
Rasya tidak menemukan pesan atau histori dalam bentuk apapun dalam ponsel adiknya. Yang ada disana hanyalah riwayat panggilan dari dua nomor sim card yang sama. Rasya tersenyum miring. Ia kemudian menekan nomor tersebut dan mendengar nada sambung panggilan dari ponsel Gema.
"Kau temukan keberanian untuk menelfonku, anak tidak berguna?"
Hati Rasya langsung penuh dengan marah dan kesal. Sejak kecil Gema mendapatkan kekerasan secara fisik dan verbal jadi wajar saja ketika beranjak dewasa Gema mengalami masa sulit seperti sekarang.
"Bagaimana kalau kita atur pertemuan saja, Ayah?", Rasya memberikan penekanan pada panggilan 'ayah' sambil mengangkat satu alisnya.
"Kau tidak perlu mengaturnya, Anakku. Aku bisa saja mendatangimu kapanpun. Apakah sekarang kau sangat merindukan ayahmu?"
"Iya. Aku sangat merindukanmu, Ayah" ucap Rasya secepat mungkin dengan tatapan menghina yang sedang menerawang jauh.
"Singkat saja. Kau ingin tau alasan kebencian yang diterima adikmu?"
"Aku kecewa mendengarnya. Kebencianmu itu urusanmu. Aku menginginkan yang lain"
"Kau tidak akan mendapatkannya, Rasya. Kau tidak akan bisa melindungi adikmu dan selamanya akan seperti itu"
Rasya tertawa sejenak lalu dengan nada menghina ia berucap, "Hehehhe. Aku rasa kau terlalu sibuk, Ayah. Coba buka saluran berita. Kau akan tau maksudku!", Rasya memutus panggilan itu sejenak.
Rasya menyalakan televisi yang ada didepannya dan melihat saluran berita yang ia maksud. Rasya dan Ares sengaja mengambil video cctv yang ada dirumah Randy dan menyebarluaskannya.
Gema terlihat sangat tersiksa dengan semua ancaman dan juga pukulan yang dilayangkan ayahnya. Rasya juga sudah mengunggah video itu dimedia sosial. Respon dari orang-orang sesuai dengan harapannya. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua yang menyayangkan adanya kekerasan dan eksploitasi anak.
"Ini baru permulaan, Ayah. Tunggulah saat aku benar-benar merampas semuanya dari hidupmu. Kau harus merasakan ketakutan setiap saat seperti yang dirasakan adikku!", ucap Rasya pelan dengan tatapan menuju wajah ayahnya yang terpampang dibalik layar televisi.
***
"Kau menurunkan saham ayahmu dan membuat nama baiknya tercemar" ucap Marta yang saat ini sedang menunggu kopi yang ia pesan bersama Rasya. Putra sulungnya itu sedang tertawa dan tidak berhenti menatapnya kasihan.
"Ya, aku berusaha dan sekarang ibu lihat sendiri hasilnya" ucap Rasya penuh dengan percaya diri. "Ibu ingin terkenal juga?"
"Hahhahahahah. Rasya, internet tidak akan semudah itu membuatmu menang melawanku atau melawan ayahmu"
"Aku tidak menganggap ini sebuah kompetisi, Ibu. Aku hanya ingin melihat ayah dan ibu hancur perlahan seperti apa yang dirasakan adikku!" Ancam Rasya namun dengan wajah yang sangat santai.
Rasya mengeluarkan ponsel Gema dan menunjukan video cctv saat Marta sedang dalam perjalanan dan berakhir di jalan menuju bukit. Marta secepat mungkin membalik ponsel itu dan mendekat pada Rasya.
"Kau fikir bisa menjatuhkan ibu? Lakukan saja. Ibu bisa lolos dengan segala macam cara" ucap Marta dengan yakin dan tatapannya terlihat sangat meremehkan Rasya. Namun ia masih menggunakan panggilan 'ibu' untuk Rasya.
Rasya dan Marta terdiam sejenak. Pada saat itu Marta memperhatikan sekitar dan melihat hampir semua pengunjung cafe itu berbisik dan melirik padanya.
"Kau fikir Randy akan jatuh sendirian? Tidak, Ibu. Dia akan membawamu bersamanya" ucap Rasya dengan tertawa pelan. Senyuman Rasya kali ini menyeramkan.
Ponsel Marta berdering dan secepat mungkin ia menjawab panggilan masuk diponselnya. Reaksi Marta yang terkejut dengan tatapan yang berubah cemas membuat Rasya tersenyum lebar.
Terbongkar : Skandal perceraian Randy dan Marta Karena Perebutan Saham dan Bisnis
PERNIKAHAN YANG DISENGAJA, PERCERAIAN YANG DIRENCANAKAN
Kedua pengusaha sukses Marta dan Randy terjebak isu eksploitasi dan penelantaran anak, hingga kekerasan terhadap putra mereka sendiri.
Kebohongan Publik dari Marta dan Randy!
"Hehhehhe. Aku sudah katakan padamu, Ibu. Ayah tidak akan jatuh sendirian" ucap Rasya dengan tertawa puas.
-Rasya dan Gema-
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA || END
Fanfictionada kalanya redup dan ada kalanya bersinar dan Gema tidak bisa membedakannya @okt2021