Gema mendapatkan lebih dari satu jenis bantuan melalui cairan infus yang kini menempel dipunggung tangannya. Meski tidak perlu penanganan diruang rawat kritis, Gema tetap dalam pengawasan ketat. Selama ini Gema tidak pernah mendapatkan perawatan atau pemantauan dari segi kesehatan fisiknya karena cukup dengan keberadaan semua kakaknya. Namun itu belum cukup untuk memastikan Gema dalam keadaan baik.
Rasya duduk terdiam disamping Gema bersama Yoga dan Sahir yang menemani. Harry tentu saja sedang melakukan pekerjaannya dan juga mengucapkan terima kasih kepada Deni karena bersedia membantu mereka.
"Menurutmu, Gema akan baik-baik saja setelah ini semua, Yoga?" Tanya Sahir sambil menatap Rasya yang sedang mengenggam tangan Gema erat.
"Yang jelas, Gema sudah memiliki keberanian untuk membebaskan dirinya sendiri, Kak. Sepanjang perjalanan aku yakin Gema pasti mendengar suara dari sahabat khayalannya itu lagi. Pastinya itu jauh lebih menyeramkan sehingga ia bisa jatuh sakit seperti sekarang. Yang aku khawatirkan saat ini justru kondisi fisiknya, Kak" Jawab Yoga sambil menatap Gema yang sedang berbaring dengan masker oksigennya.
Darah Yoga berdesir hebat saat membayangkan bagaimana tangan Gema gemetar kuat serta kedua kakinya yang tidak seimbang ketika menjelaskan apa yang ia alami didepan semua wartawan. Untuk pertama kalinya, Gema memperlihatkan lukanya dan juga berani memperjuangkan apa yang seharusnya.
Apakah kau masih berteman dengannya, Gema? Tanya Yoga dalam batinnya. Gema yang berani muncul dihadapan semua orang dan mengakui apa yang ia rasa memang satu kemajuan yang bagus dalam pengobatannya. Tetapi Yoga tetap harus berjaga-jaga.
"Kau akan langsung mengadili ayahmu, Ras?" Tanya Sahir yang tiba-tiba.
"Tentu saja, Kak-"
BRAK!!
Pintu kamar rawat Gema terbuka dengan keras. Pelakunya adalah Marta, ibu dari Gema dan Rasya itu muncul tiba-tiba dengan wajah marah penuh dendamnya. Sahir langsung menekan tombol untuk memanggil petigas medis dan mengatakan dikamar rawat Gema ada seseorang yang membahayakan.
"Ada apa? Aku hanya ingin menjenguk bungsuku. Hahahah..."
Rasya dan yang lainnya mendelik saat Marta tertawa dengan sangat keras dan menyeramkan.
"Pergi dari sini, Ibu!" Bentak Rasya dengan wajahnya yang marah beserta satu tangan menghalangi tubuh Gema. Takut kalau ibunya itu tiba-tiba menyerangnya.
"Rasya, apa kau masih belum mengenal ibu? Kau bilang ibu adalah sekutumu. Tapi kenapa kau menjatuhkan ibu juga, Rasya? Kenapa!!!" Teriak Marta yang tengah frustasi dengan kemarahan yang tidak terkontrol.
"Apa bedanya? Ayah menghancurkan adikku dan ibuku juga ikut membantunya. Bagaimana bisa seorang ibu dan seorang ayah menyebut bungsunya adalah anak yang tidak diharapkan! Sekarang, ibu kesini untuk menjenguknya? Bagaimana aku bisa percaya?!" Maki Rasya terus menerus pada Marta.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA || END
Fanfictionada kalanya redup dan ada kalanya bersinar dan Gema tidak bisa membedakannya @okt2021