Tangan kiri Gema terkulai lemas dengan beberapa goresan yang masih memerah dan beberapa ada yang masih mengeluarkan darah. Gema juga tidak membiarkan luka yang sebelumnya sembuh dulu, ia malah menambahnya dan membuatnya menjadi luka baru. Semua luka ditangan Gema menandakan diri Gema sendiri, dia tidak akan pernah sembuh. Dia akan selalu merasakan luka dan rasa sakit tanpa pernah berhenti.
Dengan fikirannya yang melayang, Gema hanya bisa melihat dirinya dihadapan cermin lemarinya. Sekarang, apa yang harus Gema lakukan?
Wisuda tahun ini, tidak akan ada kakaknya, ibunya, apalagi ayahnya. Padahal Gema sudah susah payah untuk mendapatkan nilai terbaik atau setidaknya dia ingin keluarganya menyaksikan dirinya menerima ijazah sebagai tanda kelulusannya. Gema tidak pernah meminta apapun sejak kecil. Jadi rasanya, tidak salah jika Gema menginginkan keluarganya bertemu walaupun hanya sebatas menemaninya diacara kelulusan.
Gema mengukir senyum menyedihkan pada wajahnya yang pucat dan lesu, apa yang aku harapkan?, Gema menepis itu semua dan memilih untuk realistis. Dia harus menjalani kehidupannya sekarang sebagai robot ayahnya. Setelah kelulusan nanti dia harus belajar untuk mengelola perusahaan dan juga melupakan ibunya dan membuang jauh keinginan untuk bertemu kakaknya.
Aku ingin berlari meninggalkan semua ini, lirih Gema dalam hati.
***
Rasya tentu saja tidak bisa tenang apalagi diam saja disaat mendengar dari ibunya dia akan meninggalkan Gema dengan segala keadaan yang ada disekitarnya. Rasya terus berteriak dan mempertegas bahwa dia tidak akan meninggalkan Gema, tapi Marta tetap memaksa Rasya untuk ikut bersamanya.
"Aku tidak akan kemanapun jika Gema tidak ikut, Ibu!" kekeuh Rasya sekali lagi dengan penuh penekanan.
"Kondisinya, Rasya! Ibu tidak akan bisa mengalahkan keputusan pengadilan. Lagi, Gema sudah bersama ayahnya dan dia juga sudah memiliki ibu disana. Apa yang kau harapkan lagi, Rasya? Ibu tidak bisa membawa Gema atau terus tinggal berdekatan dengan mereka!" keras Marta yang tidak kalah kesal melihat sikap anaknya yang tanpa Marta sadari, keras kepala yang Rasya miliki berasal darinya.
Rasya menggelengkan kepala dengan wajah yang menunjukan penolakan akan apa yang ia dengar. Rasya berjalan beberapa langkah untuk meraih tas punggung yang biasa ia gunakan dan melemparkan kertas tepat didepan ibunya. Marta yang berasa tidak terima, kembali mencoba untuk membentak Rasya.
"Ini yang kau lakukan pada ibumu, Rasya?!"
"Lalu apa bedanya dengan apa yang sudah ibu lakukan padaku dan Gema?", Marta terdiam dengan wajah kaku yang mulai melemas perlahan.
Rasya masih mengenggam satu lembar kertas yang menunjukan hipotesis dari semua anamnesa seorang dokter spesialis kejiwaan yang ia temui minggu lalu. Dengan mata yang sedikit berkaca, Rasya melanjutkan kalimatnya. "Hanya tinggal membuka lengan baju Gema maka kita bisa pastikan Gema mengidap penyakit mental dan itu karena keluarganya sehancur ini, Ibu. Jika dibiarkan, depresi Gema bisa semakin parah dan kita tidak tau lagi apa yang bisa dia lakukan untuk menyakiti dirinya!!" ucap Rasya sambil berteriak diakhir kalimatnya.
Marta bisa melihat kepanikan dan khawatir yang mendalam dari tatapan Rasya padanya. Namun Marta masih saja menjawab, "Gema sudah menjadi tanggung jawab ayah dan ibu tirinya" dengan nada dingin dan tatapan yang datar.
"Aku kakaknya, Ibu--" Rasya mendekatkan dirinya pada Marta dan menatapnya dengan sangat tajam. "Dan kau juga adalah wanita yang sudah melahirkannya, Ibu. Jangan pernah lupakan Gema pernah menjadi bagian dari kita, Ibu", Rasya kemudian meninggalkan Marta yang masih merenungkan kalimat Rasya.
Marta mengambil lembaran kertas yang dilempar Rasya dan membacanya dengan sangat hati-hati. Ada banyak sekali gejala Gema seperti, kontak mata yang kurang, kosong, sikap tidak peduli, gerak bibir, gerakan bola mata yang ketakutan, garis wajah yang menunjukan meminta tolong, menyembunyikan beberapa sisi tubuhnya, menarik diri, dan masih yang lainnya. Semua itu cocok dengan seseorang yang memiliki gejala depresi yang sudah harus membutuhkan penanganan.
-Rasya dan Gema-
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA || END
Fanfictionada kalanya redup dan ada kalanya bersinar dan Gema tidak bisa membedakannya @okt2021