Bagian 11 : Sahabat

828 119 7
                                    

Sementara Rasya dan Gema sedang sibuk untuk bertahan, kedua orang tua mereka saat ini sedang kalang kabut dan kebingungan untuk mencari kedua putra mereka. Kekhawatiran yang berujung menyalahkan satu sama lain membuat keduanya tidak bisa memiliki komunikasi yang baik. Randy dan Marta bahkan saling bertukar kalimat hinaan dengan kata "tidak becus menjaga anak". Padahal secara tidak langsung mereka berdua adalah penyebab kebahagiaan hilang dari Rasya dan Gema. 

"Kau adalah penyebab dari semua ini. Seandainya saja kau bisa membatasi Gema dan Rasya bertemu, mereka tidak akan kabur seperti ini!" 

"Jangan percaya diri. Kau yang akan menikah lagi dan memaksa perceraian ini terjadi!" 

"Bersembunyilah dari kata perceraian, Randy! Aku tidak akan menggugat cerai jika kau bisa membahagiakan kami!" 

"Tidak ada kata kami karena kau tidak pernah menerima Gema menjadi putramu!" 

"Kau juga tidak pernah menerima Rasya sebagai sulungmu!" 

"Karena kau selalu membatasi aku bertemu dengan anakku sendiri!" 

"Jangan pernah lupa bagaimana kau mendidik Gema. Aku tidak ingin anakku menjadi pendiam dan penuh luka seperti itu!" 

"Aku tidak akan pernah melukai putraku sendiri!" 

Beginilah pelik dan rumitnya sidang mediasi antara Randy dan Marta. Pihak ketiga sebagai mediasi yaitu sebuah Institusi yang bekerja dalam perlindungan HAM dan anak-anak mulai mempertanyakan apakah sesungguhnya ada keharmonisan atau ada kasih sayang diantara keduanya. Pantas saja Rasya dan Gema memilih untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya. 

"Rasya dan Gema mungkin tidak akan kembali jika kalian terus bersikap seperti sekarang. Yang harus dilakukan orang tua saat ini adalah berusaha mencari anak-anaknya dan menurunkan ego serta amarah masing-masing. Kalian harus mengerti Rasya dan Gema membutuhkan orang tua yang saling menyayangi satu sama lain. Mereka butuh orang tua yang bisa melindungi dan memeluk mereka saat bersedih. Mereka butuh rumah tempat mereka pulang dan butuh perhatian dari kalian berdua" kata ketua dari Institusi tersebut. 

Tetapi perdebatan masih berlanjut diantara mereka. Tidak ada yang ingin mengalah atau berusaha bersuara lebih pelan dari sebelumnya. 

***

Gema menatap kosong segalanya. Dia hanya duduk tenang diatas ayunan sambil menikmati udara sore yang sedikit lembab karena hujan baru saja reda. Bau tanah yang basah karena hujan menjadi candu yang tidak bisa Gema lewatkan. Tapi dibalik itu semua ada darah yang masih menetes dilengan kiri Gema akibat sayatan yang baru saja ditinggalkan oleh si pemilik tangan tersebut. Ya, Gema melakukannya lagi. 

Untuknya, tidak ada yang lebih baik dari pada melukai dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa menyembuhkan hatinya kecuali merasakan perih dan panas karena goresan. Gema dengan nafas pendek dantatapan kosongnya itu terlihat tenang padahal kepalanya sedang berisik. 

Banyak sekali suara yang Gema dengar dan secara tidak sengaja tersimpan didalam kepalanya. Terkadang, Gema juga mengajaknya berbicara. Batin dan fikirannya saling bercakap dan entah seberapa jauh percakapan itu hingga Gema tidak bisa lagi mengatur diri sendiri. 

Gema menganggap suara berisik yang ada dikepalanya itu adalah teman yang selalu bisa mendengarkan dan mengerti dirinya. Gema memanggil teman khayalannya itu dengan nama Dhani. Dhani yang sebenarnya untuk orang lain tidak ada tetapi untuk Gema, Dhani sangat berharga dan hanya dia yang bisa dipercaya. 

Setelah beberapa jam hanya menatap kosong kedepan, Gema menatap langit yang masih sedikit mendung dengan air mata yang perlahan mengalir dari ekor kedua mata bulat miliknya. 

"Langit itu sama sepertiku sekarang" lirihnya pelan pada dirinya sendiri. 

"Kau punya aku sebagai sahabatmu, Gem" ucap suara Dhani yang sesungguhnya adalah khayalan Gema. Dhani itu tidak pernah nyata dan tidak akan pernah ada. 

"Apa kabarnya kedua orang tuaku?" tanya lagi Gema dengan suara yang masih lirih dan masih menatap langit. 

"Mereka pasti bahagia sekarang karena kau jauh dari mereka. Mereka tidak pernah menganggapmu sebagai anak atau bagian dari hidup mereka. Kau hanya harus percaya padaku, Gem. Hanya aku yang ada untukmu. Tidak akan ada lagi siapapun yang bisa membahagiakanmu kecuali aku. Sahabatmu, Dhani!" 

Gema tersenyum tipis dan menurunkan pandangannya. Dalam hati, ia membenarkan Dhani. Untuk apa memikirkan kedua orangtuanya yang sudah jelas tidak menginginkan kebahagiaannya dan Rasya. 

Kak Rasya. 

Gema tersentak sedikit saat mengingat kakaknya. Rasya pasti sangat khawatir saat ini. Dia harus segera kembali ke kamarnya. Gema bangkit lalu berjalan sedikit tergesa-gesa.

***

Rumah yang mereka tinggali bertujuh ini cukup luas. Ada satu rumah yang mereka sebut rumah danau, karena letaknya berada hampir diatas danau. Rumah itu bisa ditinggali oleh dua orang. Rumah kedua adalah rumah utama. Dimana disana ada kamar yang bisa ditinggali bertiga dan cukup luas. Letak dari rumah utama berada ditengah dengan lapangan yang luas untuk dijadikan tempat menghilangkan kebosanan, untuk berolahraga atau sekedar bermain layangan. Terakhir, ada rumah makan. Disebut demikian karena disana ada dapur dan juga dua ruang makan yaitu diteras dan juga didalam rumah. Rumah yang hanya digunakan untuk mereka bersantap dan juga sesekali mencuci disana. Namun di rumah makan tetap ada kamar yang bisa diisi dua orang. 

Tapi semuanya terkadang tidur sesuka hati, terserah mau dirumah yang mana. Kebanyakan lebih suka di rumah utama karena luas dan nyaman. 

Gema berjalan menuju rumah makan yang tentu saja sepi. Kebanyakan mungkin sedang berada dirumah utama untuk menghabiskan waktu atau beristirahat setelah pulang bekerja mengingat waktu sudah sangat petang. 

Luka yang terkena air pasti sangat perih. Sesekali Gema meringis pelan saat membasuh lengannya sendiri. Gema membersihkan lukanya sebersih mungkin agar tidak ada yang tau itu adalah luka baru. Setelah selesai, Gema seharusnya meminum obat penghilang nyeri agar tangannya tidak terlalu ngilu. Tapi ya, sudahlah. Ngilu dan perih itu akan hilang dengan sendirinya saat Gema tertawa bersama keenam kakaknya. 


-Rasya dan Gema-













GEMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang