Bagian 18 : Istirahat

495 80 3
                                    

Rasya duduk dipinggir kasur dengan wajah tertunduk sementara Gema meringkuk dikepala kasur denga wajah yang separuh disembunyikan dikedua lututnya.

Mereka berdua terus bertahan pada posisi itu tanpa ada yang lebih dulu memulai percakapan. Rasya merasa semua kata penyemangat tidak akan membuat Gema lebih baik. Semua itu hanya akan menekan dan memaksanya. Kini yang bisa Rasya dan yang lain lakukan adalah mendampingi Gema dan membuat Gema menyadari ia tidak pernah sendiri.

Rasya juga sudah selesai menceritakan pertemuannya dengan Randy dan Marta, kedua orang tua mereka. Tidak ada reaksi apapun yang Gema tunjukan. Setelah itu hanya diam yang tersisa diantara mereka.

Dering ponsel Rasya terdengar....

Ibu :
Kita atur pertemuan besok pagi jam 09.00

Rasya tidak percaya ia masih memberikan nama 'ibu' pada nomor ponsel wanita yang sudah membuat adiknya seperti sekarang. Wanita itu hanya melahirkannya dan Gema lalu menjadikan mereka sebagai alat untuk mendapatkan kekayaan dan popularitas.

Dering ponsel Gema terdengar....

Rasya melihat reaksi Gema saat mendengarnya. Adiknya itu langsung menutup telinga rapat dan menyembunyikan seluruh wajahnya. Ia ketakutan tetapi tidak menangis atau terisak.

Rasya perlahan dan hati-hati menggeser badannya untuk mendekat pada Gema lalu memeluknya. "Mulai sekarang, biarkan Kak Rasya yang menemuinya" ucap Rasya perlahan tepat ditelinga kiri Gema. Dalam rangkulan itu, Rasya merasakan gelengan pelan, teramat pelan.

Rasya tersenyum sedikit. Ia bersyukur adiknya memberikan respon walau hanya seperti itu saja. "Bantu kakak ya, Gem" pinta Rasya yang tidak mendapatkan jawaban oleh Gema.

***

Rasya mendatangi kaki bukit tempat dimana Gema bertemu ayahnya diwaktu yang tidak tentu. Rasya sengaja menggunakan hoodie, celana, sepatu, dan topi milik Gema agar orang yang sedang menuntunnya ini tidak curiga.

Rasya memperhatikan sekitar. Tidak ada cctv jalanan dan tidak ada yang melewati kawasan ini. Rumah mereka adalah rumah yang berkonsep didekat bukit, danau, dan juga hutan. Pastilah, lokasi seperti ini sangat tepat untuk dijadikan kawasan menganiaya seseorang.

"Gema, kau akan pulang minggu besok" suara yang berat dan tidak asing itu sudah jelas datang dari ayahnya, Randy. "Kau harus bisa membujuk Rasya untuk pulang juga bersamamu. Tapi kau juga harus bisa membujuk ibumu agar mau mengambil hak asuh atas dirimu" sambungnya.

"Apa kabar, Ayah?", Randy terkejut dengan suara yang baru saja ia dengar. Dia bukan Gema. Dia adalah putra sulungnya.

"Jadi, inilah orang yang membuat adikku kembali mengalami trauma?", Rasya membuka topi dan kerudung hoodienya.

"Jadi sudah seperti ini putra sulungku. Kau berniat menjebak ayahmu sendiri?"

"Aku berniat membalasmu!", Rasya melangkah dan melempar tatapan amarah pada lawan bicaranya, "Setiap luka, setiap air mata dan penderitaan adikku, setiap tetes keringat dan darahnya, sedalam traumanya. Seperti itulah pembalasanku nanti!"

Randy tertawa keras. Yang dihadapannya saat ini terdengar sangat lucu. Si sulungnya mau membalasnya. Dengan cara apa? Bagaimana?

"Rasya, Rasya. Kau hanya mengenalku sampai kau masih sekolah dasar. Gema yang lebih tau bagaimana watakku. Lebih baik kau kembali saja ke pelukan ibumu"

"Kenapa kau lakukan itu pada Gema, Yah?"

Randy mengusap wajahnya frustasi, lalu ia dengan cepat juga mendekat pada Rasya. Jarak mereka sangat dekat. Tatapan amarah dan kebencian itu saling beradu. Wajah yang penuh kekecewaan itu saling bertemu.

"Gema itu masih milikku, Rasya. Hak asuhnya masih ada padaku. Saat ini aku bisa saja menggugatmu karena kau mengajak kabur Gema tanpa seijinku meskipun kau kakaknya"

"Kau membuatnya menderita!!"

"Kau punya bukti? Kau punya saksi? Gema saja tidak pernah bercerita padamu bagaimana dan apa yang terjadi didalam rumahku. Kau juga tidak punya bukti atas apa yang aku lakukan padanya disini, Rasya! Kau tidak punya kekuatan apapun. Hukum masih memihak padaku sebagai ayah dan pemegang hak asuh Gema!"

Rasya akui semua pernyataan ayahnya adalah kebenaran. Inilah alasan Rasya sangat berhati-hati dan memilih untuk bersekutu dengan ibunya.

"Coba kau tanyakan pada Gema yang sampai sekarang hanya membisu itu!"

BUGH!!

Sebuah pukulan keras dari Rasya telak merusak keseimbangan Randy sekaligus membuat luka robek pada pipi dalamnya. Randy baru sempat mengusap darah dibibirnya tapi Rasya langsung menyerangnya lagi. Kerah bajunya ditarik kasar, badannya didorong dengan cepat disertai dengan pukulan tanpa henti dari Rasya yang kekuatannya tetap sama, keras dan penuh emosi.

Serangan itu berhenti sampai orang suruhan Randy melerai. Kedua orang itu pun memegang kedua lengan Rasya untuk mengunci pergerakannya.

Randy kepayahan untuk berdiri tegap. Meski wajahnya sudah babak belur, ia tetap tersenyum miring menghina Rasya.

"Ini yang kau sebut pembalasan, Rasya?", Randy menghela nafas malas sambil membersihkan beberapa sisi bajunya. "Kau sudah memukul ayah hari ini" jeda Randy sesaat, senyuman miringnya melebar lalu ia melanjutkan dengan mendesiskan kalimatnya "Selanjutnya, permainan ayah akan dimulai", Randy tertawa lalu menitahkan orang suruhannya untuk memukul Rasya sampai pingsan.

-Rasya dan Gema-

GEMA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang