Part 30

8.7K 718 7
                                    

Rain saat ini berada di sebuah mall, ditemani oleh kedua pengawalnya yang setia siapa lagi kalau bukan revan dan Stefan.

"kalian duluan dulu, nanti gue nyusul" suara rain menyapa indra pendengaran kedua pria di belakangnya. revan dan Stefan saling menatap.

"kenapa?" ucap keduanya.

"gue ada urusan bentar dan jangan coba-coba untuk ngikutin gw" setelah melemparkan peringatan rain berlalu meninggalkan keduanya.

Stefan ingin menyusul rain namun ditahan oleh revan."ga usah, biarin dia sendiri untuk saat ini. gw yakin rain punya alasan ninggalin kita." Stefan mengangguk menjawab perkataan revan. kemudian keduanya pergi meninggalkan rain.

*****

Langkahnya menuntunnya ke arah seseorang yang saat ini tengah sibuk membaca berkas yang ada di tangannya. rain memakai maskernya lalu dengan sengaja menabrak orang itu.

brak

srak

"ah maaf pak saya tidak sengaja, maaf" rain membungkuk beberapa kali lalu memungut berkas yang berantakan. orang yang ditabraknya dengan cepat berdiri kemudian Kembali membungkuk guna memungut berkasnya yang berserakan dimana-mana.

rain memberikan berkas ditangannya kepada orang dihadapannya."ini pak,sekali lagi maaf"

"tidak apa-apa, saya yang salah karena telah menghalangi jalan." ucap orang tersebut setelah menerima berkas tadi.

rain mengangguk. Kepalanya merencanakan hal licik."maaf kalua boleh tau perusahaan bapak sedang dalam masalah ya? ah maaf saya tidak sengaja membacanya tadi." pria berumur dihadapannya menatap tidak suka pada rain. beraninya Anak kecil ikut campur dalam urusan kantornya.

"lebih baik anda tidak ikut campur pada urusan orang lain. saya permisi" pria berumur itu berbalik meninggalkan rain.

Dengan cepat rain menyela."tapi saya tahu jalan keluarnya. Ayah saya juga kerja di bidang seperti anda dan hal ini sering terjadi di perusahaan ayah saya. Saya juga sering membantu ayah saya jika masalah seperti ini datang, maka dari itu saya yakin bisa membantu anda."

Terdiam, pria berumur itu terdiam memikirkan perkataan sang gadis yang usianya menyamai anak gadisnya. Perasaan bimbang menguasainya, ingin menolak tapi perusahaan nya sedang dalam masalah besar, sedangkan jika diterima apa kata orang nanti.

Meski keraguan juga hadir tapi dalam keadaan mendesak akhirnya si pria berumur itu menerima tawaran rain.

"Apa kau yakin?" Ucapnya meyakinkan sekali lagi.

Rain mengangguk pasti. "Yakin!!"

"Saya tidak tahu apakah perkataan mu itu benar atau hanya sebuah lelucon tapi saya akan mencoba untuk percaya. Perkenalkan nama saya Gilbert dan anda nona?" Sambil mengulurkan tangannya.

Rain menerima jabat tangan ayahnya sendiri."Rain"

Deg

Seketika raut wajah Gilbert memucat. 'Rain' nama itu mengingatkannya pada mendiang anaknya yang meninggal beberapa tahun lalu. Rasa bersalah kembali hadir di hatinya.

Senyum tipis terbit dibibir rain."pembalasan di mulai ayah" gumamnya.

Tangan Gilbert bergetar, matanya menatap memohon pada rain. "Nak, apa bisa saya melihat wajah mu" suaranya terdengar parau dan rain suka hal itu.

Dengan tampang polosnya rain menjawab."kenapa?"

"Tidak tidak, saya hanya ingin melihatnya"

Rain mengangguk paham, perlahan tangannya membuka masker di wajahnya.

Deg

Deg

Deg

Suara detak jantung Gilbert terus berpacu saat netranya menatap wajah gadis yang 100% mirip wajah anaknya yang telah tiada.

Gilbert tak dapat lagi menahan tangisnya, suaranya terbata-bata."ka kau putriku rain. Putriku rain telah kembali, terimakasih ya tuhan akhirnya kau mempertemukan hamba dengan putri hamba." Tangannya menyentuh wajah rain dengan lembut setelah itu langsung memeluk sang anak.

Rasa bahagianya mungkin tak dapat diukur dengan apapun. "Nak maaf kan ayah, ayah bersalah. Ayah janji tidak akan mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya. Kau tau rasa bersalah ayah pada ibumu dan kau sangat menyiksa ayah selama ini, ayah berharap penderitaan itu menghilang tapi lihatlah sekarang ayah menemukan mu. Ayah sangat merindukan mu rain"

Rain diam tak membalas semua perkataan ayahnya, hatinya telah mati untuk keluarga nya. Ingatan yang ia dapat saat terbangun dari koma sangat menyakiti hati dan jiwanya. Seorang ayah mengabaikan anak kandung dan lebih memilih anak tiri yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri, hingga mengusir sang anak kandung dari rumah. Apa itu manusiawi? Hewan saja mati-matian melindungi anaknya, lantas kenapa manusia bersikap lebih buruk daripada hewan? Padahal manusia adalah mahluk sempurna yang diciptakan oleh sang pencipta.

Tujuan rain hanya untuk balas dendam, maka mari mengikuti alurnya dan berikan pelajaran pada mereka yang pernah menyakiti nya dulu.

"Maaf tapi saya bukan anak anda"

"Tidak kau pasti rain anak ku. Aku tidak akan percaya jika saja wajah mu tidak persis dengan mendiang istri pertama ku."

"Ayah saya sudah mening-"

"Ayah mu masih hidup sayang"

Gilbert melepaskan pelukannya lalu menatap manik anaknya. Perasaan dan instingnya sebagai seorang ayah menguatkan dugaannya bahwa rain di depannya ini memang putrinya, rain darah dagingnya sendiri bukan?.

"Mari lakukan tes DNA untuk memastikan keraguan mu, karena aku yakin kau 100% putriku"

"Maaf tapi tujuan saya hanya untuk membantu perusahaan anda tapi..." Rain menunduk dengan wajah sendu.

Isak tangis mulai terdengar." Ta tapi saya juga ingin tahu, apakah anda memang benar ayah saya atau bukan hiks. Saya lupa ingatan dan orang yang merawat dan sudah hiks saya anggap ayah sendiri telah tiada beberapa bulan lalu."

Tangis rain makin pecah. Aktingnya sangat patut di acungi jempol. "Dan sekarang saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi."

Gilbert kembali memeluk anaknya."tenanglah nak ayah mu sekarang ada disini. Kau tidak sendirian lagi, kau ingin tahu bukan? Kalau begitu mari kita tes DNA."

Rain mengangguk disertai senyum miring miliknya. Langkah pertama telah selesai selanjutnya langkah kedua yaitu masuk ke rumah keluarga Gilbert dan menghancurkan kedua penghuni lain disana. "Hahahaha ini akan sangat menyenangkan"

Mereka berdua menuju ke rumah sakit dan melakukan tes DNA. Karena hasil tes DNA memakan waktu yang lama. Keduanya sepakat akan bertemu kembali di rumah sakit ini.

Rain pergi dengan perasaan bangga akan rencananya yang berjalan lancar. Sedangkan ayahnya pergi dengan perasaan yang teramat sangat senang. Ia akan merahasiakannya dari vera dan istrinya. Mereka pasti akan terkejut jika hasilnya positif.

Antagonist Or Protagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang