Part 34

8K 631 49
                                    

Proses pemakan vera berlangsung dengan isak tangis para teman dan juga para kerabat yang memang dekat dengannya dan mendukungnya. Tak disangka semua ini terjadi dalam satu hari, kemarin mereka masih melihatnya sekarang…

Mayat vera telah dikuburkan dengan layak di pemakaman umum. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat tersebut. Yang tersisa hanya ibu nya semata.

“hiks kau yang tenang disana nak, ibu tidak akan membiarkan anak sialan itu hidup tenang di atas penderitaan kita. Semua pasti karena ulahnya kan? Kau sampai seperti ini pasti karena ulah anak pelacur itu.

“hiks ibu sudah membayangkan betapa indahnya hidup kita kedepannya tapi kenapa anak itu bisa kembali dengan selamat? Bagaimana mungkin orang yang dikatakan telah tiada kembali dengan badan yang utuh. Dia pasti bukan rain yang asli hahaha benar dia pasti palsu.”

Ibu vera mengelus batu nisan anaknya.”ibu akan membuktikan itu”

Begitu sang surya mulai kembali pada tempatnya, Rustiningsih meninggalkan pemakaman.

Suasana di kediaman gilbert terasa sangat sunyi, mereka masih memikirkan kepergian vera yang begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka tertawa bersama.

Berbeda dengan rain yang terlian b saja dengan semua ini, bukan maksud rain menyepelekan kematian tapi ini juga salah satu bentuk rasa senangnya karena rencana pembalasan dendamnya terlaksana satu persatu.

Rain memndang langit malam yang disertai awan. “hari ini sedang mendung.”

Saat sedang asik memandangi sang bulan, tiba-tiba kamar rain di dobrak dari arah luar. Gadis itu terperanjat kaget dengan suara dobrakan itu.

“apa-apa-“ belum sempat rain mengeluarkan protesnya, namun sebuah tamparan keras langsung mengenai pipinya. Rasa sakit dan perih terasa di wajahnya.

Plak

“apa yang kau lakukan pada anakku hah?!!”

“pasti kau yang membunuhnya. Iya kan?!!”

Rain tak menjawab,pandangannya datar. Memang niatnya ingin membunuh anaknya tapi kematian lebih menyayangi vera. Tanpa ia sentuh pun, vera mati dengan sendirinya. Bukankah tuhan mendukung rencananya.

“kau ingin balas dendam karena aku membunuh ibu mu kan, kau ingin membalasnya kan? Kau yang membunuh vera kan? Jawab!!!”

Rain masih memilih bungkam, senyum tipis terbit di bibirnya. Eva tak menyadari hal itu karena telah kalut dalam amarah. Seseorang sedang berada di depan pintu kamar rain dan mendengar semua perkataan eva.

“gotcha balas dendam kedua ku akan di mulai”

“ja jadi ibu yang membunuh ibu kandung ku? Kenapa hiks kenapa ibu melakukannya, padahal aku menyayangi mu layaknya ibu kandungku sendiri hiks” drama dimulai.

Rustiningsih tentu tak mengetahui maksud lain dari ucapan rain, dengan lantang ia mengatakan semua kebusukannya selama ini.”iya, bukan hanya ibu mu. Aku juga yang membunuh ibu reyhan dan sahabat mu rain lincoln. Dan terbukti kan semua orang menyalahkan mu hahaha. Kau tahu aku sangat membenci mu dan ibu pelac-“

Plak

Kepala rustiningsih menoleh kesamping tatkala sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Sebagian rambut menutupi wajahnya. Gilbert dengan amarah yang membuncah menampar sang istri.

Gilbert tak pernah menyangka, istri keduanya berani melakukan pembunuhan, bukan hanya sekali atau satu orang tapi tiga orang sekaligus, ternyata selama ini ia telah menampung seorang pembunuh di rumahnya.bagaimana bias ia tertipu dengan wajah sayunya, padahal dibalik wajah sayu itu terdapat kebohongan yang sangat besar.

“aku sungguh tak percaya, kau tega melakukan semua ini?”

Awalnya gilbert terkejut akan dobrakan di kamar putrinya, jadi ia mencoba melihat apa yang terjadi. Tapi tak disangka langkahnya membawanya pada kebenaran. Rasa amarah tentu membuncah, selama ini ia telah di bohongi.

Eva merasa terkejut, dengan perasaan takut ia langsung bersujud memohon ampunan pada suaminya.” Mas aku, semuanya tidak benar mas. Aku mohon mas percaya pada ku, aku tidak melakukan itu”

Gilbert menendang istrinya agar melepaskan kakinya. Eva terpental mundur.”kau sendiri yang mengatakannya, aku akan menelfon polisi dan memberitahukan semuanya. Aku juga akan menelfon reyhan agar ia juga tahu semua ini.”

Rain melakukan langkah selanjutnya.”ayah, aku mohon maafkan ibu. Biar bagaimana pun dia tetap ibu tiri ku”

Rustiningsih mengangguki ucapan rain. Baru saja ia ingin membenarkan namun terpotong oleh perkataan selanjutnya dari rain.

"Tapi kalau ayah bersi keras ingin memenjarakannya, aku harus apa hiks” rain berambur kedalam pelukan sang ayang, matanya melirik eva kemudian tersenyum mengejek.

“kau lihat kan, drama ini yang selalu kau pakai untuk menuduh ku. Karena kau aku dan ibu ku harus berpisah di usia dini dan menjadi bulan-bulanan mu”

Usapan lembut dapat rain rasakan di kepalanya. Ayahnya memeluknya.”tenang nak, kita tidak boleh membiarkan pembunuh keji ini berkeliaran di sekitar kita.”

Gilbert melepaskan pelukannya.”bi! “

Bi darsih langsung menghadap pada sang majikan.”iya tuan”

“tolong bawa rain ke kamar tamu dan tenangkan lah dia, rain pasti syok mengetahui semua ini.”

Bi darsih mengangguk, ia kemudian membawa rain keluar. Tanpa sepengetahuan orang lain, rain menjulurkan lidahnya kearah ibu tirinya itu.

Rustiningsih merasa tak terima, ia bangkit dari posisinya namun sebuah tamparan kembali menjatuhkannya.

“tetaplah di posisi itu sampai polisi datang dan membawamu” selanjutnya gilbert keluar dan tak lupa mengunci pintu agar eva tak kabur.

Beberapa menit kemudian polisi datang dan membawa eva pergi. Kepergiannya pun tak dilihat oleh seorangpun di rumah itu. Mereka merasa tak sudi untuk melihat pembunuh sadis sepertinya.


Antagonist Or Protagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang