Saat ini rain tengah berdua dengan reyhan di dalam ruangan. Semua orang telah pulang dan kini keduanya saling menatap.
"Rain"
"Hm"
"Lo gak boleh kemana-mana"
Alis rain terangkat, gadis itu heran dengan perkataan reyhan."emang gw mau kemana?"
Helaan nafas terdengar dari Reyhan."perasaan gw gak enak rain, entah kenapa gw ngerasa lo bakal pergi dari dunia ini"
Rain tersenyum lembut."rey, meskipun gw pergi sekarang itu adalah takdir."
"Gw cinta sama lo rain, dan gw gak bakal biarin lo pergi kemanapun itu"
"Gw tau" rain menatap pintu ruangannya. Lalu melirik Reyhan yang tengah memandang nya."tapi sorry gw gak bisa bales perasaan lo. Mungkin dulu gw cinta sama lo rey, tapi entah sejak kapan perasaan cinta itu perlahan menghilang. Rasa sakit gw lebih banyak rey."
"Meskipun gw udah maafin lo, tapi gw gak bisa ngelupain semua perbuatan buruk lo ke gw di masa lalu. Gw tau lo ngelakuin itu karena salah paham. Tapi rasa sakit yang lo ukir udah terlalu dalam. Dan itu gak bisa hilang sekalipun gw udah ikhlas maafin lo."
"Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk berjodoh di dunia ini. Entah di kehidupan selanjutnya atau di kehidupan kapan pun itu, mungkin kita bisa berjodoh."
Reyhan terhenyak mendengar perkataan rain lalu tersenyum. Biarlah saat ini ia mengalah untuk melepaskan rain, biarkan cintanya tetap ada sekalipun rain menolaknya. Bukankah cinta tak harus memiliki?
"Hm baiklah" reyhan berdiri. Merapikan selimut rain."istirahatlah" setelah mengucapkannya. Reyhan berlalu pergi meninggalkan rain.
Rain menatap pintu ruangan yang mulai tertutup. Rasa sesak di dadanya sangat terasa."maaf rey, gw juga cinta sama lo tapi rasa sakit yang lo ukir terlalu parah. Antara cinta dan benci, gw gak memilih salah satunya. Lebih baik kita seperti ini selamanya" setelah mengeluarkan unek-uneknya rain tertidur.
Tepat jam 12 malam, rain merasa sesak nafas seakan-akan oksigen di sekitar menipis. Matanya bergerak gelisah di dalam tidur. Berusaha menarik nafas sekuat tenaganya namun hidungnya terasa di tekan oleh sesuatu.
"Rain rain hey"
Sayup-sayup gadis itu mendengar suara seseorang yang terus memanggil namanya.
Perlahan suara itu semakin keras di telinganya."
"Rain!! Woi bangun kebo!!"
Teriakan itu berhasil mengejutkan rain. Rain berusaha mengambil nafas, namun sesuatu membuatnya terkejut bukan main.
"Sisi?"
"Iya ini gw bego. Lo kenapa sih kek orang linglung gitu? Kerasukan setan lo?"
Rain menatap tak percaya apa yang tengah di lihatnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya kemudian kembali menatap ke arah gadis di hadapannya. Namun sama! Orang dihadapannya belum menghilang. Sisi sahabatnya ada di hadapannya saat ini.
Mata rain kemudian menelusuri ruangan yang saat ini di tempatinya. Ini..ini kamarnya dulu. Tapi bagaimana bisa?
Sisi menatap rain yang bertingkah seperti orang linglung tak tahu dimana dan apa. "Hey lo kenapa?"
"Gw..gw bukannya udah mati terus masuk ke dunia novel?"
"Ck lo ngomong apa sih? Masuk dunia novel? Mana ada yang kek gituan rain." Sisi menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu."kelamaan tidur jadi gini nih, bangun bangun langsung haluuu"
Rain dengan sigap menatap sisi."beneran si. Gw masuk dunia novel terus jadi antagonis yang namanya sama kayak gw. Rain Gilbert! Gw masuk ke tubuhnya si antagonis itu."
Sisi menghela nafas pasrah."rain cantik mending lo cuci muka biar lo fresh. Lo cuma mimpi. Gak usah ngada-ngada"
Pikiran rain kacau, jelas-jelas semua yang ia alami di novel itu nyata tapi apa ini? Kenapa ia bisa disini? Apa benar itu hanya mimpi belaka? Tapi kenapa terasa sangat nyata?.
Rain tidak bisa membedakan mana yang nyata dan ilusi. Apa sekarang ia sedang bermimpi bertemu dengan sisi? Karena jelas-jelas ia tertidur di ruang rawatnya setelah kepergian Reyhan. Ya! Mungkin ini hanya mimpi belaka, pertemuannya dengan sisi hanya mimpi!
Lama memandang rain yang melamun, sisi mengambil air di kamar mandi lalu menyemprotkan ke wajah rain.
Rain kaget saat wajahnya terkena air. "Sadar woi, besok kita ujian kelulusan. Gausah jadi bego dulu"
"Hah ujian kelulusan?" Beo rain tak mengerti.
"Besok ujian kululusan dongo. Lo kenapa sih kek orang bego hah?"
"Tunggu tunggu bukannya kita udah lulus terus lagi ngurusin ujian masuk universitas? Terus gak lama lo ngajak gw buat kemah di tebing terus kejadian naas terjadi. Gw jatuh dari tebing dan meninggal."
Alis sisi terangkat."kemah? Ujian masuk universitas? Jatuh dari tebing? Fiks lo udah gila beneran."
"Kita masih SMA rain cantik. Dan besok adalah ujian kelulusan sebelum kita masuk universitas impian kita masing-masing"
"Tapi"
"Udah gak usah ngomong apa-apa lagi, sekarang lo mandi biar otak lo bisa balik jadi waras"
Rain masih tak percaya dengan semuanya."gak! Ini pasti gw lagi mimpi"
Tak
Sisi memukul kepala rain."shh sakit"
"Sakit kan? Itu tandanya lo gak mimpi bodoh! Au ah lama-lama gw emosi liat lo kek orang bego"
"Tapi sumpah gw udah mati terus masuk dunia no-"
"SUMPAH LO CUMA MIMPI RAIN ABRAHAM"
"Tap-"
"Lama-lama gw cekek lo ra." Sisi menatap rain datar.
Tok tok
Suara pintu yang di ketuk dari luar mengalihkan atensi mereka berdua.
"Rain, ayah beliin kamu baju baru nih"
Rain terkejut, itu suara ayahnya."itu suara ayah gw."
Sisi kembali menatap rain yang sedang cosplay menjadi orang bodoh. Ingin sekali ia menghantam kepala sahabatnya itu dengan kuat.
"Sabar... orang sabar disayang Tuhan. Tapi nih bocah minta di gampar anjir, ngeselin banget! Bego kok kebangetan? Tapi ini mah bukan bego lagi tapi udah gak waras." Gumam sisi sembari mengelus dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Or Protagonist (END)
FantasyTerjebak di dunia novel hanya dengan mengandalkan ingatan yang samar. mampukah rain bertahan?