HAI! Maaf kemaren nggak bisa update😭
Seperti biasa ya, jangan lupa vote dan ramekan kolom komentarnya! Yuk bisa yuk komen yang banyak🔥
Selamat membaca❤
•••
“Enak, Mas, di situ.”
“Di sini?”
Aku mengangguk singkat dan membiarkan Aulion mempertahankan pijatannya di bagian belakang leherku. Sementara kedua mataku memejam, menikmati gerakan jemarinya di sana sambil sesekali mengerang keenakan.
Seharian ini aku merasa tidak enak badan. Perutku terus bergejolak, seperti sedang diaduk-aduk sedemikian rupa, mendatangkan mual hingga sarapan yang kusantap pagi tadi harus berakhir menjadi muntahan.
Malam harinya aku tidak menginap di apartemen Aulion dan harus berjuang dengan rasa sakit di perutku seorang diri. Syukurlah selang satu jam kemudian, usai beristirahat sejenak dan menelan sebutir obat pereda mual, aku bisa berangkat kerja meski terlambat.
“Tadi malem makan apa?”
“Makan kayak biasa, Mas. Nggak yang aneh-aneh.”
Bila perutku sedang sakit, dugaan Aulion pasti langsung jatuh pada makanan yang kumakan. Sebab, aku memang sering kali menyantap makanan-makanan tak sehat. Tetapi sungguh, tadi malam aku memang tidak memakan yang aneh-aneh.
“Terus kenapa bisa sampe muntah gitu?”
Aku memang menceritakan pada Aulion apa yang kualami pagi tadi karena selama jam kerja, pria itu tak henti merecokiku demi mendapat alasan sejujur-jujurnya tentang keterlambatanku. Sudah kuberi kebohongan, tetapi sialnya Aulion sangat pandai menebak jika aku sedang berdusta.
“Masuk angin kayaknya,” jawabku, seraya mengedikkan kedua bahuku. “Udah, Mas,” ucapku kemudian, meminta Aulion untuk menyudahi pijatannya yang langsung disanggupi tanpa bantahan.
“Kita nggak usah ikut liburan bareng keluarga aku aja, ya?”
Aku membetulkan posisi dudukku, yang tadinya bersila di depan Aulion yang duduk dengan punggungnya yang disandarkan pada lengan sofa, kini memutar tubuhku ke arahnya. Pelototan langsung kulayangkan untuknya begitu kami sudah saling berhadapan.
“Nggak mau!” jeritku sambil mengerutkan bibirku ke depan, menghadangnya dengan penolakan secara terang-terangan.
“Kamu lagi sakit gini, lho.” Aulion tak mau kalah.
Wajahku mengerut dengan bibir yang sudah melengkung ke bawah. Aku menyipitkan kedua mataku padanya dan buru-buru menarik lengannya untuk masuk dalam genggamanku.
“Nggak mau, nggak mau, nggak mau! Pokoknya aku mau ikut!” Aku kembali menjerit seperti sebelumnya, tetapi kali ini nadaku berubah menjadi sebuah rengekan sambil menarik-narik kedua lengan Aulion seperti halnya anak kecil yang tengah merajuk.
Sedikit perubahan hadir dalam ekspresi Aulion. Bibirnya juga tampak berkedut menahan tawa, tetapi dia menahan agar air mukanya tetap lurus.
“Mas!” Aku mengentakkan tangannya dengan kesal yang disusul oleh genggaman kami yang terlepas. Kemudian melipat kedua tanganku di depan dada dan buang muka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Любовные романы[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...