Bab 3

42.8K 3.7K 30
                                    

Hai! Ketemu lagi hari ini🥳

Semoga nggak bosen ya kalo kita harus ketemu setiap hari🤭

Jangan lupa tinggalkan komen yang banyak supaya update setiap hariku nggak sia-sia😍 selamat membaca❤

•••

Ra, kalo gue deketin Mas Aulion, kira-kira dia bakalan nolak nggak, ya?

Ra! Gue seneng banget akhirnya bisa deket sama Mas Aulion. Ternyata bokapnya Mas Aulion sama bokap gue temenan.

Ra! Akhirnya gue jadian sama Mas Aulion!

Kepalaku hampir meledak saat kilas balik masa lalu kembali membanjiri pikiranku. Selama tiga tahun belakangan ini aku merasa baik-baik saja. Aku tidak takut jika suatu saat Jihan akan merebut Aulion dariku. Namun, entah kenapa kabar kembalinya dia ke Indonesia membuatku merasa waswas. Alarm pertanda buruk mulai berbunyi dalam kepalaku. Dan itu sungguh menyebalkan.

Setelah menerima kabar kepulangan Jihan dari Lara dan Lana, aku mulai mencari tahu tentang kebenarannya. Aku melakukan aktivitas di Instagram dengan fake account milikku hanya untuk men-stalking aktivitas Jihan di sana.

Okay, katakan saja aku pengecut karena mencari tahu aktivitas Jihan menggunakan fake account. Pasalnya, aku dan Jihan tidak lagi dekat. Kami juga sudah tidak saling mengikuti di Instagram. Aku jelas gengsi bila terang-terangan menampakkan betapa keponya aku terhadap hidupnya.

Dan sepertinya Lara dan Lana tidak membual. Sebab, aku menemukan beberapa Instagram stories Jihan yang menunjukkan jika dia tengah berada di Indonesia.

Kuhela napas panjang setelah mencapai garis terakhir dari stories-nya. Kuletakkan ponselku yang terlah terkunci ke atas meja. Sementara aku melipat kedua tanganku di atas meja dan menelungkupkan kepalaku di sana.

Dulu, Jihan adalah orang yang paling kusayang. Aku akan maju paling depan bila orang-orang menyakitinya. Sifatnya yang kelewat manja dan segala keinginannya yang harus terpenuhi memang sedikit menyebalkan, tetapi hal itu tak menghilangkan sedikit pun rasa sayangku padanya.

Sayangnya, masa lalu kelam yang terjadi di antara kami membuat hubunganku dengan Jihan merenggang. Ada tembok yang begitu besar di tengah-tengah kami. Entah dengan cara apa sekat berbahan egoisme itu bisa dihancurkan.

Harus kuakui jika kehadiran Jihan merupakan ancaman terbesar dalam hubunganku dengan Aulion.

“Lah, ternyata di sini anaknya.”

Aku mendengar beberapa suara yang familier di telingaku, serta derap kaki yang perlahan mulai mendekat. Tetapi aku tetap tak bergerak untuk melihatnya.

“Woy, Ra!” Sampai adanya gebrakan yang tak terlalu keras di atas meja, aku masih tetap diam dalam posisiku. “Dicariin sama Pak Bos, tuh. Heboh banget, deh, Si Bos. Kayak lo bakal pergi ke mana aja.”

Suara barusan milik Dena. Perempuan nyinyir yang kalau ngomong suka nggak dipikirin dulu.

Karena mendengar mereka terlalu berisik dan membawa-bawa nama bos, mau tak mau aku mengangkat kepala. Kutemukan tiga orang dengan wajah super kusut di depanku, ekspresi yang selalu ditunjukkan jika ketiganya habis disemprot oleh bos besar.

Sweet PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang