Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang jauh lebih lega dari sebelumnya. Separuh beban di pundakku sudah terhempas jauh. Untuk saat ini, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang Aulion yang pada akhirnya mengetahui fakta kelam mengenai keluargaku.
Percakapan kami tadi malam sudah beres. Masih teringat dalam benakku betapa tulusnya sosok Aulion. Tanpa peduli bagaimana latar belakangku, dia tetap menerimaku apa adanya. Entah harus dijabarkan seperti apa lagi, yang jelas Aulion telah berhasil membuatku semakin terjatuh dalam pesonanya.
Aku sudah bangun sekitar sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Aulion masih terlelap dengan nyenyak, tak menunjukkan tanda-tanda dia akan segera bangun.
Sepuluh menit waktu yang kumiliki sejak aku bangun kugunakan untuk mengamati Aulion yang tampak nyaman dalam tidurnya. Pria itu sedang dalam posisi telentang dengan selimut yang menutupi sampai ke pinggangnya saja. Sementara posisiku miring menghadap ke arahnya.
Kali ini Aulion tidur dengan napas yang terdengar lebih keras dari sebelumnya. Dia juga bernapas lewat mulut yang terbuka setengah. Hal itu dikarenakan dirinya yang tadi malam terserang flu.
Aulion jarang sekali sakit. Biasanya dia terkena penyakit jika sedang dalam kondisi yang begitu lelah. Dan itulah yang terjadi saat ini. Apa yang menimpa Aulion tak pelak menimbulkan setitik rasa bersalah dalam diriku.
Helaan napas berat keluar dari mulutku. Tadinya tanganku sudah terulur ke depan, hendak menyentuh rambut Aulion, tetapi segera kuurungkan niatku karena takut mengganggu tidurnya.
Puas memandangi Aulion, aku pun mengambil ponselku yang terletak di atas nakas. Sepelan mungkin aku membuat gerakan agar tidur Aulion tak terganggu.
Sejak kemarin aku tidak membuka ponselku sama sekali. Waktu yang kupunya tadi malam seratus persen kuberikan pada Aulion yang juga sempat mengalami demam.
Notifikasi yang masuk begitu banyak. Hal pertama yang kulakukan adalah membalas beberapa pesan masuk. Lalu, selagi menunggu Aulion bangun, aku membuka sosial media, mencari berita terbaru hari ini.
Yang kutemukan pertama kali adalah berita tentang pertunangan Jihan yang dilaksanakan hari ini. Pertunangannya menjadi pembicaraan di mana-mana. Semua media memberitakan pertunangan Jihan yang dikonsep dengan sangat mewah.
Aku sempat melupakan Jihan karena masalah kemarin. Tetapi bila teringat tentangnya, yang terpikir pertama kali dalam benakku adalah dirinya yang waktu itu membesuk bapak di rumah sakit. Sampai detik ini pertanyaan itu tak kunjung mendapat jawaban apa pun.
Jemariku berhenti bergulir, menatap layar ponselku yang kini sudah menampilkan Jihan yang tengah berpose berdua bersama calon suaminya. Dia tampak bahagia dalam foto tersebut. Tersenyum lebar tanpa beban. Dan tanpa sadar bibirku ikut merekahkan senyuman.
“Sayang.”
Interupsi yang tiba-tiba datang dari Aulion membuatku buru-buru mengunci ponselku. Kuletakkan benda tersebut di sampingku sebelum berpaling pada Aulion.
“Udah bangun?” tanyaku, yang kini sudah mengubah posisiku menjadi miring menghadap pria itu.
Aulion masih dalam posisi telentang. Kedua matanya juga memejam dengan napas yang terdengar berat.
“Hidung aku mampet, Ra. Nggak enak banget,” adu Aulion sambil memencet-mencet hidungnya. Suaranya pun terdengar sengau dan sedikit serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...