Ketemu lagi hari ini!
Aku pengen double update sebenernya, tapi entar aja deh ya, kalo tiap bab di cerita ini tembus 500 votes😋 bismillah yok bisa yok🤭
Selamat membaca❤
•••
“Kenapa kamu nginep di rumahmu yang kayak neraka itu sih, Ra? Kayak nggak punya temen yang tinggal di sini aja.”
Aku menyesap teh hangat dalam cangkir yang sedari tadi kugenggam dengan kedua tangan. Mataku melirik ke atas, memerhatikan Isna—salah satu teman baikku di kampung halaman. Senyum geli hadir dalam wajahku, merasa terhibur dengan omelan Isna yang kini sudah punya dua anak.
Dia masih berdiri di hadapanku, dengan sebelah tangan yang menggendong anaknya yang baru berumur satu tahun. Sedang tangannya yang lain digunakan untuk mengotak-atik ponselnya.
“Aku telepon suamiku dulu, Ra. Biar pas pulang nanti aku suruh dia mampir ke rumah Pak RT buat gerebek ibu kamu itu,” ucap Isna dengan nada menggebu-gebu.
Aku masih menikmati teh hangat buatan Isna, terus menyesapnya hingga tersisa setengah sambil terus memerhatikan Isna yang terlihat begitu kesal.
Sejujurnya sudah jadi rahasia umum tentang sikap ibuku yang seperti itu. Dari dulu Isna ingin sekali mengusir ibuku dari daerah sini, tetapi hal itu sangat tidak memungkinkan. Ditambah lagi dengan permintaanku supaya ibuku tetap diperbolehkan tinggal di sini.
Isna dan orang-orang di sekitar sini memang tidak ada yang suka dengan ibu. Syukurnya ibu memang jarang sekali pulang ke rumah hingga tidak ada cekcok yang harus terjadi setiap hari karena ibuku memang tipe orang yang suka ngotot.
Saat pulang ke kampung halaman, aku bisa saja menyewa hotel atau menginap di rumah Isna, tetapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melakukannya. Kendati ibuku sangat kejam padaku sejak dulu, tetap saja rumah itu memiliki banyak kenangan indah. Apalagi saat aku dan ayahku masih tinggal bersama.
Dan lagi, aku sengaja menginap di rumah juga karena ingin memastikan jika kondisi ibuku baik-baik saja.
Ya, meski sudah berulang kali disakiti oleh ibu, aku tetap tidak bisa abai terhadap dirinya. Sisi lain dalam diriku menolak keras ketika aku hendak memutus hubungan dengannya walau aku tahu ibu akan sangat senang jika hal itu terjadi.
“Nggak usah repot-repot, Na. Biarin ajalah dia mau apa juga.” Aku mulai menanggapi celotehan Isna setelah meletakkan cangkir berisi teh hangat milikku ke atas meja.
Isna menghela napas panjang, berpaling sejenak padaku dengan ekspresi jengah. “Masih mau belain ibu kamu?”
“Bukan mau ngebelain, tapi entar urusannya jadi panjang, Na. Aku pulang ke sini karena pengen nenangin pikiran. Sia-sia dong kalo entar ada huru-hara kayak gitu.” Aku membuat pembelaan.
Isna terdiam sekejap dengan pandangan kosong ke depan. Kemudian helaan napas panjang kembali keluar dari mulutnya seiring dengan posisi berdirinya yang diubah menjadi duduk.
“Capek banget lihat kelakuan ibu kamu itu,” gerutu Isna dengan putaran di kedua bola matanya.
Aku hanya tersenyum tipis, berterima kasih pada Isna yang sudah sebaik ini padaku. Dan malam ini pun kuputuskan untuk menginap di rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...