HAI! Akhirnya aku update lagi setelah beberapa hari ini sibuk nggak ngapa-ngapain selain nonton, ngegame, sama baca novel wkwk
Hari ini rencananya aku mau double update. Jadi, yuk diramekan bab ini. Kalo nggak rame, nggak jadi double update ah😋
Selamat membaca❤
•••
Aku memicingkan kedua mataku saat cahaya yang begitu terang terlihat di depan sana. Aku sampai harus mengangkat sebelah lenganku ke kepala untuk menghalau sinar yang hampir membutakan pandanganku.
Beberapa detik aku mengerjap, menyesuaikan netraku dengan cahaya yang masuk. Berhasil. Serta-merta kuturunkan lenganku dengan kepala yang berpaling lurus ke depan. Kedua mataku masih menyipit, tetapi cahaya tersebut lambat laun meredup, tak lagi seterang sebelumnya.
Kedua mataku terbuka lebar, menyaksikan hamparan padang rumput nan luas di depan sana. Langit tampak cerah dengan matahari yang cukup terik di atas sana.
Kerutan di dahi muncul saat benakku tak bisa menebak keberadaanku saat ini. Tempat ini terasa asing. Aku tak pernah mengunjunginya sama sekali, tetapi aku tetap melangkah maju sambil bola mataku berpender ke sekeliling padang rumput ini.
Saat sedang sibuk menerka-nerka tempatku berpijak saat ini, aku dikejutan dengan sebuah sentuhan di satu tanganku. Segera kuubah arah pandangku ke sisi kiri, menoleh ke bawah dan mendapati sebuah tangan mungil yang kini tengah menggenggam tanganku.
Cahaya itu kembali hadir, membuatku kesulitan melihat si pemilik tangan mungil tersebut. Dan genggaman itu pun tak berlangsung lama. Yang kusaksikan selanjutnya adalah seorang anak kecil yang tengah berlari-lari riang di depan sana. Posisinya membelakangiku dan cahaya terang tersebut terus mengikutinya hingga sosoknya tak bisa kulihat dengan jelas.
Dengan sebelah lengan yang kembali kuletakkan di dahiku, aku mengikuti langkah anak kecil tersebut. Kemudian terdengar tawa gembira darinya, yang entah kenapa membuat hatiku bergemuruh bahagia. Tanpa sadar aku tersenyum lebar.
Kedua kakiku terus melaju ke depan, mencoba menangkap sosok bocah kecil tersebut yang kini tengah berjongkok untuk mengambil bunga. Namun, begitu aku tiba tepat di belakangnya dan bersiap untuk menepuk pundaknya, tiba-tiba saja semuanya berubah gelap.
Aku tak bisa melihat apa pun lagi. Seketika merasa kehilangan karena anak kecil tersebut juga ikut lenyap dalam pandanganku. Aku hanya bisa mendengar suara-suara yang kini menyelinap ke dalam telingaku.
“Anak aku, Bun, anak aku udah nggak ada.”
Itu suara Aulion. Terdengar begitu putus asa dan dipenuhi kepiluan.
“Sshh! Nggak apa-apa. Ambil hikmahnya. Jangan terlalu menyalahkan diri kamu sendiri.”
Suara selanjutnya adalah milik bunda. Keduanya sama-sama terdengar sedih, tetapi aku tidak bisa menangkap dengan jelas maksud dari pembicaraan mereka. Bahkan, aku masih tidak bisa melihat apa pun selain kegelapan. Yang kudengar berikutnya pun hanyalah suara tangis. Tangisan milik Aulion.
Ya, Tuhan! Dia menangis?
Kenapa?
Ada apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...