Ketemu lagi hari ini! Udah siap baca bab 28?
Karena belakangan ini komennya selalu rame, jadi aku juga makin semangat update! Aku bakal usahakan update setiap hari kalo kalian selalu vote dan komen yang banyak. Jadi, semacam timbal balik ehehe😍🥳
Selamat membaca❤
•••
Menjelang sore, hujan mengguyur bumi dengan deras. Matahari meredup tetutup awan gelap. Tak ada lagi cahaya terang yang menyelinap dari sela-sela ventilasi. Digantikan oleh angin kencang dan kilat petir yang bisa disaksikan secara langsung lewat jendela kaca.
Tubuhku mulai pulih perlahan. Tenagaku juga sudah kembali setelah menyantap makan siang. Cairan infusku hanya tersisa setengah botol saja. Menunggu sampai habis agar Aulion membawaku pulang.
Setelah perdebatan panjang dengannya, aku diperbolehkan untuk pulang. Rupanya sejak tadi malam aku dirawat di klinik yang kemarin sempat kudatangi untuk memeriksakan diri. Pantas saja dokter yang merawatku tampak tak asing.
“Ra.”
Kutelengkan kepalaku dari derasnya hujan di luar sana, berpaling ke sumber suara ketika mendengar Aulion memanggilku. Dia baru kembali dari luar, dengan ponsel dalam genggaman.
Aku tak menyahuti panggilannya, hanya menatap lekat ke arahnya yang sedang berjalan menghampiriku.
Dia terlihat kacau. Kantung matanya menghitam, seperti mengindikasikan jika malam tadi dia begadang atau mungkin tidak tidur sama sekali. Pakaiannya juga masih sama dengan yang kemarin malam ia kenakan, yang kini tampak selusuh ekspresinya.
Tiba di dekatku, Aulion menarik kursi dan duduk di samping ranjang. Aku yang sedang dalam posisi duduk bersandar pada headboard dengan kaki selonjoran langsung melarikan jemariku di kepalanya, merapikan rambutnya yang acak-acakan.
Aulion tersenyum padaku. Untuk sesaat dia menikmati jemariku yang menyisir rambutnya. Netranya juga tak dijauhkan sedikit pun dariku.
“Bunda ada di luar, Ra. Pengen ketemu kamu.”
Kalimat Aulion barusan sontak menghentikan pergerakanku di rambutnya. Aku terdiam dalam beberapa detik sebelum menarik tanganku dan melabuhkan pandanganku padanya.
“Bu-bunda di sini?” tanyaku tergagap.
Aulion mengangguk. “Dari kemaren khawatir banget sama keadaan kamu.”
Seketika hatiku terenyuh. Aku sudah berburuk sangka jika bunda mungkin akan membenciku setelah keributan yang kubuat tadi malam, tetapi rupanya bunda masih memedulikanku.
“Apa Bunda tahu aku hamil?” Pertanyaan itu terlintas begitu saja di kepalaku, yang begitu cepat tersuarakan tanpa pikir panjang.
Aulion mengambil satu tanganku, membawanya dalam genggamannya. “Cuma aku doang yang tahu tentang kehamilan kamu. Dan dokter. Dan juga Tuhan.” Dia mengedikkan bahunya di akhir kalimat dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.
Kedua mataku memejam sekejap dengan helaan napas lega yang menguar begitu saja.
“Tolong rahasiakan tentang kehamilanku dulu ya, Mas,” ucapku setelah mataku kembali terbuka dan menatap Aulion dengan pupil yang melebar. Aku juga meremas pelan tangannya, meminta dengan sungguh-sungguh padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...