HAI! Kita ketemu lagi🤩
Karena bab kemaren tembus sampe 100 komen, jadi hari ini aku bakal double update!! Terus diramein pokoknya kolom komentarnya biar aku makin semangatttt🔥
Selamat membaca❤
•••
Aku mengenal dekat Aulion selama kurang lebih empat tahun. Bahkan, sebelum itu pun aku sudah mengenalnya sebagai kekasih Jihan. Jadi, apa pun tentangnya sudah kuhafal dengan jelas di dalam otakku, termasuk suaranya.
Dari rekaman yang Jihan kirim, aku tak dapat menampik jika suara itu bukan milik Aulion. Tak ada celah sama sekali yang bisa meyakinkanku jika orang dalam rekaman itu bukanlah Aulion. Dari suara dan caranya berbicara, aku yakin seratus persen jika itu memang Aulion.
Aku memejamkan kedua mataku sejenak, mencoba mengendalikan amarah yang hendak menerobos ke dalam diriku. Kemudian kulepas earphone dan meletakkan benda itu bersama dengan ponselku di kursi kosong di sebelahku.
Kuhirup udara untuk mengisi kekosongan yang terasa pekat di paru-paruku sebelum jemariku lari ke kepala dan mulai menarik rambutku dari kedua sisi. Bibir bawah kugigit kuat-kuat untuk menahan teriakan frustrasi yang sudah tiba di ujung lidah.
Rasanya sangat lelah. Cobaan tak ada habisnya masuk ke dalam kehidupanku. Jika saja tak ada banyak hal yang jadi tanggung jawabku, aku mungkin akan mengakhiri hidupku detik ini juga.
Aku menarik kedua lututku merapat ke dadaku, lalu meninggalkan rambutku yang sudah dalam kondisi acak-acakan, beralih membungkus lenganku di sekitar lututku dengan erat dan menenggelamkan kepalaku di sana.
Otakku tak bisa berpikir jernih saat ini. Tak kusangka jika menjalin hubungan dengan Aulion akan jadi serumit ini. Dan untuk pertama kalinya, aku menyesal telah masuk ke dalam hidup pria itu.
Aku juga teramat menyesal sudah mengadukan tentang perselingkuhan Jihan pada Aulion. Kalau saja waktu itu aku tetap diam, barangkali kini aku akan menjalani hidupku dengan bebas. Tak terikat dengan sesosok pria yang nyatanya masih dibayang-bayangi oleh masa lalunya. Serta menjadikanku sebagai objek aksi balas dendamnya.
Aku tertawa getir bersamaan dengan kepalaku yang kembali terangkat. Pandanganku kosong ke depan dengan pikiran yang bercabang.
Empat tahun bersamanya. Tak ada status apa pun. Kadang aku merasa seperti sosok yang tak dicintai olehnya. Dan kini aku tahu apa alasan di balik semua sikapnya itu.
Aku merasa begitu terluka dengan akhir dari hubungan kami yang berupa pengkhianatan. Hatiku terasa nyeri, seperti ada ribuan anak panah yang tertancap di sana. Memelintir hatiku sedemikian rupa hingga terkoyak tak berbentuk lagi.
Namun, tak ada satu pun air mata yang menetes. Seperti sudah kebal dengan rasa sakit yang datang silih berganti.
“Mbak!”
Seseorang kembali hadir di sekitarku. Dengan gerakan lemah kepalaku berputar ke samping, dan mendapati Anya di sana.
“Kamu udah baca chat Bang Aul belum, Mbak?”
Aku sedikit menggeser kedua lututku yang masih kutekuk, membuat jarak sejengkal dengan dadaku. Lantas, kumasukkan kedua lenganku ke dalam saku jaket yang sedari tadi melindungiku dari dinginnya udara malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Partner
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Bagi Tiara, Aulion adalah cinta pertama sekaligus patah hati pertamanya. Bagi Aulion, Tiara selayaknya obat yang tiba-tiba hadir di sela-sela patah hatinya. Keduanya sama-sama menyimpan luka. Lalu, memutuskan untuk ber...