13

2.4K 266 17
                                    

HAIIIII
RIEN BAAACK HIHIHI
BINTAANG DAN KOMEN YA JANGAN LUPA. BIAR AKU SEMANGAT HIHI

HAPPY READING

____________________

Rama berlari secepat mungkin kembali kedalam kelas , dia menerobos orang - orang yang melingkar mengerumuni adiknya.

"Minggir" ucap Rama.

Semua  yang mengerumuni Tama dengan  patuh memberi jalan lewat kepada Rama. Rama mengelus rambut Tama lembut.

"Cengeng" ejek Rama.

Tama yang tadinya menundukkan kepala langsung menengadahkan kepalanya , dia menepis pelan tangan Rama.

"Cinging" ucap Tama dengan bibir manyun.

"Balik kerjain kerajinan  kalian , nanti kakak - kakak pasti kesini lagi"  suruh Rama.

Dengan patuh semuanya kembali ke meja masing - masing.

"Diapain Ram ? Skors ?" Tanya Dika.

"Poin ?" Tanya Nio.

"Dikeluarin" jawab Rama santai.

"Alhamdulillah" ucap Dika dan Nio kompak.

"Kalau Rama dikeluarin gua ikut dia pindah. Bah lu kaga ada temennya Dik" ucap Tama.

"Ada Nio wleee" ejek Dika.

"Siapa yang mau temenan sama kamu?" Tanya Nio.

Dika memasang wajah terkejut penuh dramatis. "Nio , inget nio. Lu polos , lu ga laknat kaya si kembar yo".

Tama memukul tangan Dika keras. "Istighfar lu" ucap Tama.

"Dia kan atheis mana bisa istighfar" ucap Rama.

"Dosa lu bilang gitu. Fitnah lu fitnah" ucap Dika.

"Ini kenyataan Dik. Kapan lu shalat ?" Tanya Tama.

"Cukup Allah dan gua aja yang tau. Lu ga perlu kepo , ga perlu tau kebaikan gua" ucap Dika sambil tersenyum penuh arti.

"Yok dik" ajak Nio.

"Kemana ?" Tanya Dika.

"Tempat ruqyah" jawab Nio.

Rama , Tama dan Nio tertawa terbahak - bahak. Sedangkan Dika terus memukul lengan mereka bergantian. Tidak terima dicap sebagai saiton sendiri.

"Kira kira besok Rama jadi sasaran lagi ga nih ?" Tanya Dika.

"Oh jelas. Pasti udah ditandain sama mereka" ucap Tama.

"Asik lah ya diincer. Kaya artis" ucap Rama sambil tersenyum kecil.

"Heh. Inget poin. Ketat loh disini" ucap Nio.

"Yah selagi ga salah ngapain takut ?" Tanya Rama.

"Suhu mah beda" jawab Dika.

Mereka kembali tertawa. Mereka terus melempar candaan sambil mengerjakan kerajinan tangan.

••••••••••°°°°°°°°°°

Nio berjalan menyusuri trotoar , dia harus berjalan ke halte terdekat. Karena kondisi ekonomi keluarga yang sangat tidak memungkinkan untuk dia membeli motor ataupun sepeda. Nio harus naik angkutan umum untuk pulang dan pergi sekolah.

Si kembar dan Dika menawari tumpangan pada Nio. Tapi Nio bersikeras menolak dengan dalih tidak ingin merepotkan mereka.

Sampai di halte Nio duduk dikursi yang sudah disediakan. Nio menggerakkan kakinya yang sedikit lelah.

TaramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang