Bab 2

132K 8K 194
                                    


Helaan napas lega terdengar secara serentak. Bersama grasak-grusuk para penghuni kelas XI IPS 2. Penyebabnya tak lain adalah bel istirahat yang akhirnya berbunyi setelah 4 jam berturut-turut dicekoki pelajaran yang super memusingkan kepala.

Di bangku paling depan dekat pintu masuk terdapat Kara yang tengah merapikan alat-alat tulisnya. Sementara, di sampingnya Olin sang sahabat terlihat sibuk menyisir rambut curly kesayangannya.

"Ra, abis ini ke kantin, kan?" tanya Olin.

Kini, cewek itu sudah mengalihkan kesibukannya. Bukan lagi sisir yang ia pegang melainkan cermin berbentuk oval yang seukuran wajah orang dewasa.

"Iyalah. Gue lapar. Tadi pagi juga nggak sempat sarapan," jawab Kara.

Kara selesai dengan aktivitasnya begitu pula Olin. Keduanya pun berdiri dengan Olin yang sudah menggamit lengan Kara. Seolah-olah takut akan ditinggalkan oleh cewek berambut panjang itu.

"Hai, girls! Pasti udah pada nungguin, ya?"

Sapaan bernada genit itu terdengar dengan lantangnya. Seketika membuat dua cewek itu meringis ngeri sekaligus geli. Sementara sang pelaku kini justru memasang tampang yang super menyebalkan.

"Resh, jijik tau, nggak?" tegur Rengga.

Sejak tadi cowok berwajah kalem itu berdiri di samping Naresh. Tentu saja sambil menatap muak pada Naresh dan kelakuan absurdnya.

"Apa, sih? Gue nggak ngomong sama lo, ya," bantah Naresh.

Detik berikutnya, cowok itu mendekati Kara, lalu merebut Kara dari Olin.

"Minggir!" sentak Naresh pada Rengga yang masih berdiri di ambang pintu.

Sembari melengos malas, Rengga pun menepikan tubuhnya.

"Temen lo gila!" desis Olin, sebal.

"Ngomong di depan dia kalo berani," tantang Rengga.

Alis Olin menukik tajam. Pertanda tak terima dengan tantangan konyol Rengga. Yang benar saja. Terang-terangan mengejek apa lagi menghakimi seorang Nareshta langsung di depan orangnya? Tentu Olin tidak berani. Yang ada dia akan disulap jadi ayam geprek oleh cowok yang gemar memakai anting di salah satu telinganya itu.

Setelah sedikit berdebat keduanya pun menyusul Naresh dan Kara. Kini, dua orang itu tampak berada satu meter di belakang Naresh dan Kara.

Dapat mereka lihat Naresh yang gelendotan di lengan Kara sambil tebar-tebar pesona pada beberapa cewek yang menyapanya. Bahkan, tak jarang Naresh juga menerima hadiah dari cewek-cewek tersebut. Iya, Naresh memang populer. Dia punya banyak fans di sekolah ini. Tapi, jangan lupa juga selain populer dan punya banyak fans seorang Nareshta juga merupakan playboy ulung.

Waktu terlama bagi Naresh dalam menjalin hubungan dengan seorang cewek hanya sekitar satu minggu. Lainnya kadang ada yang baru 2 hari, tapi sudah diputuskan oleh Naresh. Alasannya? Karena cowok itu menemukan sasaran yang lebih menarik. Brengsek, kan? Iya, begitulah Nareshta.

"Gue heran," celetuk Olin tiba-tiba.

Wajah Rengga berpaling ke arah Olin. "Heran kenapa?" tanya Rengga.

"Ya, heran aja. Kok, Kara kuat, ya, bertahan di samping Naresh. Padahal, kelakuan Naresh benar-benar brengsek," papar Olin.

Pandangan Rengga kembali pada Naresh dan Kara yang masih berada di depannya. Kali ini Rengga tak berucap apa-apa untuk menanggapi pernyataan Olin. Apakah itu berarti dia tidak peduli? Entahlah. Untuk saat ini sepertinya Rengga memilih diam.

"Woi! Lo berdua ngapain, sih? Lama banget jalannya!"

Seruan bernada sebal meluncur bebas dari mulut Naresh begitu mereka sampai di kantin.

Possesive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang