Dengan ini, segenap civitas akademika SMA Ganesha menyatakan bahwa siswi dengan nama lengkap Cantik Ayuna Argaleka resmi Drop Out mulai hari ini.Itulah deretan kalimat yang terpajang di papan pengumuman sekolah. Lebih tepatnya surat keputusan yang menyatakan Yuna dikeluarkan dari SMA Ganesha dan kemungkinan besar akan sulit untuk diterima di sekolah lain.
Helaan napas berat terdengar. Hela napas yang sebenarnya tak cukup mampu mewakili perasaan Kara detik ini.
Entah apa yang sebenarnya ia rasakan setelah mengetahui keputusan pihak sekolah terhadap Yuna. Entah ia harus bersikap seperti apa saat tahu tentang Yuna dan pandangan cewek itu padanya.
"Kenapa harus kek gini, sih?" gerutu Kara.
"Semua bakal lebih mudah kalo seandainya aja lo suka sama Naresh. Gue bisa dengan leluasa benci sama lo, Na," ujarnya.
Di depan papan pengumuman Kara berusaha meredam emosi yang meronta. Antara kesal, sedih, canggung, dan bingung. Lagi pula siapa yang tidak akan bingung saat tahu ternyata selama ini dia ditaksir sesama cewek? Pasti tidak ada, kan?
"Gue tau lo pasti lagi bingung banget."
Bahu sempit Kara agak berjengit kaget. Ia pun menoleh ke samping. Sudah ada Yere di sana.
Wajah cowok itu tidak terlihat baik. Kantung mata terlihat jelas dengan sorot sayu dan bibir yang pucat. Bisa dipastikan Yere tidak tidur selama beberapa hari ini.
"Maaf, ya, Ra. Ini semua salah gue. Gue udah gagal jadi kakak yang baik buat Yuna," sesal Yere.
"L-lo ... lo nggak sepenuhnya salah, kok," jawab Kara agak terbata-bata.
Bukan karena gugup melainkan karena canggung. Melihat Yere membuat Kara teringat pada Yuna. Alhasil, rasa canggung itu semakin tampak di permukaan.
"Tetap aja, Ra. Semua ini nggak akan terjadi seandainya gue bisa sedikit lebih peduli sama Yuna," sanggah Yere.
Melihat Yere yang demikian terpuruk dalam sesal, Kara jadi tidak tega.
Dengan pelan Kara menepuk-nepuk punggung Yere.
"Lo udah lakuin yang terbaik, Yer," tutur Kara.
Atensi Yere terpatri pada Kara.
"Gue yang suruh Olin untuk sebar berita itu, Ra. Apa ... lo masih akan tetap bilang kalo gue udah lakuin yang terbaik?" tanya Yere seraya tersenyum miris.
"Untuk menghentikan orang yang kita sayang dari tindakan jahatnya kadang emang harus dengan cara melukai dia, Yer," kata Kara.
***
Hari ini ujian akhir semester akan dilaksanakan. Rutinitas Kara pun jadi sedikit berbeda. Ia bangun lebih pagi dan menyiapkan bekal untuk dirinya dan Naresh.
Saat memasuki dapur cewek bersurai hitam panjang itu masih belum benar-benar mengumpulkan nyawanya. Sebelah matanya pun masih terpejam. Beruntung ia tak jatuh saat menuruni anak tangga.
Begitu tiba di dapur Kara menguap beberapa kali. Ia juga mengucek matanya, lalu menuangkan air mineral ke dalam gelas. Air itupun habis dalam sekali teguk.
"Bangun, Ra! Bangun!" seru Kara sambil menepuk-nepuk pipinya dengan keras.
Rasa kebas dan panas pun menyerang. Seketika membuat kesadarannya jadi terkumpul sepenuhnya.
"Jangan tidur lagi!" tegas Kara, lalu membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sandwich.
Hari ini Kara akan membuat sandwich yang sedikit berbeda dari biasanya. Sebenarnya, semalam dia berniat memasak nasi goreng untuk bekal hari ini. Tapi, tiba-tiba Naresh malah minta dibuatkan sandwich.

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Playboy
Teen FictionNareshta Ravaleon Arkana adalah cowok populer di SMA Ganesha. Kepopulerannya ditunjang oleh penampilan dan tampang yang rupawan juga kiprahnya sebagai playboy. Naresh biasa berganti pasangan dari cewek yang satu ke cewek yang lain. Karena baginya c...