Bab 17

54.7K 4.3K 143
                                    


Hari telah beranjak sore. Suasana parkiran pun berangsur-angsur sepi. Sebagian besar siswa SMA Ganesha sudah pulang ke rumah masing-masing. Berbeda dengan Kara yang kini masih berdiri di parkiran untuk menunggu Naresh. Entah apa yang Naresh lakukan hingga harus membuat Kara berdiri selama lebih dari 20 menit hanya untuk menunggunya datang.

Setelah 20 menit berlalu, Kara kembali mengecek jam tangannya. Memastikan lagi sudah berapa lama ia di sana.

Dengusan pelan pun terdengar kala Naresh tak kunjung datang. Sementara, dua kakinya sudah mulai pegal.

"Naresh mana, sih?" tanya Kara pada kesunyian parkiran.

Perasaan Kara mendadak gelisah. Seolah akan ada sesuatu yang terjadi. Entah apa, namun Kara yakin akan hal itu.

"Naresh nggak kenapa-napa, kan?"

Lagi-lagi suara kecil Kara terdengar. Bertanya pada udara sore yang terasa sejuk menyapu kulit wajahnya.

"Lho? Ra, belum pulang?"

Axel si jahil dari kelas 11 IPS 2 datang. Kebetulan sekali motor vespa Axel bersebelahan dengan si Juki.

"Menurut lo?" balas Kara dengan nada malas.

Pasalnya Kara masih kesal dengan Axel yang tadi siang sempat membuatnya harus berlarian di koridor hanya untuk sebuah ponsel. Axel sialan memang. Begitulah pikir Kara.

Axel terkekeh, lalu memakai helm cokelatnya.

"Kasian banget. Cantik-cantik disuruh nunggu," ejek Axel.

"Diem lo!" sentak Kara.

"Iya, dah. Gue pulang dulu, ya, Ra. Kalo lo mengira gue bakal nawarin lo buat pulang bareng tentu salah. Kenapa? Karena gue adalah mahkluk Tuhan yang paling ganteng dan udah ada hati yang harus gue jaga, jadi maaf-maaf aja, ya, Ra," papar Axel seraya tersenyum pongah.

"Dasar cowok gila," umpat Kara.

"Udah sana. Pulang! Mual gue lihat muka lo lama-lama," usir Kara seraya mengibaskan tangannya ke arah Axel.

Sementara, Axel cuma senyum cengengesan dan sibuk memberikan kiss bye pada Kara. Setelah itu, Axel melajukan Vespanya, meninggalkan Kara dengan suasana hati yang kian buruk.

"Ck!"

Kara berdecak begitu motor Axel telah melewati gerbang. Ya, Axel sudah pergi. Namun, ada yang ditinggalkan oleh cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Tentunya bukan hati atau apapun itu, melainkan ingatan. Ya, ingatan akan apa yang sempat Kara lihat siang tadi.

Yuna.

Satu nama itu kembali menghuni benak Kara. Perlahan, membawa benaknya untuk kembali berkelana jauh pada tahun-tahun sebelum ia dan Naresh menginjakkan kaki di SMA Ganesha.

Yuna adalah cinta pertama Naresh. Itulah fakta yang harus Kara terima. Cewek bersurai kecokelatan dengan tubuh tinggi proporsional itu nyatanya telah berhasil membuat seorang Nareshta jatuh cinta hingga rela melakukan berbagai hal cheesy yang sempat sangat dibenci oleh cowok itu.

Ternyata cinta memang seajaib itu. Cinta bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan, cinta juga bisa menutup mata serta telinga seseorang dari orang-orang sekitar. Sehingga, seluruh perhatian orang tersebut hanya akan tertuju pada si pemilik hati, pada sosok yang telah berhasil membuat degup jantungnya bertalu-talu.

"Kara?"

Lamunan Kara terberai tepat saat suara berat Naresh merasuki rungunya. Sejenak, berhasil memunculkan kelegaan dalam hati Kara. Namun, rasa lega itu tak bertahan lama. Hanya beberapa detik bertahan sebelum akhirnya terganti dengan puluhan tanya yang sudah mengambil seluruh bagian dari dirinya.

Possesive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang