Bab 66

36.6K 3.1K 70
                                    


Tepat pukul 10 pagi kelima bersahabat itu tiba di salah satu pantai yang ada di Banten. Sesuai kesepakatan awal juga bahwa liburan kali ini difasilitasi oleh Yere.

Suasana pantai yang tidak terlalu ramai membuat mereka lebih leluasa untuk menghabiskan waktu. Dengan cuaca yang cerah serta udara yang sejuk. Berlibur ke pantai memang opsi paling tepat untuk menghilangkan penat dan melupakan hiruk pikuk ibukota.

Para cowok kini sedang bermain voli sementara para cewek sibuk berfoto selfie.

"Eh! Bentar!"

Yere berseru lantang sambil mengangkat tangan. Bermaksud memberi tahu Rengga bahwa ia belum siap menerima bola. Lantas, atensi Yere tertuju pada sudut lain yang sukses memicu rasa penasaran Naresh dan Rengga.

"Lo lihat apaan, sih?" tanya Rengga.

"Tau lo. Perasaan di sini nggak ada bule," celetuk Naresh.

Lirikan malas pun Rengga berikan.

"Itu Kara bukan, sih?" tanya Yere sambil menunjuk arah pandangnya.

Naresh dan Rengga berbalik serentak. Dari jarak beberapa meter mereka langsung dapat melihat Olin yang sibuk foto selfie dan Kara yang tengah berbincang dengan seorang cowok.

"Tikungan tajam, Resh," ejek Rengga.

"Siapa, tuh, cowok? Berani-beraninya nyolong start!" geram Naresh.

Langkah panjangnya pun terayun menuju Kara. Tak lupa, ia atur eskpresi wajahnya agar tampak sangar dan menyeramkan.

"Woi!" seru Naresh.

"Naresh?"

Kara terlihat cukup terkejut dengan kedatangan Naresh. Apa lagi saat melihat sorot mata tajam Naresh yang tertuju pada cowok asing itu. Hanya dalam sekali lihat saja semua orang akan tahu bahwa sekarang Naresh serasa ingin menendang wajah cowok asing itu saking sebalnya.

"Lo siapa?" tanya Naresh dengan nada super ketus.

Cowok bertubuh tegap dengan rambut agak gondrong itupun tersenyum.

"Lo sendiri siapa?" balasnya.

"Ditanya malah balik nanya. Jawab! Lo siapa? Ngapain pake deket-deket cewek gue segala? Hah?" hardik Naresh.

"Resh, apaan, sih?" tegur Kara.

"Apa? Kan gue cuma nanya. Dia aja yang nggak paham bahasa manusia. Lo dari planet mana, sih, emangnya?" oceh Naresh.

"Resh, dia cuma nanya restoran di sekitar sini," terang Kara.

Cewek itu berusaha menghindarkan kesalahpahaman yang nyaris terjadi.

"Halah! Alasan aja dia, mah. Ngaku! Lo mau deketin cewek gue, kan? Iya, kan?"

"Iya. Emang kenapa?"

Seketika wajah Naresh pun memerah. Pertanda amarahnya sudah naik ke ubun-ubun karena cowok asing yang super menyebalkan itu.

"Lo ...."

Naresh menyingsingkan lengan kausnya. Ia memberikan gestur seakan siap adu tinju dengan cowok itu.

"Resh, udah! Lo apaan, sih?" tegur Kara.

"Sori, ya. Gue duluan!" pamit Kara pada si cowok.

Lalu, Kara menarik Naresh agar pergi dari sana.

"Awas lo! Berani-beraninya deketin cewek gue!" hardik Naresh.

Setelah berjalan cukup jauh, Kara melepas genggamannya pada tangan Naresh. Cewek dengan short dress bermotif floral itu langsung menghadap Naresh. Sorot mata penuh murka, kini tampak begitu jelas.

Possesive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang