Bel istirahat sudah berdentang sejak 10 menit yang lalu. Tapi, Naresh harus rela menunda waktu istirahatnya karena diminta menghadap pelatih basketnya. Alhasil, kini Naresh harus berlarian di koridor. Ia sedang menuju kantin setelah selesai mendengar wejangan dari sang pelatih, pak Sahdan.Tiba di kantin Naresh langsung mengedarkan pandangannya. Ia mencari-cari keberadaan Kara. Sebab, tadi Kara bilang akan ke kantin lebih dulu bersama Olin.
Kantin SMA Ganesha yang ramai sedikit menyulitkan Naresh untuk menemukan Kara.
"Orang-orang pada nggak pernah makan apa gimana, sih?" gerutu Naresh.
Ia kesal karena kantin sekolah jadi seperti lautan manusia.
Namun, beruntung beberapa detik kemudian netra hitamnya menemukan sosok Kara yang tengah duduk berhadapan dengan Rengga, Olin, dan Yere. Wajah kusut Naresh pun berubah sumringah. Hanya beberapa detik saja karena setelahnya ia justru melihat sosok yang sangat tak ia suka, Yuna.
"Ngapain dia di sana? Ck!"
Naresh mengayunkan langkah menuju Kara. Ia duduk di samping Kara tanpa permisi. Lalu, menggeser mangkuk bakso milik Kara beserta es jeruknya.
"Naresh?" tegur Kara, kaget.
Alih-alih merespon teguran Kara, cowok itu justru melirik Yuna yang tepat di samping kanan Kara.
"Sini deketan!" titah Naresh, lalu menarik Kara agar duduk lebih dekat dengannya.
"Lo kenapa, sih? Datang-datang ngebucin. Norak tau, nggak?" omel Olin dengan mulut penuh mie ayam.
"Ya, suka-suka gue, dong," jawab Naresh.
"Ya, tapi--"
"Udah, Lin. Makan aja," lerai Rengga.
"Tuh, dengerin kata ayang Rengga," sahut Yere.
"Diem! Lo nggak diajak!" semprot Naresh.
"Ck! Udah-udah! Gue mau makan. Jangan berisik!" seru Kara.
Cewek itu ikut kesal karena teman-temannya yang terus beradu mulut.
"Gue juga mau, Ra," celetuk Naresh.
Semula, Kara sudah akan kembali memakan baksonya. Namun, celetukan Naresh berhasil menghentikan gerak tangannya.
"Lo mau?" tanya Kara.
Naresh mengangguk sambil tersenyum.
"Ya, belilah," kata Kara.
Empat orang yang mendengar jawaban Kara pun tertawa, mengejek Naresh.
"Beli sana! Jangan kek orang miskin," ejek Olin.
"Heh! Lo nggak--hmmphh!"
Mulut Naresh disumpal bakso ukuran besar oleh Kara. Alhasil, acara marah-marahnya jadi tertunda.
Mata Naresh melotot ke arah Kara. Pertanda ia tak terima dengan cara Kara menyuapinya.
"Lo mau, kan?" tanya Kara sekali lagi.
Sembari susah payah mengunyah bakso dalam mulutnya, Naresh pun mengangguk.
"Ya, udah. Tuh, udah gue suapin," lanjut Kara sambil terkekeh.
"Mampus!" hujat Olin.
Sementara Rengga hanya menggelengkan kepala. Lain lagi dengan Yere yang hari ini lebih pendiam.
"Kalian lucu banget, sih? Kayak couple-couple di drama Korea," cetus Yuna.
"Eh!"
Kara terpekik kaget karena Naresh menggamit lengannya tiba-tiba. Seolah takut cewek itu akan diambil orang lain atau mungkin Yuna. Ya, sepertinya Naresh sedang mencegah Kara terlalu dekat dengan Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Playboy
Teen FictionNareshta Ravaleon Arkana adalah cowok populer di SMA Ganesha. Kepopulerannya ditunjang oleh penampilan dan tampang yang rupawan juga kiprahnya sebagai playboy. Naresh biasa berganti pasangan dari cewek yang satu ke cewek yang lain. Karena baginya c...