Satu

11.7K 514 22
                                    

"Ingatlah bahwa pernikahan yang berhasil tergantung pada dua hal. Pertama, menemukan orang yang tepat. Kedua, menjadi orang yang tepat." - Tom Mullen.

Urusan hati antar sepasang manusia selalu saja menawarkan sejuta cerita. Dimulai dari proses perkenalan, penjajakan, keyakinan satu sama lain hingga keputusan untuk menikah.

Memang, tak selamanya pernikahan berisi metafora keindahan yang serba manis. Sebagian yang berpengalaman bahkan dengan tegas berkata, "tak mungkin ada satu pernikahan tanpa kerikil-kerikil tajam kehidupan."

Lalu, jika sudah begitu, apakah orang-orang akan menyerah? Sepertinya tidak. Bisa dipastikan bahwa hampir semua manusia normal di dunia ini memimpikan memiliki pasangan hidup yang dilegalkan dalam ikatan pernikahan.

Seperti halnya sepasang calon pengantin sedang berada di sebuah butik untuk hunting gaun dan setelan pernikahan mereka tiga bulan lagi.

"Gimana? Ada yang kamu suka?"

"Nggak, desainnya biasa semua."

"Ini udah butik ke-empat, sayang."

"Sayang, pernikahan itu sekali seumur hidup, jadi aku mau pernikahan kita menjadi sangat istimewa, gak mau yang biasa aja."
"Ayo kita cari butik lain, baru jam tiga juga kok."

"Hah? Baru kamu bilang? Kita udah ada di butik pertama dari jam sembilan."

"Ayolah cari yang lain ya, masa kamu tega nanti pas pernikahan kita aku bad mood gara-gara gak suka sama gaunnya," Andin merengek sambil cemberut membujuk calon suaminya.

"Mereka pasti punya desainer, kamu bilang aja maunya yang kayak gimana nanti pasti dibuatin."

"Kalau desainer mereka bisa, kalau nggak? Kamu liat deh gaun-gaunnya biasa semua, normalnya semua butik pasti akan pasang desain terbaik mereka di patung dan dipajang buat menarik customer, tapi mana yang terbaik menurut mereka? Aku gak srek."

"Terus kita mau ke butik mana lagi?"

"Sebentar," Andin membuka aplikasi search engine di ponselnya dan melihat riwayat pencariannya yang menunjukan daftar butik terkenal dan terbaik di Jakarta dan sekitarnya.
"Nah ini, Omega Boutique, gak jauh dari sini kayaknya, wait, oh cuma lima belas kilometer."

"Dari tadi ada kali kita muter-muter totalnya lima puluh kilo, kamu gak capek apa? Taruh aja deh mobil kamu di sini, nanti biar orang aku anterin ke rumah kamu. Kita bareng aja satu mobil ya."

"Ah nggak biar nanti kamu bisa langsung pulang istirahat, gak usah nganterin aku dulu."

"Gapapa Andin."

"Gak mau."

"Keras kepala banget sih kamu tuh."

kringg.. kringg.. kringg..

Mama Rossa, gumam Andin membaca nama penelepon.

"Mama kamu telepon," Andin memberikan informasi pada calon suaminya.

"Hallo, iya ma?"
"Belum ketemu yang srek ma, ini mau ke butik ke-lima tapi anak mama ngomel terus," adu Andin pada calon mertuanya.
"Iya, nanti aku pasti fotoin kalau udah ketemu contoh gaun yang aku suka,"
"Bye, ma."

"Kenapa mama?"

"Nanya aja udah di mana."

"Ohh, yaudah sekarang kita jadi ke butik ke-lima?"

"Jadi dong, ayo."

Kedua tangan pasangan itu tidak pernah terlepas selama berkeliling memperhatikan satu per satu gaun yang menempel di patung sebagai display.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang