Tigapuluh

3.5K 553 149
                                    

****

"Mau ke butik mana?" tanya Al pada calon istrinya.

Al baru saja melajukan mobilnya keluar dari apartemen Andin, hari ini mereka akan mencari butik untuk wardrobe pernikahan mereka.

"Terserah kamu"

"Kok terserah aku? Aku mana tau, Ndin"

"Aku juga gak tau mas"

Al tidak menjawab lagi, suasana di dalam mobil lalu hening. Setengah jam berikutnya mobil Al berhenti di depan sebuah butik yang sudah tidak asing.

"Kok ke sini?"

"Aku taunya cuma ini, sebelumnya kamu juga pesen di sini kan? Berarti kamu suka gaun-gaunnya"

"Aku gak mau" Andin menggeleng tegas.

Al menghela nafasnya, maksudnya membawa Andin ke Omega Boutique karena sebelumnya Andin memesan gaun di sana dan berarti Andin menyukainya tapi perempuan itu jutru menolak saat ini. Al pikir Andin akan bereaksi biasa tapi ternyata Andin malah menolak, ia paham mungkin Andin masih teringat dengan Roy dan belum bisa melepaskan masa lalunya itu.

"Yaudah kita cari yang lain ya" dengan sabar, Al kembali memundurkan mobilnya dari parkiran Omega Boutique.

Selama perjalanan, mata Al terus mengitar ke kiri dan kanan, memperhatikan setiap bangunan yang ia lewati, mencari sebuah butik yang layak untuk membuat gaun Andin.

Hari ini, Andin tidak banyak bicara seperti sebelumnya, Al juga bingung ada apa dengan calon istrinya itu. Kesekian kalinya, Al menoleh pada Andin yang ia lihat menatap kosong jalanan di depannya.

"Kita pulang aja ya" ucap Al memutar balik arah mobilnya ketika ada jalur putar balik.

"Eh?" Andin segera menoleh.
"Kok pulang? Gaunnya kan belum dapat, terus katanya mau dinner juga habis ini"

"Kamu keliatan capek, gak apa-apa nanti aja kalau memang mood kamu udah bagus lagi"
"Sekarang kamu lebih butuh istirahat"

Andin mulai menyadari kesalahannya.

"Maaf mas"

"Gak apa-apa, aku ngerti" Al tersenyum sedikit, ia tidak tau ada apa dengan Andin tapi tidak apa-apa jika Andin memang sedang tidak mood hari ini, ia bisa mengerti.

"Tadi malam aku mimpi, aku ada di sebuah tempat yang gelap banget sampai aku gak bisa liat apa-apa. Tiba-tiba ada cahaya yang bikin aku silau, cahaya itu semakin mendekat dan terlihat besar. Semakin dekat, aku bisa liat jelas kalau itu Roy, Roy pakai pakaian serba putih dan dia senyum. Cuma senyum aja gitu, gak ngomong apapun, gak sampai lima detik semua tiba-tiba jadi gelap lagi. Akhirnya aku bangun tidur dan gak bisa tidur lagi sampai pagi, mikirin arti dari mimpi itu"

"Kita ke makam Roy ya, kita juga kan belum minta izin sama Roy untuk menikah" ajak Al.

Andin mengangguk setuju.

..

Andin langsung berjongkok di hadapan batu nisan Roy, sementara Al berdiri di belakang Andin, menatap dalam batu nisan bertuliskan nama adiknya itu.

"Sini.." Andin mengadah menatap Al yang jauh di atasnya lalu menarik tangan pria itu agar ikut jongkok di sebelahnya.

Setelah membacakan doa, baru mereka mengajak batu nisan Roy berbicara.

"Terima kasih udah hadir dimimpi aku dan memberikan senyuman, aku gak tau artinya apa tapi sekarang aku sama mas Al ada di sini untuk-" ucapan Andin terpotong ketika Al menggenggam sebelah tangan Andin, membuat Andin menatapnya yang dibalas senyuman tipis oleh Al.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang