Tujuhbelas

2.2K 447 126
                                    

Twitter: @jgnkasihtitik

**

Awalnya Al masih membalas pesan Andin meskipun sangat jarang, tapi kemudian Al merasa dirinya dan Andin akan sulit untuk benar-benar saling melupakan, terutama dirinya, jika mereka masih berkomunikasi, jadi Al berpikir untuk benar-benar memutus komunikasi mereka dengan tidak pernah membalas pesan Andin lagi sama sekali. Andin juga beberapa kali bertanya pada mama Rossa tentang kondisi Al, tapi Al berhasil meyakinkan mamanya itu untuk ikut dalam kebohongannya. Dan akhirnya beberapa bulan belakangan Andin tidak pernah lagi menghubungi Al.

Hampir enam bulan berlalu, hanya ada Bima yang selalu bersama dengan Andin, itu membuat Andin mulai memiliki perasaan pada Bima, ia juga berpikir Bima sudah sangat sabar bersamanya selama ini. Bima bahkan menemaninya datang ke rumah mama Rossa dan ke makam Roy tadi, memperingati satu tahun kematian Roy. Andin mulai takut kehilangan Bima, ia takut Bima pergi, ia takut sendirian lagi, ia takut ditinggalkan lagi, sudah cukup kedua orang tuanya, Roy, yang terakhir Aldebaran. Andin mau Bima menjadi yang terakhir menetap bersamanya, ia tidak ingin lagi merasa ditinggalkan. Dari dulu satu hal yang paling Andin takutkan adalah kesepian, ia tidak mau merasakan itu lagi sekarang.

Tadi ketika pengajian satu tahun kepergian Roy, Al ada di rumah itu, tapi ia tidak keluar dari kamar ketika tahu Andin akan datang dari mamanya. Al semakin yakin kalau Andin bahagia bersama Bima, mereka terlihat baik-baik saja selama enam bulan berpacaran, dari jendela kamarnya Al bahkan melihat Bima merangkul Andin dan Andin melingkarkan tangannya di pinggang Bima ketika mereka turun dari mobil dan berjalan ke dalam rumah.

Andin mungkin sudah berhasil melupakan Al, tapi Al belum, ia masih menyimpan perasaannya untuk Andin, belum ada orang lain yang bisa menggantikan Andin, jatuh cinta pertamanya.

Siang hari setelah mamanya kembali ke rumah dari makam Roy dan mamanya bilang kalau Andin juga sudah pulang bersama Bima, baru lah Al bergegas pergi ke makam adiknya.

..

"Hi Roy," sapa Al berjongkok di samping makam adiknya. Kemudian Al berdoa. Setelah berdoa baru lah Al berbicara lagi.

"Roy, barusan lo udah ketemu sama Andin dan Bima kan?"
"Mereka cocok ya Roy, Andin cerita katanya Bima punya banyak kesamaan sama lo dan bikin dia inget sama lo,"
"Mungkin lo bisa bersahabat sama Bima dan sayang banget sama Bima karena kalian punya banyak kesamaan itu ya,"
"Sekarang Andin udah ada yang jaga dan itu sahabat kesayangan lo sendiri, dia udah bahagia,"
"Waktunya lo juga bahagia di sana ya, lo yang tenang, gak usah mikirin kami semua yang ada di sini,"
"Dan mungkin lo juga tau kalau gue entah sejak kapan punya perasaan sama Andin tapi lo tenang aja gue gak akan merusak kebahagian Andin sama Bima kok,"
"Ya udah ya Roy, gue pamit balik dulu."

Al menutup ucapannya dengan mengusap batu nisan Roy, setelah itu ia pergi dari sana.

..

Malam harinya ketika Al tidur, Roy datang ke mimpinya. Mimpi itu membuat Al terbangun dan berpikir keras, ia tidak ingat detail mimpinya tapi ia ingat satu kalimat dari sekian banyak kalimat yang Roy katakan di dalam mimpinya.

Jangan Bima

Al duduk dari tidurnya, ia terus berpikir apa maksud dari mimpinya barusan. Hanya bunga tidur kah? Atau karena ternyata alam bawah sadarnya berharap Roy berpihak padanya untuk bersama Andin jadi terbawa mimpi? Atau ada hal lain yang Al tidak mengerti? Setau Al, hubungan Roy dan Bima baik-baik saja sampai hari terakhirnya Roy.

Tapi setelah kembali terbayang bagaimana Andin ketika bersama Bima kemarin, Al tidak lagi memikirkan mimpinya, Al menganggap itu hanya bunga tidur, toh Andin bahagia yang berarti semua baik-baik saja.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang