Duapuluhtujuh

3K 544 122
                                    

Biasa

**

"Kamu yakin kita gak perlu bawa mama ke rumah sakit, Ndin?" tanya Al dengan penuh ke khawatiran. Ia baru saja membawa mamanya ke kamar dan membaringkan di tempat tidur.

"Mas, tenang ya, mama ini lagi shock dan sedih, kita harus tenang supaya bisa tenangin mama juga" dengan sangat lembut Andin berusaha menenangkan Al padahal nafasnya sendiri pun sangat cepat karena panik dengan keadaan mama Rossa.
"Ada minyak angin atau minyak kayu putih gak, mas?" Andin duduk di tempat tidur sebelah mama Rossa sambil terus mengusap punggung tangannya.

Al membuka laci nakas di samping tempat tidur mamanya, tempat kotak obat dan kotak P3K diletakan.

"Ini" Al memberikan minyak kayu putih pada Andin.

"Mama.." panggil Andin sambil membaui hidung mama Rossa dengan minyak kayu putih.

Al berdiri memperhatikan mamanya, berharap mamanya segera bangun.

"Maa.." panggil Andin lagi.

Perlahan mama Rossa membuka matanya, membuat Al dan Andin sedikit lega.

"Roy.." sebutnya pelan.

"Mama.." Andin mengusap bahu mama Rossa yang masih berbaring.

Mama Rossa menatap Andin.
"Ndin, Roy.."

"Mama tenang ya, mas Al udah beresin semuanya, Roy akan segera dapat keadilan"

Mama Rossa beringsut untuk duduk, dengan sigap Al membantu mamanya.

"Roy.." mama Rossa kembali menangis setelah ia berhasil dibantu Al bersandar di headboard temlat tidurnya.

"Mas, aku boleh minta tolong air putih buat mama?"

Al mengangguk, ia langsung beranjak dari kamar mamanya.

Setelah Al pergi, Andin memeluk mama Rossa lalu mengusap punggungnya lembut.

"Aku juga sedih ma, mas Al juga sama. Tapi sebenarnya ini justru awal ketenangan Roy karena semuanya udah benar-benar terungkap" bisik Andin di tengah pelukannya.
"Aku tau wajar mama sedih, hati Ibu mana yang gak sakit kalau tau faktanya kayak gini, tapi mama harus lebih tenang ya, jangan sampai mama kenapa-kenapa. Aku khawatir, mas Al juga khawatir, kasian mas Al ma"

Al masuk kembali membawa satu gelas air putih yang diminta Andin, ia melihat Andin sedang memeluk mamanya penuh kasih sayang, hatinya sangat tersentuh.

"Andin, ini minum mama"

Andin melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya sendiri. Ia meraih gelas di tangan Al.

"Makasih ya, mas"
"Ini ma, mama minum dulu ya biar lebih tenang" Andin membantu mama Rossa untuk minum.

Andin meletakan gelasnya di atas nakas setelah mama Rossa minum sedikit.

"Istirahat ya ma? Udah malam juga, tapi mama harus tenang dulu supaya gak mimpi buruk" Andin tahu betul dalam kondisi seperti ini lalu tertidur, mimpi buruk kemungkinan besar akan datang, karena ia mengalaminya sendiri berkali-kali.

Mama Rossa terlihat mengatur nafasnya, pelan-pelan nafasnya yang semula cepat mulai teratur.

"Istirahat ya ma, sini aku bantu" Andin membantu mama Rossa membaringkan tubuhnya, Al juga membantu mamanya.

Andin menepuk-nepuk pelan punggung tangan mama Rossa untuk memberikan ketenangan dan mengantarkannya tidur.

"Mama kayaknya udah tidur, gapapa, baik-baik aja kok. Kamu juga istirahat gih, tidur. Malam ini aku boleh nginep di sini kan? Biar aku jagain mama dulu"

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang