Sepuluh

2.6K 406 22
                                    

"Kamu kenal sama temannya Roy yang tadi?" tanya Al ketika mereka sudah berada di dalam mobil dan siap berangkat.

"Bima? Aku kenal baik, dia sahabatnya Roy."

"Ada apa tadi dia di sana?"

"Kasih cheesecake, katanya resep dari Roy, buat obatin kangen aku sama Roy," suara Andin memelan.

Al mengangguk.

"Kita mau langsung pulang atau mau ke mana dulu?"

"Langsung pulang aja boleh, mas?"

"Iya.."

Andin tersenyum lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran jok, matanya terpejam.

..

Jalanan yang seharusnya hanya ditempuh 15 menit jadi butuh waktu lebih dari setengah jam. Andin yang semula hanya berniat memejamkan mata sebentar akhirnya tertidur pulas.

"Andin.." panggil Al berusaha membangunkan Andin, mereka sudah tiba di parkiran apartemen.
"Ndin.."

Al menghadapkan tubuhnya pada Andin, matanya terpaku ketika menatap wajah mantan calon adik iparnya itu. Al mulai menyadari betapa cantik gadis di hadapannya ini. Tapi kantung matanya masih terlihat tebal dan sedikit gelap, Al menduga Andin masih sering menangis jika mengingat kepergian orang-orang tercintanya.

"Andin.." panggil Al lagi dengan usapan di tangannya.
"Andin, bangun.."

"Mm.." akhirnya Andin bergumam dan perlahan membuka matanya.

Al segera menarik tubuhnya menjauh.

"Udah sampe ya mas," ucap Andin setelah celingukan melihat sekitar.

"Iya," jawab Al singkat menatap lurus ke depan.

"Maaf aku ketiduran, mampir dulu yuk makan siang, tapi aku masak dulu sebentar ya."

"Saya langsung jalan aja ya, mau ke kantor soalnya."

Andin melihat jam yang ada di mobil, "baru jam 12 kurang sedikit, sampe kantor udah jam makan siang, makan siang dulu di sini ya?"

Akhirnya Al mengangguk setuju.

..

"Mas, boleh tolong ambilin daun bawang di kulkas gak? Aku nanggung nih tangannya banyak tepung," pinta Andin pada Al yang sedang menemaninya di dapur, Andin sudah memintanya menunggu di meja makan atau di ruang tamu tapi Al tetap berada di dapur biarpun hanya diam menyandarkan tubuhnya di samping kulkas.

Al membuka kulkas dan mulai mencari.

"Nih.." katanya menyodorkan pada Andin.

Andin menatap Al, "ini daun salam, mas."

"Beli aja deh Ndin makanannya," Al terlihat menyerah.

"Mas.. ini aku udah siapin loh setengah."

Al kembali ke kulkas, "yang ini, Ndin?" tanya Al masih berjongkok di depan kulkas.

"Itu kangkung,"
"Di bawahnya mas, di kotak di bawah itu."

"Ini?"

"Itu lengkuas mas, dari mana keliatan bentuk daunnya?" Andin menahan tawanya, seawam ini Aldebaran.

"Yang panjang-panjang itu,"
"Iya deket lengkuas,"
"Nah iya itu."

"Saya tunggu di ruang tamu aja deh Ndin," bukan tidak mau membantu Andin tapi ia bingung jika Andin nanti memintanya mengambilkan bahan-bahan lain yang tidak ia ketahui.

"Haha makanya kan dari tadi juga aku minta gitu,"
"Kalau kamu berdiri di situ sambil bengong dari pada kesurupan mending aku manfaatin kan."

Al hanya menggeleng kemudian berlalu tanpa menanggapi Andin.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang