Duapuluhdua

3.1K 545 91
                                    

Mulai sekarang 400 vote dulu baru lanjut, melihat vote di part-part sebelumnya gak sampe setengah dari jumlah pembaca. Thanks buat yang selalu vote, lafyu.

**

Al sampai di Manado jam sembilan malam, ia langsung menuju ke alamat yang diberikan anak buah Rendy. Infonya, setelah tiba di Manado Andin langsung ke sana dan belum pergi kemana-mana lagi sampai sekarang.

Di sini lah Al bersama Rendy sekarang, di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Pondok Pelita tapi sangat modern dan tampak berkelas.

Di sini lah Al bersama Rendy sekarang, di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Pondok Pelita tapi sangat modern dan tampak berkelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari dalam mobilnya, Al menatap ke sebuah ruangan yang jendelanya tertutup gorden vitrase di lantai atas, dugaannya itu adalah kamar. Ada siluet seorang perempuan berambut sebahu di sana, pasti Andin, pikirnya.

"Ren, ayo kita cari hotel dekat sini"

..

Andin saat ini berada di rumah peninggalan orang tuanya, rumah masa kecilnya yang sudah beberapa kali direnovasi mengikuti trend.

Rumah itu masih sangat terawat karena dihuni oleh asisten rumah tangga dan tukang kebun suami istri, Bi Sarti dan Pak Tejo, orang-orang yang sudah bekerja sejak Andin kecil.

Andin merindukan kedua orang tuanya yang meninggal karena penyakit menular dua tahun lalu. Andin pikir dengan kembali ke rumah, ia akan merasakan lagi kehangatan keluarganya tapi ternyata tidak, ia tetap merasa sendirian dan sepi.

..

"Bi, Andin pergi dulu ya," pamit Andin pada Bi Sarti yang sedang membuat sarapan untuknya.

"Loh baru semalam sampai udah mau pergi lagi? Ini bibi lagi bikin sarapan loh buat non Andin, sarapan dulu yuk," setidaknya di sini Andin bisa merasakan sedikit kehangatan dari Bi Sarti.

"Sebentar kok bi, nanti Andin pulang ke sini lagi, sarapannya buat bibi aja sama pak Tejo"
"Udah ya Andin berangkat, dah bibi," Andin melambaikan tangannya meninggalkan bi Sarti yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

..

Andin jongkok di hadapan makam kedua orang tuanya, setelah menabur bunga, Andin membacakan doa.

"Mama - Papa, maaf ya Andin jarang ke sini, Andin kangen banget sama mama-papa," ungkap Andin setelah selesai membacakan doa.
"Andin sekarang sendirian, Andin gak punya siapa-siapa lagi, Roy juga udah pergi untuk selamanya, ninggalin Andin, pasti mama-papa udah ketemu sama Roy juga kan di sana," Andin mulai menangis.
"Kenapa semuanya tinggalin Andin? Andin mau ikut aja biar gak sendirian dan kesepian di sini," Andin terisak, ia merasa betapa menyedihkan dirinya sekarang.

Andin memeluk batu nisan mamanya sambil terus menangis dan bercerita, meluapkan semua rasa di hatinya yang selama ini tidak pernah ia ungkapkan pada siapapun karena ia merasa hanya sendirian.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang