Duapuluhlima

3.1K 554 125
                                    

Kasian banget masih jauh dari 500, gak tega liatnya.

**

"Andin?"

Andin yang sedang duduk di sebuah kursi kayu panjang menoleh pada suara yang baru saja menyebut namanya. Dilihatnya seorang pria dengan penampilan berantakan berdiri tidak jauh darinya. Andin tersenyum tipis, pria itu mendekati Andin dengan berjalan dibantu tongkat, sebelah kakinya terlihat diperban.

"Apa kabar, Bim?" tanya Andin dengan ramah ketika Bima sudah duduk di hadapannya dengan meja di antara mereka.

"Mau apa kamu ke sini? Kamu seneng kan liat aku sekarang?"

"Aku sedih liat kamu, bagaimanapun kamu pernah mengisi hati aku dan selalu mendampingi aku"
"Tapi aku mau tanya, kenapa kamu ngelakuin itu sama Roy?" Andin benar-benar terlihat ramah dan lembut, mungkin karena masih ada sisa rasa di hatinya untuk Bima.

"Aku ngelakuin itu untuk kamu"

"Untuk aku? Tapi aku gak pernah mau Roy ninggalin aku, kamu tau aku bahkan udah mau nikah sama Roy"

"Untuk mendapatkan kamu, Roy selalu cerita betapa sempurna kamu dan setiap kita bertemu kamu selalu cantik Ndin, aku iri sama Roy"
"Mungkin selama itu kamu gak pernah sadar kalau aku selalu memperhatikan kamu"

"Tapi terakhir di rumah istri kamu, kamu bilang gak pernah cinta sama aku, kamu sama aku cuma buat main-main kan?"

"Aku cinta sama kamu, aku bilang kayak gitu cuma karena aku lagi emosi kamu dan bang Al pukul aku, aku bener-bener cinta sama kamu Ndin"

"Terus gimana sama istri dan anak kamu?"

"Rumah tangga kami gak pernah baik-baik aja, aku pulang cuma karena peduli sama anak aku, tapi biarpun aku gak pulang aku selalu kirim uang kok untuk mereka"
"Gugatan perceraian kami sudah didaftarkan per kemarin"

"Tapi kamu tau kalau kamu udah sangat jahat, Bim?"

"Aku tau tapi aku bener-bener dikuasai setan waktu itu, aku gak sadar dengan apa yang aku lakuin, aku seperti mendapatkan bisikan. Setelah Roy meninggal, aku sangat menyesal, tapi semua sudah terjadi dan aku takut mengakui semuanya"
"Aku minta maaf, Andin"

Andin mengangguk.

"Sekarang kamu udah ketauan dan kamu ada di sini untuk mempertanggungjawabkan semuanya"

"Andin, aku mohon tolong bilang sama bang Al untuk cabut tuntutannya, aku mau keluar dari sini"

"Aku rasa akan sulit kalau untuk membebaskan karena hukuman maksimal kamu aja adalah hukuman mati"

"Hukuman mati?" Bima terlihat kaget.

Andin mengangguk, "iya."

"Ndin, Andin, aku mohon Ndin tolong bilang bang Al seengganya ringankan hukuman aku. Dia pasti mau dengerin kamu Ndin, aku mohon" Bima memohon dengan sangat melas.

Andin diam tidak menjawab.

"Anak aku, kasian anak aku kalau harus.. harus.. hidup tanpa ayah. Nanti juga siapa yang bekerja untuk nafkahin dia, biarpun aku sudah bercerai sama ibunya tapi aku tetap bertanggungjawab atas anak aku"

Andin menatap Bima dengan mata berkaca-kaca.

"Andin, aku mohon kamu bicara sama bang Al ya"

"Aku coba" kata Andin akhirnya.

Bima tersenyum senang.

"Terima kasih Ndin, aku tau kamu masih cinta sama aku"
"Kalau kamu mau nunggu aku, setelah keluar dari sini aku akan nikahin kamu"

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang