Duapuluhenam

2.9K 544 93
                                    

500 langsung lanjut, kurang dari itu suka-suka aku 😌

**


Al membulatkan matanya mendengar apa yang baru saja Andin katakan.

"Maaf, mas" kata Andin pelan, ia takut Al marah karena menganggapnya membuat masalah baru.

Tidak mendengar reaksi apapun dari Al, Andin mengangkat wajahnya untuk menatap Al, ia melihat Al tersenyum geli.

Andin mengerutkan keningnya heran.

"Kenapa senyum-senyum?"

Al menghela nafasnya panjang.

"Kamu bikin kerjaan saya nambah aja"

"Maksud kamu?"

"Belain kamu kalau polisi introgasi seputar makanan dan alat mandi yang kamu kasih ke Bima"

"Emang bakal diintrogasi ya mas kira-kira?"

Al mengangguk.

Andin membanting punggungnya ke sandaran sofa lalu menghela nafas pasrah.

"Laper, Ndin" bunyi Al setelah mereka saling diam beberapa saat.

Andin mengerutkan keningnya, tumben sekali Al bilang lapar dan ingat makan.

"Mau makan" lanjut Al ketika tidak ada jawaban apapun dari Andin kecuali tatapan heran.

"Oh! Iya, ayo" Andin tersadar lalu berdiri memimpin jalan Al ke meja makan.

Al sudah duduk di meja makan sementara Andin membawakannya piring kosong, gelas kosong, tempat nasi, dan piring ayam goreng.

"Sayurnya gado-gado tapi belum aku ulek, gak enak soalnya kalo udah jadi terus didiemin lama"
"Aku bikin dulu ya, kalau kamu mau sambil makan gapapa tapi kalau mau nunggu juga boleh"

Andin meninggalkan meja makan menuju counter top, menyiapkan ulekan dan bahan-bahan, lalu mulai mengulek, mencampur kacang yang sudah digoreng dengan bumbu lain. Andin tidak suka memblender kacangnya, menurut Andin rasanya akan berbeda antara di blender dan diulek langsung.

Al belum makan, ia memperhatikan Andin yang sedang mengulek sambil beberapa kali menyeka keringat dan rambutnya yang maju ke depan.

Al meninggalkan meja makan, ia berkeliling apartemen Andin, kemudian datang menghampiri Andin. Menyingkap rambut Andin dari belakang lalu mengikatnya asal dengan ikat rambut yang ia temukan setelah berkeliling.

Andin diam di tempat, gerakannya berhenti seketika, ia tidak menyangka kalau Al bisa semanis itu. Andin menoleh pada pria yang masih menggulung ikat rambutnya.

"Kenapa? Sakit ya? Kekencengan?" Al tampak panik ketika melihat Andin menatapnya, ia sudah bersiap melepaskan kembali ikat rambut itu tapi Andin menggeleng pelan.

"Makasih ya" ucap Andin dengan senyumannya.

Tanpa sadar dan tanpa direncanakan, bibir Al ikut melengkungkan senyum melihat senyuman Andin sangat dekat di depannya.

"Capek nguleknya? Kalau capek biar saya bantu"

"Emang kamu bisa?"

"Belum pernah sih tapi ya bisa dicoba dulu"

Andin bergeser, membiarkan Al mencoba melakukan apa yang ia inginkan, lagipula Andin memang suka menjaili pria kaku itu, tapi sekarang udah gak kaku-kaku banget lagi.

Al bukan mengulek tapi ia menumbuk membuat beberapa kacang terpental ke mana-mana. Andin terkekeh melihatnya tapi ia sangat menghargai Al yang mau mencoba.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang