Sembilan

2.5K 399 32
                                    

Andin sudah siap dengan penampilannya untuk menghadiri press conference nya hari ini, ia tinggal menunggu Al menjemputnya. Sudah jam 9.15 tapi Al belum sampai, handphonenya juga tidak aktif, jika 15 menit lagi Al belum sampai juga, Andin memutuskan untuk berangkat sendiri, siapa tau Al lupa atau ada urusan mendadak di kantor.

Beberapa detik setelahnya, bel apartemen berbunyi, Andin segera beranjak dan menenteng tas kecilnya, ia menebak kemungkinan itu adalah Aldebaran.

"Ndin, maaf saya terlambat, tadi antar mama dulu ke bandara, ada kegiatan sosial ke pelosok NTT, kemarin saya lupa," ucap Al langsung ketika Andin membuka pintunya, ia terlihat kelelahan dengan nafas tidak teratur dan keringat di wajahnya.

"Gapapa mas, kita masih ada waktu 45 menit, tempatnya kan dekat, paling 15 menit sampai,"
"Ini kamu kenapa?" Andin mengusap keringat di wajah Al dengan tangannya.

Al tidak menjawab, ia menatap wajah Andin yang saat ini berada dekat tepat di hadapan wajahnya.

"Mas?" panggil Andin merasa pertanyaannya tidak dijawab.

Al berkedip cepat.
"Itu tadi liftnya antri, takut kamu keburu turun duluan berangkat sendiri, soalnya handphone saya juga baterainya habis jadi gak bisa kabarin."

"Ya ampun mas, minum dulu yuk, masuk.."

"Gak telat nanti?"

"Nggak, masih lama kok," Andin menarik Al masuk ke dalam apartemennya lalu mempersilahkannya duduk, sementara Andin mengambilkan air minum.
"Ini mas," Andin memberikan gelasnya pada Al lalu duduk di sebelahnya.
"Jadi mama ke NTT itu sekarang ya?"

"He'em, kamu tau?"

"Mama pernah cerita sih katanya mau ke NTT ada kegiatan sosial dari grup arisannya tapi aku gak tau tepatnya kapan."

Al mengangguk.
"Biar mama bisa relax sedikit dengan kegiatan-kegiatan positifnya,"
"Udah yuk nanti terlambat gak enak kamu," Al berdiri sambil menarik tangan Andin agar berdiri bersamanya.
"Oh iya saya boleh pinjam charger kamu untuk charg di mobil? Charger saya di rumah."

"Iya, aku udah bawa di tas," lalu Andin mengingat sesuatu.
"Kamu belum sarapan ya?" Andin yakin jika terburu-buru pasti Al akan melupakan sarapan apa lagi tadi pasti ia berangkat cukup pagi dari rumah.
"Aku ke dapur bentar," tanpa menunggu jawab Al, Andin pergi ke dapur dan beberapa menit kemudian kembali dengan satu kotak makan di tangannya.
"Ayo," ajaknya pada Al.

..

"Nih aaa.." Andin menyodorkan satu sendok berisi nasi goreng ke depan mulut Al yang sedang mengemudi.

Al cukup terkejut, ia menoleh pada Andin sebentar lalu kembali fokus pada jalanan.

"Aaa.. aku tau kamu belum sarapan, ayo."

Dengan ragu Al membuka mulutnya.

Suapan demi suapan Andin berikan kepada pria yang sedang menyetir di sebelahnya.

"Udah sampai Ndin, simpen dulu aja kotak makannya, nanti saya makan sendiri," ucap Al setelah mengambil tiket parkir gedung.

"Orang udah habis," jawab Andin santai sambil menutup kotak makannya.

"Hm?" Al menoleh dengan cepat setelah memarkirkan mobilnya.

Andin menunjukan tempat makan transparannya yang sudah kosong, hanya ada satu sendok dan garpu di dalamnya.
"Gak kenyang ya?" tanya Andin meledek.

"Bukan, it-itu maksudnya nanti saya makan sendiri buat siang, buat makan siang."

"Emm.." Andin mengangguk lalu meletakan tempat makannya di jok belakang.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang