Empat

2.7K 338 10
                                    

Setelah berkonsultasi dengan dokter, ternyata kondisi Al saat ini yang lebih memungkinkan untuk menemui Roy, karena alat yang terpasang di tubuh Roy terlalu banyak.

"Roy?" gumam Al terkejut ketika melihat kondisi Roy. Ia masuk ke ruangan Roy dengan kursi Roda yang di dorong oleh mamanya.

Roy yang merasa ada orang di ruangannya membuka mata, di sana sudah ada mamanya, kakaknya, dan calon istrinya. Roy tersenyum pada kakaknya yang ingin ia temui.

"Al.."

"Lo kenapa Roy? Kenapa bisa kayak gini?" tanya Al dengan raut wajah yang sangat khawatir.

"Gu-gue ga-papa," jawab Roy terbata dengan senyumannya berusaha menenangkan keluarganya.
"Gi-mana ke-adaan lo?"

"Gue udah baik-baik aja, lo juga harus baik-baik aja ya," pesan Al penuh harapan.
"Ma, Roy kenapa? Kenapa kayak gini?" tanya Al pada mamanya karena ia merasa Roy akan kesulitan menjelaskan.

"Roy kecelakaan, Al," jawab mama Rossa pelan. Andin yang ada di sisi kanan Roy hanya memperhatikan keluarga di depannya.

"Terus.. terus gimana keadaannya, ma? Roy bakal baik-baik aja kan?" tanya Al lagi.

"Al.." panggil Roy mengalihkan pertanyaan kakaknya.

"Kenapa? Lo butuh apa, Roy?" Al segera kembali menoleh pada Roy, selama ini Al adalah kakak yang siaga, apapun masalah yang Roy hadapi atau Roy buat, Al akan selalu ada membantunya, tanpa terkecuali.

Roy berada di perusahaan yang sama dengan Aldebaran, mereka kakak-beradik yang berhasil memimpin perusahaan yang diwariskan oleh papanya, sampai perusahaan itu memiliki cabang dan bidang yang lebih banyak, PT Alfahri Corp,.

Tapi mereka memiliki karakter yang berbeda, Aldebaran terkenal kaku, dingin, tegas, dan galak, meskipun di balik itu ia tetap perduli dan royal pada seluruh karyawannya. Sementara Roy dikenal dengan pribadinya yang ramah dan suka bercanda.

Roy orang yang profesional di perusahaan, ia sangat giat bekerja, sama seperti ayah dan kakaknya, tapi di luar kantor, ia adalah anak muda pada umumnya, keluar malam, berpesta, nongkrong, dan beberapa kali membuat ulah, Aldebaran adalah orang yang selalu pasang badan membackup adiknya ketika terjadi sesuatu, biarpun setelahnya Al akan memarahi Roy habis-habisan dan tidak segan memukulnya, ia berpikir lebih baik dirinya yang memukul adiknya dari pada orang lain.

"Ja-gain ma-ma.."
"To-long.."
"Jag-jagain Andin ju-ga.."
"Gue cuma per-caya sama lo.."

"Lo ngomong apa?"
"Kita akan jagain mama sama-sama,"
"Lo akan jagain Andin sendiri, kalian udah mau nikah."

Tangan Andin mengeratkan genggamannya pada telapak tangan Roy, air matanya mulai terjatuh. Ia tidak ingin dijaga siapapun selain Roy tapi Andin tidak ingin memotong percakapan antara kakak dan adik di hadapannya.

Roy yang merasakan tangannya digenggam semakin erat, menoleh ke kanan, menatap Andin.

"An-din.."
"Sa-yang.."
"Jangan nang-ngis.." tangan kiri Roy hendak naik dengan lemah untuk menghapus air mata Andin tapi Andin menahannya dan menghapus sendiri air matanya, ia tau Roy belum kuat dan tidak ingin Roy memaksakan dirinya.

"Iya, aku gak nangis," Andin menghapus air matanya dengan cepat.
"Kamu harus cepet sembuh ya, cepet sehat lagi,"
"Kita mau nikah, sayang,"
"Aku maunya kamu yang jaga aku, bukan mas Al, bukan orang lain, bukan siapapun," ucap Andin dengan perlahan, berusaha setenang mungkin.

"Al ba-ik.."

"Lo yang terbaik buat Andin, Roy,"
"Gue gak mau jaga Andin, lo harus jaga Andin sendiri,"
"Gue juga gak bisa jaga mama sendiri, gue butuh lo buat bantuin gue," Al berbicara sedikit keras, ia kesal pada ucapan adiknya, ia paham ke mana arah pembicaraan Roy.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang