Lima

2.8K 380 22
                                    

Hari ini tepat 40 hari kematian Roy. Untuk pertama kalinya Al mengunjungi makam adiknya.

Waktu itu, dokter keluar dari ruangan Roy dengan kabar buruk, membawa berita kematian. Roy meninggal dunia setelah ia menitipkan mamanya dan Andin kepada sang kakak.

Tiga orang yang menunggu di luar, seketika menangis mendengar kabar itu. Mama Rossa memeluk Al dan Andin segera berlari masuk ke dalam, menggoyangkan tubuh Roy dan terus memanggilnya, berharap tunangannya kembali membuka mata, tapi sampai Mama Rossa dan Al masuk berusaha ikut membangunkan, Roy tidak juga bangun.

Ketika suster hendak menutup wajah Roy dengan kain, Andin sempat histeris, ia kembali membuka kain itu dan menciumi seluruh wajah Roy. Mama Rossa menghampiri Andin, ia menarik Andin agar berdiri tegak dan memeluknya, berusaha saling menguatkan. Mama Rossa juga menangis tapi ia terlihat lebih ikhlas meskipun rasa sakit di hatinya pasti lebih dari yang Andin rasakan.

Beberapa saat kemudian, Mama Rossa melepaskan pelukannya dan beralih pada Roy untuk yang terakhir kalinya. Ia kembali mengecup kening Roy cukup lama, sebelum akhirnya tangannya sendiri yang menutup wajah Roy dengan kain.

Al hanya diam, air matanya terus mengalir tapi mulutnya bungkam setelah berusaha memanggil Roy kembali namun akhirnya sadar Roy tidak akan pernah kembali. Matanya menatap wajah Roy tanpa berkedip, ia menatap sedih adik kesayangannya itu, sampai akhirnya sang mama menutup wajah pucat Roy.

Detik itu juga, Al kembali mendapatkan serangan, hingga dokter memutuskan segera melakukan operasi transplantasi jantung. Dari situ, Al tidak bisa menghadiri pemakaman Roy, proses pemulihan juga memakan waktu yang cukup lama, sehingga di hari ke-40 barulah Al bisa mengunjungi makam Roy.

Sejak kematian Roy, Al sama sekali tidak melihat Andin, Andin tidak pernah datang menjenguknya di rumah sakit ataupun di rumahnya. Al sempat bertanya pada mamanya, mamanya bilang Andin hadir ketika Roy dimakamkan dan hadir juga di pemakaman ketika tujuh harian. Hanya saja, memang Andin terlihat lebih diam, hanya menangis dan pucat, di luar itu, Andin tidak bisa dihubungi.

Dengan kemeja dan celana hitam, serta sepatu pantofel berwarna sama, Al melangkahkan kakinya di pemakaman dengan Mama Rossa yang menggandengnya. Dari kejauhan, Al melihat seorang perempuan dengan pakaian serba hitam berjongkok di makam Roy. Meskipun dari belakang, Al tahu siapa perempuan itu.

Ketika melangkah semakin dekat, Al bisa mendengar doa yang diucapkan oleh Andin untuk Roy. Andin terus berdoa meskipun sambil terisak.

"Andin.." panggil Al pelan.

"Mas Al, mama.." Andin menoleh lalu menghapus air matanya tapi air mata itu tidak berhenti turun. Al berpikir, mamanya benar kalau Andin terlihat pucat, bahkan tubuhnya terlihat lebih kurus.

Al berjongkok di samping Andin dan Mama Rossa di depan Andin, di sisi makam satunya lagi. Mama Rossa mengusap batu nisan putranya dan menyapanya sebelum akhirnya membacakan doa bersama dengan Al.

Ketika menunduk untuk berdoa, Al mendengar suara isakan Andin, Andin berusaha menahan tangisnya tapi itu malah terdengar lebih memilukan.

Al memberanikan diri menarik Andin ke dalam pelukannya, Al mendekap Andin sangat erat dan memberikan usapan lembut di punggungnya.

"Roy akan sedih kalau kamu kayak gini," ucap Al dengan suara beratnya, ia pun menahan kesedihannya, beberapa hari setelah kematian Roy, Al pun selalu menangis ketika sedang sendirian.

Andin merasakan detak jantung di dada Al, ia mendengar detaknya, ia merasa seperti berada di dekapan Roy, irama detak jantungnya sama. Andin ingat kata-kata terakhir Roy kalau ia akan selalu ada dan menjaga Andin melalui Al, Andin juga tau kalau yang berdetak di dalam sana adalah Roy, jantung Roy, Roy tetap hidup di dalam tubuh Al. Andin membalas pelukan Al erat, ia mencengkram kemeja di punggung Al dengan kuat, tangisnya pecah.

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang