Delapan

2.5K 394 27
                                    

Hari-hari berlalu, kini sudah 100 hari kepergian Roy. Mama Rossa, Al, dan Andin pergi ke makam bersama setelah mengadakan pengajian di rumah. Kali ini Andin pertama kalinya turut hadir di pengajian setelah kepergian Roy dan ia juga terlihat lebih kuat ketika berada di pemakaman, tentu tetap menangis tapi langsung dihapusnya.

"Sayang, apa kabar di sana?" tanya Andin setelah memanjatkan doa.
"Kamu yang tenang ya, bahagia di sana, di sini aku udah lebih kuat, aku baik-baik aja, mas Al sama mama selalu jagain aku."

..

"Mas, pas masuk ke jalan besar kan ada mall gak jauh, kita lewatin kok, tolong drop aku di sana ya, aku mau cari blazer buat press conference besok," film dari Novel yang Andin tulis sudah menyelesaikan proses syuting, sebelum tayang mereka mengadakan press conference untuk membuat masyarakat semakin penasaran dan antusias untuk menonton.

Al melirik spion tengahnya untuk melihat sang mama yang duduk di kursi belakang. Mama Rossa terlihat memejamkan mata, terlihat lelah dan menahan kesedihan.

"Saya antar mama pulang dulu ya, setelah itu saya temani kamu."

"Gak usah mas, aku bisa sendiri kok," Andin menolak, meskipun ia sudah lebih dekat dengan Al sekarang tapi perasaaan tidak enak masih ada jika merepotkan.

"Mama gak usah ikut ke mall ya, mama keliatan capek," kata Al pada mamanya, mama Rossa hanya mengangguk.

Tanpa berkata lagi pada Andin, dengan sengaja Al melewati mall yang Andin maksud, tidak masuk untuk men-drop Andin.

"Mass.."

"Sstt.."

..

"Mas, ini bagus?" tanya Andin menunjukan satu blazer berwarna hitam pada Al yang berdiri mengikutinya di belakang sambil memasukan kedua tangan di sakunya.

"Bagus," jawab Al singkat.

Andin melihat blazer lain yang menurutnya bagus juga.

"Mas, kalau yang ini?"

"Bagus."

"Bagusan mana sama yang ini?" Andin kembali bertanya dan menyandingkannya dengan blazer yang sebelumnya.

"Dua-duanya bagus."

Andin hanya menghela nafas mendengar jawaban Al.

"Jadi beli yang mana?"

"Beli aja dua-duanya."

Andin berdecak lalu menaruh salah satu blazernya kembali ke tempatnya lalu membawa yang satunya ke kasir. Dari hal seperti ini saja sudah jauh berbeda dengan Roy, Andin kembali mengingat Roy yang selalu aktif membantunya memilih jika berbelanja dan selalu berkomentar dengan memujinya, tapi lagi-lagi Andin sadar kalau Al adalah orang yang berbeda dengan Roy, mereka tidak satu.

"Udah, ayo pulang mas," ajak Andin pada Al yang memaksa membayar dan membawakan paperbag belanjaannya. Si pemaksa kalau Andin bilang.

Al melihat jam tangannya, "makan dulu udah jam makan siang."

"Kamu laper?" tanya Andin.

"Nggak, tapi kamu harus makan."

"Tapi aku belum laper, aku makan di rumah aja nanti, mau masak."

"Tinggal duduk, terus makan apa susahnya sih Andin?"
"Ngapain masak di rumah? Ngerepotin diri sendiri aja."

Lagi-lagi Andin kembali teringat dengan masa lalunya.

Flashback On
"Mau makan dulu, sayang?" tanya Roy pada Andin setelah Andin menemaninya mencari kado untuk Mama Rossa.

"Kamu laper?"

HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang